SEASON- 10

1.8K 92 1
                                    

Hari ini Danar harus benar-benar menjenguk Alis. Kemarin setelah dia mendapatkan gitar dari Bian, dia memutuskan untuk langsung pulang. Entah kenapa pertemuannya dengan Arina kemarin membuatnya merasakan sesuatu hal aneh yang dia tidak tau apa itu. Danar menatap pintu kamar rumah sakit dingin. Dia menyiapkan hatinya untuk bertemu dengan Alis, komitmen yang sudah ia buat harus tetap ia jalankan.

"Danar." ucap Alis yang melihat kedatangannya.

Danar tersenyum, "Kak Ela apa kabar?"

"Baik, ya udah kan Danar udah datang. Gue beli makan dulu ya."

Ela berlalu meninggalkan dua remaja itu. Dia tau bahwa permasalahan di antara keduanya belum menemui titik temu penyelesaian. Ingin sekali rasanya Ela membantu Alis menyelesaikan semua masalahnya, namun ia tahu bahwa semua ini memang harus mereka berdua yang menyelesaikan. Tanpa ada bantuan pihak ketiga.

"Lo kenapa?" tanya Danar

"Kok pake panggilan lo gue sih?" gerutu Alis

"Gak usah bahas yang gak penting bisa gak sih Lis?"

Alis memilih diam dan mengalah. Dia tau sikap Danar pasti berubah padanya setelah pertemuan mereka tempo hari.

"Aku kangen kamu Nar."

"Aku masih sayang kamu Nar, satu kali aja."

"Lis, hidup itu terus berjalan ke depan. Lo gak bisa tetap stuck di satu titik aja. Apalagi titik itu adalah masa lalu."

"Benar, kamu selalu benar. Tapi kesalahanku gak bisa di perbaiki Nar?"

Danar menghembuskan nafasnya gusar. Dia menatap Alis lekat dan tersenyum padanya, "Kesalahan memang harus di perbaiki Lis. Tapi bukan dengan mengulang apa yang udah terjadi di masa lalu. Kita sekarang beda. Gue udah punya kehidupan gue sendiri, begitupun dengan lo."

Air mata Alis menuruni pipinya. Hatinya begitu sesak. Dia tidak pernah membayangkan semua perbuatannya akan berakibat seperti ini, dia harus benar-benar kehilangan rasa sayang Danar padanya.

"Aku menyesali keputusanku hari itu, maafin aku." ucap Alis dalam isak tangisnya.

"Jangan nangis. Gue gak suka liat lo nangis kayak gini. Gue harap lo bisa nerima semua keputusan gue. Lo harus tetap bahagia, dengan jalan hidup yang udah lo pilih."

Hari ini, detik ini Danar akkhirnya bisa tegas pada dirinya sendiri. Dia terlihat begitu tenang menghadapi Alis dan melawan hatinya sendiri. Danar tidak bisa terus berlalu terbelenggu dengan masa lalunya bersama Alis. Alis tidak selalu harus di ingat, tapi dia harus di kenang lalu di lupakan. Hidup terus berjalan. Baik Alis maupun Danar harus bisa menerima kenyataan, bahwa mereka tidak bisa bersama kembali. Mereka berdua yakin bahwa takdir mereka adalah untuk menjadi sahabat bukan menjadi pasangan hidup.

**

Setelah di perbolehkan pulang oleh dokter, Arina terlihat begitu senang. Dia menarik lengan Elena dan Bian untuk segera pergi dari sana. Arina sudah bosan berada di rumah sakit. Dia bosan harus memakan bubur setiap hari, ia ingin kembali makan semua makanan favoritnya. Dia ingin minum milkshake kesukaannya.

"Ayo pulang ma, Arin kangen rumah."

"Iya sayang bentar. Tunggu kakak kamu dulu, dia masih urus administrasi."

"Lagian kak Bian lama banget sih."

"Apaan sih baru juga sembuh udah bawel aja." ucap Bian tiba-tiba datang.

"Lo lama banget sih kak. Jangan-jangan lo mampir tukeran nomor hp ya sama suster yang ada bagian administrasi?"

"Emang lo ridho kalo gue nikah sama suster di sini? Kalo iya gue balik ke sana langsung melamar itu suster. Kebetulan dia cantik juga."

DINGIN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang