Bukan bermaksut untuk memiliki, aku sadar diri siapa aku dan kamu. Yang seperti minyak dan air. Tidak akan pernah bisa bersatu.
Bintang terlihat begitu redup malam ini. Mungkin dia sedang marah pada bulan yang tak kunjung mengerti perasaannya.
Hembusan angin malam menerpa rambut panjang Arina. Dia duduk diatas ayunan dengan pena dan juga buku berada dalam gengamannya.
"Izinkan aku untuk menjadi salah satu orang yang kamu kenal dalam hidupmu. Walau hanya sebagai orang asing bagimu"
Arina mulai mencurahkan semua yang dia rasakan dalam aksara. Kata demi kata dia tulis dengan hati. Tanpa dia sadari, kucuran bening putih jatuh dari matanya dan mulai membasahi lembaran putih itu.
"Gue kenapa nangis sih"
"Ah dasar cengeng"
"Culun"
"Lemah"
Arina mengumpati dirinya sendiri. Entah kenapa hatinya begitu tidak tenang malam ini. Fikirannya tertuju pada satu orang disana yang bayangnya tiba-tiba muncul dalam benak Arina.
Arina menghela panjang nafasnya. Dia melihat langit. Jutaan bintang yang indah membentuk sebuah gambar disana "Dan..nar" ucap Arina terbata-bata.
Dia beberapa kali memejamkan matanya, tapi gambaran raut muka Danar yang tersenyum manis kepadanya tak kunjung hilang.
"Dek" ucap Bian mengejutkan Arina.
"Apaan sih kak? Lu mau bikin gue mati?" protes Arina.
"Lagian lu kayak orang gak bener aja sih. Ngeliatin langit aja kayak ngeliatin doi yang tak kunjung kasih kepastian" goda Bian.
"Yah yah gue wafer jadinya"
"Baper kali"
Arina tertawa lepas melihat aura kekesalan dari wajah kakaknya.
"Ada Danar tuh dibawah" ucap Bian.
Mata Arina melotot. Mulutnya setengah terngangah mendengar perkataan Bian "Danar? Ngapain dia disini?"
"Mau ketemu lu lah"
"Gue?"
"Iya bawel. Udah sana turun temuin Danar"
"Ogaaahhhh" tolak Arina.
"Kenapa sih?"
"Lu bilang aja gue udah tidur kek kak" bujuk Arina.
Bian menyipitkan matanya "Lu suka banget ya kalo dosa gue bertambah"
"Plis kali ini aja kak" bujuk Arina dengan memasang tampang melas pada kakaknya.
"Gak usah sok dramatis gitu kek. Udah sana temuin" ucap Bian menarik lengan Arina.
Arina terpaksa harus menemui Danar. Paksaan yang dibuat Bian berhasil membuat Arina tidak bisa mengelak.
Dia melihat Danar tengah asik berbicara dengan mamanya. Mereka berdua terlihat begitu akrab.
"Arina, kenapa lama banget? Kasihan Danar nungguin kamu lama" ucap Ellena.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINGIN [COMPLETED] ✓
Teen Fiction#1 in Kagum "Hebatnya orang yang jatuh cinta diam-diam. Ia bisa menyembunyikan perasaannya dibalik senyuman" senyum Arina mulai memudar. Dia menahan sakit begitu hebatnya..