SEASON- 20

1.5K 62 1
                                    

*Song of Rizky Febian-Aisyah Azis - Indah Pada Waktunya*

Malam semakin larut, bintang disana mulai kembali pulang untuk memulihkan kembali hati mereka.

Arina kembali termenung sendiri dalam ayunan. Dia menenggelamkan fikiran dan hatinya dalam cela kekosongan.

Tanpa Arina sadari, air matanya mulai jatuh kembali menelusuri pipinya. Entah mengapa, hatinya begitu sesak setelah bertemu Danar. Bayang-bayang Alis memeluk Danar seolah datang menghantui Arina.

"Gue gak bisa kayak gini.."

"Gue gak mau jadi lemah gini.."

"Lu bukan Arina.."

"Lu pengecut.."

Kalimat itulah yang mampu Arina keluarkan. Dia meluapkan semua emosi dalam tangisnya. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menangis dan berteriak saat ini.

"Arinnnn.."

"Lu kenapa Rin?"

Raya berlari mendekati Arina dan memeluknya erat. Membiarkan Arina menjatuhkan semua bebannya.

"Gue gak suka Danar ray.."

"Gue.."

"Iya iya gue tau. Sekarang lu harus tenangin diri dulu" ucap Raya mencoba menenangkan Arina.

Isak tangis Arina mulai mereda. Dia mengatur nafasnya seperti biasa. Menghapus sisa-sisa air mata yang masih menempel di pipinya.

"Udah tenang?" ucap Raya tersenyum.

Arina menganggukkan kepalanya. Senyum di bibirnya masih belum bisa mengembang, hanya ada hujan disana.

"Udah siap cerita ke gue?" tanya Raya.

Arina masih diam. Dia menghela nafasnya dan memaksakan senyumnya "Gue gak apa"

"Cumi darat juga jago berdrama sepertinya" goda Raya sembari mencubit pipi Arina.

Arina tersenyum. Memeluk erat sahabatnya itu "Thanks lu selalu ada buat gue"

Raya menganggukkan kepalanya "Jangan pernah bohongi perasaan lu sendiri. Semakin lu bohong dan mengelak, semakin pula lu ngerasa jatuh ke dalam rasa sakit"

Arina diam. Semua ucapan Raya benar. Arina juga tidak dapat membendung perasaan diamnya ini kepada Danar. Memang betul kata orang semakin kita diam dalam degupan perasaan, maka semakin jatuh pula kita kedalamnya.

***
Di malam yang sama, ada hati yang juga merasakan sesak seperti Arina. Hati yang dipaksa untuk melepaskan seseorang yang begitu dia sayangi.

Alis duduk termenung di balkon cafe. Ditemani dengan secangkir ice-coffe yang baru pertama kali dia minum.

Alis mencoba memulihkan ingatannya kembali. Tepat satu tahun yang lalu, tempat inilah yang menjadi saksi bagaimana awal dari kisahnya bersama Danar dimulai. Danar yang awalnya begitu menyanyanginya, mencintainya dan selalu menjaganya, kini berubah menjadi seseorang yang dingin dan acuh kepadanya.

Alis menyadari semua kesalahannya. Hatinya terasa begitu sesak. Kini dia merasakan apa yang Danar rasakan ketika melihat dirinya bersama Yordan.

"Bodoh.." Tetesan air mata Alis sudah jatuh deras menelusuri pipinya.

"Cewek tolol.."

Hanya umpatan kasar yang dilontarkan Alis kepada dirinya sendiri di dalam tangisnya.

Alis tidak sanggup menghadapi dunianya sendiri. Menghadapi kenyataan hidup yang terasa begitu pahit adanya. Alis tidak tau apa yang harus dia lakukan saat ini. Ucapan Danar pagi tadi masih berdenging keras pada telinganya. Sanggupkah dia melupakan Danar? Melihat Danar yang mulai bahagia dengan orang lain. Itu adalah sebuah petaka besar bagi Alis.

"Hey, lu kenapa disini sendirian?" ucap seseorang yang tak jauh dibelakang Alis.

Alis menghapus air matanya. Membalikkan badannya dan melihat seseorang yang menyapanya "Menikmati malam" jawab Alis.

Pria berpostur jangkung itu tersenyum mendekati Alis. Dia mengambil tempat duduk bersebelahan dengan Alis.

"Gadis cantik kayak lu gak pantas buat menikmati keindahan bintang disana"

"Maksut lu?"

Pria itu tersenyum, "Lu habis nangis kan?"

"Gak" ucap Alis berusaha menutupi kebenaran.

"Emang pada dasarnya semua cewe itu jago bohong ya?"

"Mana gue tau" acuh Alis.

Pria itu tertawa nyengir. Dia menatap Alis lekat "Lu mau gak lupain semua masalah yang ada?"

"Kalo iya kenapa dan kalo gak kenapa?"

Pria itu menaikkan sedikit bibirnya "Namanya hidup pasti ada masalah. Pasti ada lika-liku. Gak ada yang mulus kayak jalan tol. Dari adanya masalah, lu bisa belajar dewasa. Bukan dengan adanya masalah, lu malah kayak anak TK" tuturnya.

Alis setengah melongo mendengar ucapan pria itu. Dia sendiri tidak mengenal siapa pria asing itu, namun sikapnya kepada Alis terlihat begitu baik.

"Lu siapa sih?"

"Manusia sama kayak lu"

"Kenapa lu peduli ke gue?"

"Gue gak peduli ke lu. Jangan ke-pedean dulu"

SKAKMAT! Alis sudah tidak punya kalimat untuk menjawab pria ini.

"Nih, mau gak?" ucap pria itu menyodorkan sesuatu pada Alis.

"Rokok?"

Pria itu mengangguk pelan "Bukan coklat pastinya"

"Ngapain lu kasih ke gue?"

"Siapa tau lu butuh"

"Gue bukan cewe perokok" tegas Alis.

Pria itu meringis tertawa "Gue tau lu cewe baik-baik. Gue cuma bercanda"

Alis menghela panjang nafasnya "Bercanda lu garing"

"Kasih air biar gak garing" balik pria itu menggoda Alis.

Alis tersenyum. Dia mengulurkan tangannya "Gue Alis Yuranita"

...

***
22.30 - Danar masih saja tidak bisa tidur. Dia menggulingkan tubuhnya ke kanan, ke kiri bahkan tengkurap masih saja membuat dirinya tidak tenang.

"Gue ngantuk. Berhenti mikirin yang gak penting bisa gak sih?" ucapnya kesal.

"Aaaaaaahhhhhhh" teriak Danar.

Danar berdiri dari tempat tidurnya. Dia membuka jendela kamarnya, menikmati sejuknya angin malam.

Fikiran Danar mulai tertuju pada satu orang disana. Dia menatap langit yang indah. Senyuman pada bibirnya mulai terbentuk.

"Cantik.." ucap Danar.

Detik berikutnya, Danar membuyarkan semua lamunannya. Memukul kedua pipinya.

"Ngapain si kecebong masuk ke mata gue sih?"

Danar menghela gusar nafasnya. Dia mencoba memejamkan matanya. Bayang-bayang wajah Arina kembali masuk dalam fikirannya. Ada hal tak biasa yang Danar rasakan malam ini. Entah mengapa, fikirannya hanya tertuju pada gadis itu.

"Gue tau lu marah ke gue Rin" gumam Danar.

"Tapi kenapa lu gak bisa kasih alasan ke gue"

"Gue bukan peramal yang bisa baca setiap kode, pemikiran bahkan apa yang yang lu rasain"

Danar berbicara sendiri. Kejadian beberapa jam yang lalu membuatnya bingung. Sikap Arina yang berbeda dari sebelumnya, membuat Danar sedikit bingung. Kini dia harus mencari tau apa kesalahannya pada Arina dan mulai mencoba memperbaikinya.

DINGIN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang