EXTRA SEASON [LAST]

2K 45 4
                                    

Setelah memastikan kondisi Arina baik-baik saja, Bian pun bergegas pergi. Hari ini ia harus bertemu dengan seseorang dan hari ini juga dia harus tau apa masalah yang selama ini Arina sembunyikan dari dirinya. Setengah jam berlalu, Bian sekarang berdiri di depan sebuah kafe yang terlihat sedikit ramai daripada biasanya.

Dia pun melangkah masuk ke dalam kafe itu. Baru sampai di pintu masuk, dia mendapati seseorang yang akan ia temui sudah datang.

“Apa kabar?” sapa Bian.

Pria itu pun berdiri, “Eh bang, baik.”

Setelah dua kalimat pembuka itu terucap di antara keduanya, Bian pun duduk di depan pria itu lalu menatapnya tajam.

“Lo ada masalah apa sama adik gue? tanya Bian tanpa basa-basi.

Tidak ada jawaban dari pria itu, dia tertunduk lemas mendengar pertanyaan Bian. Dia sama sekali tidak berani menatap mata Bian.

“Lo bisu?”

Dia menggeleng. Bian menghela gusar nafasnya. Ia pikir semua ini akan berjalan dengan mudah namun ternyata dugaannya salah.

“Kalo lo gentle, sekarang tatap mata gue dan jelasin semuanya ke gue.”

Belum ada respon apapun dari pria itu. Dia menghela panjang nafasnya. Bian pasti tidak akan membiarkannya diam, ia pun memberanikan diri untuk menatap Bian.

“Jelasin.”

“Gue minta maaf bang.” ucapnya gugup.

“Minta maaf karena lo udah nyakitin adik gue?”

Pria itu mengangguk, “Gue bakal terima apapun hukuman yang lo kasih. Maaf.”

“Emang apa yang udah lo lakuin sampai Arina berubah kayak gini?”

Pria itu kembali diam. Emosi Bian sudah tidak bisa ia tahan lagi. Ia meraih kerah baju pria itu lalu semakin menatapnya dengan tajam, “BILANG NAR! APA YANG UDAH LO LAKUIN KE ARINA?”

Yah betul, pria yang di temui Bian adalah Danar. Pria sama yang saat itu di telepon Bian untuk mengatur pertemuan di antara keduanya. Sudah lama tidak membahas Danar setelah semua yang ia lakukan pada Arina. Jadi setelah kejadian waktu itu, Danar memutuskan untuk berhenti menganggu hidup Arina. Bahkan di sekolah pun, ia sama sekali tidak pernah memunculkan wajahnya di hadapan Arina. Ia tau keberadaannya akan semakin menyiksa Arina. Danar hanya bisa melihat Arina dari jauh, sangat jauh. Sesekali ia juga tersenyum saat melihat Arina tertawa bahagia, walaupun sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa kecewa. Secara diam-diam juga, Danar selalu mengikuti Arina dan selalu berada di dekatnya setiap kali ia membutuhkan seseorang untuk di ajak bicara, walaupun itu bukan berwujud sebagai tubuh Danar sendiri. Arina adalah gadis yang baik bagi Danar, sangat baik.

Setelah melihat Bian yang emosi, Danar pun membuka mulutnya. Dia akan berkata jujur pada Bian hari ini. Ia tau semua ini adalah kesalahannya, ia harus bertanggung jawab.

“Gue udah manfaatin Arina bang. Dia gue jadiin umpan buat ngelakuin balas dendam ke mantan gue. Gue udah permainin perasaannya, walaupun gue tau sebenarnya dia naruh perasaan ke gue.”

Bian melepaskan tangannya dari baju Danar. Ia kembali duduk, mencoba mengatur kembali pernafasan dan juga emosinya. Bian sama sekali tidak menyangka Danar akan melakukan ini semua pada Arina. Ia sendiri sudah sangat mempercayai Danar untuk menjaga Arina, bahkan ia pernah menentang Elena demi membela Danar dan membiarkannya untuk tetap berada di samping Arina. Semua penjelasan Danar seperti sebongkah es yang jatuh tepat di atas kepalanya, sakit.

“Ini prank Nar?"

“Gue serius bang, maafin gue.”

Tidak ada respon lagi dari Bian, dia bergegas pergi dari sana meninggalkan Danar yang terlihat mematung melihat sikap Bian. Ia menyesali semua perbuatannya. Andai saja semua bisa di ulang, ia akan membuang semua kebenciannya pada Alis dan mulai menjaga Arina dengan tulus. Ia benar-benar sendiri sekarang.

**

“Lo mau pizza gak Rin?”

“Mau, emang ada? Lo bawa?”

“Kalo lo mau, gue pesenin sekarang.”

“Boleh, gue mau.”

Setelah Bian pergi, tidak lama setelahnya Nando pun datang. Ia sudah berjanji pada Bian untuk menemani Arina selama ia pergi. Sebenarnya tanpa di minta Bian pun, ia selalu siap dan ingin menemani Arina.

“Ndo.”

“Hm, kenapa?” sahut Nando yang masih sibuk dengan ponsel di tangannya.

“Danar, apa kabar?”

Mendengar pertanyaan Arina, Nando pun terdiam. Mengapa tiba-tiba Arina membahas Danar? Apa dia sudah mengetahui, ah tidak. Tidak mungkin. Ia pun meletakkan ponselnya lalu menatap Arina dengan lekat.

“Baik, dia masih makan 3x sehari kok.”

Sekarang berbalik, Arina yang diam. Ia pun bertanya pada dirinya sendiri, mengapa ia menanyakan Danar? Mengapa pikirannya tiba-tiba tertuju pada pria itu? Bukankah Arina sudah berjanji pada dirinya sendiri akan melupakan Danar dan melanjutkan hidupnya seperti dulu sebelum ia mengenalnya? Ah biarkan, mungkin ini hanya angin.

“Kenapa nanyain Danar?” sahut Bian yang baru saja masuk ke dalam rumah.

“Kakak, kok udah pulang?”

“Karena urusannya udah selesai.”

“Oh.”

“Rin, lupain Danar.”

Jleb, Arina berkedip beberapa kali. Satu lagi pertanyaan yang menyambar otak Arina, mengapa Bian menyuruhnya melupakan Danar? Apa dia?

“Iya kakak udah tahu semuanya. Barusan kakak ketemu Danar.”

“Kak Bian, ngapain ke ..”

“Karena kakak ngerasa kalo kamu nyembunyiin sesuatu dari kakak. Kamu itu bukan Arina yang dulu, kamu udah beda dek.”

Arina terdiam, dia tertunduk. Semua ucapan Bian memang benar. Setelah Danar mengatakan semua maksudnya mendekati dirinya, Arina pun menghukum dirinya sendiri.

“Kamu harus lupain Danar.”

Arina mengangguk sebagai jawaban untuk Bian. Andai Bian tahu, selama ini dia berusaha keras melupakan pria itu. Namun hasilnya nihil. Arina tidak ingin membuat Bian semakin mencemaskan keadaannya, ia hanya bisa mengiyakan saja semua ucapan Bian.

“Ndo, lo temannya Danar kan? Gue harap lo gak sama brengseknya kayak dia.”

Nando menelan ludahnya susah payah. Ia juga hanya bisa mengangguk, tidak memberikan ucapan apapun. Tubuhnya terasa gemetar, keringat dingin mulai menuruni pelipisnya. Ia sedikit takut melihat amarah yang membara di mata Bian. Namun bukan karena itu dia merasa gugup, ada hal lain yang selama ini Nando sembunyikan dari Arina dan juga Bian. Bagaimanapun juga ia harus tetap menutupi semua itu dan selalu berada di samping Arina. Ia akan menjaga Arina dengan baik dan membuatnya tersenyum.

***

Hallo semua, jadi ini adalah extra chapter terakhir dari Dingin, semoga suka ya. ❤
Tenang, jangan merasa di gantung gitu dong. Kan aku jadi merasa bersalah karena sudah sering kali gantung kalian dalam cerita ini, hehe. Mianhae ya teman-teman. Jadi setelah ini aku bakal publish SEQUEL DINGIN, judulnya masih di rahasiakan dong. Kelanjutan cerita Arina sama Danar bisa kalian baca di sana nanti, aku bakal kasih kejutan buat tim pinguin. ❤

Di tunggu ya, sequelnya..

Salam, dingin.

Author.

DINGIN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang