Weekend, waktu yang datang untuk memberikan kesempatan kepada insan di bumi beristirahat sejenak dari semua kesibukannya di dunia. Waktu ini merupakan waktu yang tepat untuk menikmati bagaimana indahnya dunia sekitarmu. Bagaimana sejuknya udara di pagi hari lalu bagaimana merdunya kicauan burung yang menyambung datangnya mentari.
Pagi ini Gea terasa begitu menyenangkan untuk Gea. Setelah kejadian hari kemarin, hubungannya dengan Mario berangsur-angsur membaik. Mario mulai memberikan perhatiannya kepada Gea, dia berusaha lebih dekat dengan adiknya. Itu membuat Gea sangat senang. Kakak yang dalam pikirannya selama ini telah hilang di ambil semesta, kini sudah pulang ke dalam dekapannya.
"Kak, buruan bangun." teriak Gea di depan pintu kamar Mario.
"Gue dobrak ya nih pintu."
Tidak lama setelah itu, pintu kamar terbuka. Muncul pria berpostur tinggi dengan uapan yang masih ia lakukan berulang kali. Dia tampak begitu kelelahan, terlihat dari wajahnya yang masih menyisahkan garis hitam.
"Apa sih Ge?"
"Katanya mau jogging."
"Ah, lo sendiri aja sana. Gue mau tidur, kemarin baru sampe rumah jam 1 pagi."
"Bodo amat, itu urusan lo."
"Ya udah sana jogging sendiri aja."
"Gak mau. Lo kan udah janji mau nemenin gue."
Mario berdecak sebal. Gea tetap Gea, dia adalah adik yang paling menyebalkan bagi Mario. Bagaimana tidak, sikapnya selalu saja berubah-ubah. Terkadang dia menjadi lembut seperti bidadari namun juga terkadang dia menjadi galak seperti macan.
"Ya udah, iya. Tunggu gue siap-siap dulu."
"Bener ya? Jangan tidur lagi."
"Iya, udah sana pergi. Tungguin di depan."
Gea mengangguk kemudian berlalu pergi dari hadapan Mario. Waktu kebersamaan kakak beradik ini akan segera terjadi. Ini lah waktu yang selalu di tunggu-tunggu oleh Gea.
"Kak Mar.."
"Gak usah teriak."
"Lama banget sih. Keburu panas tau."
"Ya udah buruan, jangan banyak omong makanya."
**
Berbeda dengan Gea, pagi ini Arina menghabiskan waktunya dengan Elena. Mereka berdua terlihat kompak bermain-main di taman mini di rumah. Elena yang sibuk menanam bibit bunga baru sedangkan Arina yang bertugas untuk menyiram bunga."Hari ini mama sama Bian mau ke Bandung."
"Bandung? Mendadak banget, ada apa?"
"Ada urusan pekerjaan di sana. Kamu mau ikut?"
"Gak deh. Aku di rumah aja."
Bukan hal baru lagi bagi Arina jika ia di tinggal sendiri di rumah oleh mama dan juga kakaknya. Semenjak papanya meninggal, Elena lah yang tetap berusaha menjalankan bisnis keluarga. Dengan di bantu Bian, bisnis itu pun semakin berkembang. Elena harus menjadi ibu sekaligus ayah bagi kedua anaknya. Namun perannya itu semakin terbantu dengan adanya Bian yang sudah tumbuh menjadi pria dewasa. Ia mulai mengerti kehidupan dan memberikan kasih sayang kepada Arina seperti layaknya kasih sayang seorang ayah kepada putrinya.
"Arina." panggil seseorang di depan gerbang rumahnya.
"Raya, masuk aja sini. Gerbangnya gak di kunci."
"Hallo tante. Apa kabar?" sapa Raya ramah pada Elena.
"Baik, kamu dari mana Ray?"
"Dari rumah tan. Bosan aja di ruamh gak ada kegiatan, jadi aku mampir ke sini deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
DINGIN [COMPLETED] ✓
Teen Fiction#1 in Kagum "Hebatnya orang yang jatuh cinta diam-diam. Ia bisa menyembunyikan perasaannya dibalik senyuman" senyum Arina mulai memudar. Dia menahan sakit begitu hebatnya..