Biarkan kenangan kemarin pergi sesukanya. Membawa sejuta rasa yang ada lalu biarkan hati ini kosong tanpa ada perasaan lagi. Aku hanya benar-benar ingin sendirian.
Semalaman Arina tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pikiran dan hatinya begitu kacau. Bukan karena pria bernama Danar itu yang ia pikirkan, tetapi Rey. Pria yang pernah hadir dan ada untuk Arina sampai ia memutuskan untuk memberikan rasa pahit untuk Arina. Entah bagaimana bisa pria itu tiba-tiba memunculkan wajahnya di hadapan Arina kemarin malam tepat di depan gerbang rumahnya. Dengan membawa sebucket bunga dan coklat kesukaan Arina, Rey meminta maaf kepadanya.
Tentu saja sikap Rey yang terlihat begitu manis setelah memberikan kepahitan untuk Arina, membuat hati Arina kembali terisak rasa sakit. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa Rey kembali semudah itu dengan semua kesalahan yang sudah dia lakukan? Apa dia tidak menyadari, bagaimana usaha Arina untuk melupakannya?
"Dek kamu berangkat sendiri dulu ya hari ini. Kakak ada kelas pagi, mama udah tau kok." ucap Bian.
"Iya, hati-hati."
Dengan terpaksa Arina harus pergi ke sekolah sendiri. Ia memutuskan untuk menggunakan angkutan umum untuk pergi ke sekolahnya. Memang betul, sekarang banyak sekali aplikasi ojek online, namun Arina sedikit malas menggunakannya.
Lima menit berlalu, posisi Arina masih sama. Ia berdiri sendiri di halte yang tidak jauh dari rumahnya. Beberapa kali menendang kerikil-kerikil kecil tak bersalah. Kejenuhan mulai datang menghantui dirinya. Angkutan umum yang bisa membawanya ke sekolah masih juga belum terlihat dari kejauhan. Ia mulai merasa gelisah, jam di tangannya sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
"Nungguin siapa?" tanya seorang pria.
"Eh, elo. Danar ya?"
"Jadi lo udah tau nama gue?"
Arina mengangguk pelan, "Ngapain disini?"
"Ini jalanan umum kali."
"Oh." dingin Arina.
Danar memberikan helm kepada Arina, "Mau nebeng gue?"
Arina diam tidak berkutik sama sekali. Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat. Dia tidak tahu apa yang dirasakannya saat itu.
"Halloooo." lambaian tangan Danar di depan wajah Arina membubarkan lamunannya.
"Mau bareng gak? Keburu telat nih."
Entah hasutan setan mana yang berhasil menggoda Arina, ia langsung saja menyambar helm yang di pegang oleh Danar. Tanpa berkata sedikit pun, Arina langsung naik ke jox sepeda motor Danar.
**
Setelah sampai di area parker sekolah, Arina turun dari sepeda motor Danar dan memberikan helm yang ia pakai. Dia tidak ingin membuat banyak mata tertuju kepadanya pagi ini. Secepat mungkin, ia harus pergi menjauh dari Danar."Makasih ya. Gue ke kelas dulu."
Belum sempat berkata apapun, Arina berlari menjauh dari Danar. Ia hanya geleng-geleng melihat tingkah gadis itu.
Arina mulai mengatur nafasnya. Ia sedikit ngos-ngosan karena harus berlari pergi menjauh dari Danar. Tapi untung saja, kedua temannya tidak melihatnya dengan Danar pagi ini. Jika tidak, mereka berdua pasti akan menggoda Arina seharian penuh selama di sekolah.
Langkah kaki Arina baru saja masuk ke dalam ruang kelas. Ia melihat Gea dan Raya yang tengah asik berbincang. Sepertinya semua baik-baik saja. Arina berjalan mendekati keduanya, "Pagi-pagi ngomongin apaan sih?"
"Nih ngomongin anak yang pagi ini berangkat bareng sama timun emasnya streetband."
"Timun emas? Siapa??"
![](https://img.wattpad.com/cover/163746233-288-k865633.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DINGIN [COMPLETED] ✓
Teen Fiction#1 in Kagum "Hebatnya orang yang jatuh cinta diam-diam. Ia bisa menyembunyikan perasaannya dibalik senyuman" senyum Arina mulai memudar. Dia menahan sakit begitu hebatnya..