Terik matahari siang mulai meredup. Cahaya senja pun mulai terlihat dari kejauhan.
Danar masih berada di tempat yang sama. Sudah hampir 3 jam dirinya menunggu Arina keluar. Yah walaupun Arina sudah berusaha mengusirnya dengan halus, tekadnya untuk bertemu Arina tetap kuat. Entah kenapa, Danar mulai merasakan Arina menghindar dari dirinya karena suatu hal.
"Rin, keluar. Gue mau ngomong sama lu." teriak Danar dari luar halaman rumah Arina.
Arina masih terdiam. Ini sudah kesekian kalinya Danar memanggil namanya, "Kenapa lu gak pergi aja sih dari sini?" lirih Arina di sela tangisannya.
"Sayang, ini mama. Boleh mama masuk?" suara Elena terdengar di balik pintu kamar Arina.
Dengan cepat, Arina menghapus air matanya. Dia berusaha terlihat biasa saja di depan Elena, "Iya maa masuk aja."
Elena tersenyum masuk ke dalam kamar putri kesayangannya itu. Dia mendekati Arina dan mencium kening putrinya.
"Ada Danar di luar. Kamu gak mau temui dia sayang?" ucap lembut Elena.
Arina diam dan menggelengkan kepalanya. Dia berusaha untuk tidak menangis di depan Elena. Walau begitu, tetap saja Elena pasti dapat mengetahui apa yang di sembunyikan oleh putrinya itu.
"Kata bibi, Danar udah di sini dari tadi." ucap Elena kembali.
Arina memejamkan matanya. Nafasnya terdengar begitu tidak stabil. Pertahanannya mulai tidak bisa di kendalikan lagi.
Elena dengan sigap memeluk putrinya. Mengelus rambutnya dengan lembut lalu membiarkan Arina meluapkan semua perasaannya.
"Arina sayang Danar maa." ucapnya.
"Tapi Danar gak pernah bisa hargai perasaan Arina. Bahkan kehadiran Arina pun sebenarnya gak di inginkan sama Danar."
"Arina cuma sebagai bahan pelarian buat Danar maa."
Isak tangis Arina pecah. Seberapa kuat pun dia menyembunyikan masalahnya dari semua orang, tapi di hadapan Elena semua kekuatan Arina runtuh.
***
Di sisi lain, kegembiraan justru di rasakan Rey dan Alis. Mereka berdua senang di atas tangisan juga kegelisahan Arina dan Danar. Rencana mereka berhasil membuat Arina dan juga Danar terpecah."Sumpah gue seneng banget hari ini. Akhirnya Arina bakalan benci ke Danar." ucap Alis kegirangan.
"Dan gue pastiin, Arina pasti balik lagi ke gue." sahut Rey yang juga tak kalah senang.
Alis dan Rey saling bercengkraman satu sama lain. Ini adalah kemenangan mereka. Kemenangan dalam menghancurkan perasaan orang lain.
"Oh jadi lu berdua yang bikin Danar sama Arina berantem?" ucap seseorang yang tiba-tiba datang.
Alis terkejut melihat siapa yang datang menghampiri meja mereka.
"Apa lu? Kaget lihat gue di sini? Gak nyangka ya gue Lis, ternyata kelakuan lu licik di belakang Danar."
Alis mulai mengeluarkan keringat dingin. Tubuhnya tampak gemetar. Dia bingung harus berbuat apa, "Gak gak gitu Kay. Gue bisa jelasin semuanya."
"Jelasin apa lagi? Mau jelasin ke gue gimana licik dan busuknya lu?" suara Kayla mulai meninggi.
"Gue lakuin ini karena gue gak mau Danar jadian sama Arina," ucap Alis berusaha membela dirinya sendiri.
"Hah apa? Emang lu siapanya Danar sok belaga ngatur-ngatur hidupnya dia? Mau dia ngapain kek terserah dia"
"Gue cewenya Danar. Paham lu?" sahut Alis yang mulai memberanikan diri melawan Kayla.
Kayla tertawa picik. Dia melayangkan tatapan elang pada gadis di depannya itu, "Cewe lu bilang? Woiii mbak sadar!!! Lu udah ninggalin Danar demi orang lain. Lu udah selingkuhin dia. Lihat semua yang udah lu lakuin ke dia, apa pantes lu masih jadi cewenya Danar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DINGIN [COMPLETED] ✓
Teen Fiction#1 in Kagum "Hebatnya orang yang jatuh cinta diam-diam. Ia bisa menyembunyikan perasaannya dibalik senyuman" senyum Arina mulai memudar. Dia menahan sakit begitu hebatnya..