Prolog

1.3K 49 12
                                    

"Kenapa sih kau tak benar melakukannya? Cepat lakukan dengan benar, bodoh." Teriak seorang pria sambil menendang pria berkacamata yang tengah terduduk dihadapannya, makanan berserakan dihadapan pria itu.

"Dia sepertinya menantangmu, lihat itu tatapan matanya." Ujar pria itu sambil menunjuk mata pria berkacamata yang memang sedang melihat kearah pria itu, membuat pria itu segera menarik kemeja yang tengah dipakai pria kacamata itu.

"Apa yang loe lihat?"

"Besok aku akan keluar dari tempat ini, aku takkan kembali lagi kemari." Ujar pria itu, tak gentar.

"Ohhh, itu alasanmu menantangku, hah?" Ujar pria itu, kesal.

"Tentu saja, aku akan menyesal kalau pergi tanpa membuatmu terluka sedikitpun."

"Wahhh, berani sekali, hajar saja." Ujar pria lainnya, mengompori.

Pria itu mengepalkan tangannya, lalu mengangkatnya...

"Kak Sean, apa yang sedang kakak lakukan?" Ujar gadis itu, membuat beberapa pria itu menoleh kearahnya.

"Ahhh, sial, datang disaat yang tak tepat, mengganggu saja." Keluh salah satu dari mereka, membuat pria bernama Sean itu menatapnya marah. "Ahh, maafkan aku, aku hanya asal bicara."

Gadis itu menarik kepalan tangan Sean, lalu menjauhkan pria berkacamata itu dari jangkauan Sean. "Apa yang kakak pikirkan? Dia bisa terluka, memangnya dia salah apa?"

"Dia menantang Sean, kalo tidak, dia takkan terlibat masalah." Ujar pria lainnya, membuat gadis itu menatap Sean.

Gadis itu berbalik menatap pria berkacamata yang tersungkur ke tanah itu, ia jongkok. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya, lembut.

"Menjauh dariku, j*l*ng, aku tak membutuhkan bantuanmu." Ujar pria itu sambil beranjak, dia bergegas pergi. Hampir saja Sean mengejar pria itu kembali, tapi gadis itu keburu menatapnya. "Ada yang ingin kau jelaskan?"

"Yun, masih marah?" Tanya Sean pada kekasihnya itu, Yuanita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Yun, masih marah?" Tanya Sean pada kekasihnya itu, Yuanita.

"Menurutmu?" Ujar Yuanita, kesal. Pria ini memang sesekali harus diberi pelajaran agar tak seenaknya pada orang lain, dan hanya Yuanita yang bisa melakukan itu padanya.

"Aku minta maaf, aku kan hanya memberinya pelajaran, dia bahkan kurang ajar padamu."

"Tapi tak begitu caranya, dia sekarang pindah, ini pasti karnamu." Ujar Yuanita, kesal.

"Terus, aku harus gimana? Masa aku harus susul dia kesana hanya untuk meminta maaf?"

"Terserah." Ujar Yuanita, tak perduli. Ia segera pergi dari hadapan pria itu, ia mencoba tak memperdulikan pria itu karna kesal.

"Yun, Yuanita!! Tunggu dulu, dengarkan aku dulu." Ujar Sean, ia mendesah kesal. Ia segera menyusul Yuanita, menggamit tangannya dengan paksa. "Aku antar pulang, tapi dengarkan penjelasanku."

Yuanita menatap tajam Sean, menghela nafas, lalu dia tersenyum. Bagaimanapun dia takkan bisa marah lama-lama pada pacarnya itu, dia sangat mencintai Sean, meskipun sikapnya kadang tak terkendali.

 Bagaimanapun dia takkan bisa marah lama-lama pada pacarnya itu, dia sangat mencintai Sean, meskipun sikapnya kadang tak terkendali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita akhiri saja..."

Yuanita itu terdiam, saat ucapan yang tak ingin ia dengar mengalun pelan dari pria yang selama beberapa bulan ini menghiasi harinya, Sean yang tengah menggandeng gadis lain didepannya itu menatap Yuanita.

"Aku sudah memiliki gadis lain, jadi kita akhiri saja sampai disini, aku sudah bosan denganmu." Ujar Sean lagi, membuat setitik air mata jatuh dari gadis dihadapannya.

"Kenapa...? Kenapa begitu tiba-tiba?"

"Aku sudah bosan denganmu? Kau tak melihat gadis disampingku, aku bersamanya sekarang."

"Apa? Apa selama ini kau mempermainkan perasaan yang kumiliki untukmu?" Ujar Yuanita, terisak pelan.

"Aku sudah bilang, aku sudah bosan, hubungan kita tak menarik lagi. Kau terlalu naif, aku tak bisa berbuat apapun padamu."

"Jadi selama ini kau..."

"Ya! Apa kau tak dengar? Aku ini pacar barunya, jadi pergilah sebelum kuhajar." Ujar gadis disamping Sean, ketus.

Yuanita menatap gadis yang berbicara tadi, tak kalah sinis. "Baiklah, aku pergi, aku akan pergi dari kehidupanmu, kehidupan kalian, jangan harap kau bisa melihatku lagi, aku akan benar-benar pergi dari kehidupan kalian." Teriaknya, lalu ia berbalik pergi.

Yuanita menangis pelan, dia akhirnya memutuskan untuk benar-benar pergi dari kota itu. Orangtunya memutuskan untuk pindah, setelah semua yang mereka miliki disita bank. Awalnya dia mengajak pria itu bertemu untuk meminta pendapatnya karna orang tuanya mendesaknya pergi dari kota itu, tapi ia sama sekali tak berniat pergi demi pria itu. Tapi sekarang tak ada alasan lagi untuk bertahan disana, ia akan pergi dan melupakan segalanya.

Kak Sean, seperti keinginanmu, aku akan pergi dari sini, dari kehidupanmu, melupakanmu dan menjalani hidupku kembali. Kau takkan pernah bisa menemuiku lagi, meski kau berusaha menemukanku. Haha, Yun bodoh, tak mungkin pria egois itu akan mencarimu, kau berharap apa sih? Masih berharap padanya? Lupakan dia, cari pria yang lebih baik darinya. Ya, aku pasti bisa, aku harus bisa.

 Ya, aku pasti bisa, aku harus bisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Hai, nama penulisku Sam Lee. Karya ini diikutsertakan dalam Wattpadindo Writing Festival 2019 yng diadain TeamWpIndo, semoga bisa menghibur. Mohon dukungan dan doanya ya...

Sukabumi, 11 July 2019

Sam Lee

OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang