Obsession

215 24 6
                                    

Dega menatap pria yang tengah berdiri dihadapannya itu, tak biasanya ia mau membantu masalah orang lain. Dega menatap Wendy yang duduk disampingnya, berusaha meyakinkan Dega bahwa memang pria itu yang berada dihadapannya.  "Loe..."

"Jangan heran, Ga. Gw emang pengen bantuin loe, karna kalo salah satu genk disini diserang, tanpa peduli siapapun mereka, gw siap bantu mereka nyerang balik."

"Loe yakin? Masalahnya ini adalah EXO, mereka adalah genk besar, gak kayak kita." Ujar Dega, membuat Jay, pria itu, tersenyum.

"Ayolah, gw gak sepengecut loe!!" Ujar Jay, sinis. "Lagipula Yun itu punya loe, bukan? Loe gak mau pertahanin dia gitu, bukankah loe ngelawan gw karna dia?"

"Bukannya gw gak mau, tapi gw gak bisa."

"Loe kenapa jadi lembek begini sih? Jangan bilang loe udah janji ke Yun, kalo loe gak bakal ngelawan Sean." Ujar Jay, sinis. "Lama-lama gw gemes juga sama tuh cewek, sok realistis banget." Ujarnya, kesal.

"Gak ada, gw gak ada perjanjian sama dia, tapi..."

Dega terdiam kala ingat kesepakatan semalam dengan Yun, ia menghela nafas. Haruskah ia mengingkari kesepakatan itu dan membiarkan Yun pergi? Atau mempertahankannya yang berarti mengorbankan semua orang?

Dega tak bisa memilih, ia tak memilih satupun pilihan diatas. Ia tak bisa merelakan Yun, tapi ia juga tak bisa melihat yang lain terluka karna keegoisannya. Melihat Josh yang harus ke rumah sakit saja, membuatnya merasa egois, apalagi harus mengorbankan orang sebanyak orang-orang yang Jay bawa, Dega tak mau melihat mereka roboh, lalu masalah semakin besar karna genk lain ikut juga.

"Ga! Loe gak boleh nyerah, loe masih punya kami."

Yuta tiba-tiba angkat bicara, Dega menatapnya. Pria itu tersenyum, membuat Dega menutup wajahnya.

"Gw bingung, gw gak bisa korbanin kalian, cukup Josh yang..."

"Jangan sia-siakan perjuangan Josh buat loe, Ga! Kita harus rebut Yun dari mereka, karna Yun punya loe!!"

Wendy angkat bicara, ia memegang tangan Dega. "Gw lebih tau perasaan Yun, gw ngerti perasaan dia."

Dega menghela nafas, panjang. "Gw gak mau ngorbanin orang lain, Wen, gw takut."

"Loe pikir, gw rela genk kita diinjak gitu aja sama genk sok itu. Gw gak akan biarin siapapun luka, Ga!! Ayolah, loe tau kekuatan orang-orang gw, mereka terlatih di jalanan."

"Mereka terlatih di arena..."

"Justru itu yang nguntungin kita, iya kan?"

Jay menyeringai, membuat Dega menghela nafas. "Ayo, loe harus bilang makasih kalo kita menang."

"Yakin banget loe menang, awas ya kalo loe luka." Ujar Dega, membuat Jay tersenyum.

"Siap!!" Ujar Jay sambil menjabat tangan Dega, membuat Wendy dan Yuta ikut tersenyum.

"Jadi rencana pertama?"

"Gw harus ketemu seseorang dulu, gw harus minta restu dari ayah Yun dulu..."

"Woahhh, kayaknya gw bakal cepet punya ponakan nih." Ujar Yuta, membuat Wendy menjitak kepalanya. "Aw, sakit!!" Pekiknya, kesal.

"Pikiran loe tuh jorok, bersihin dulu sono!!" Ujar Wendy, jijik. Yuta memutar matanya, sebal. Jay dan Dega tertawa melihatnya, Wendy cocok jadi ibu genk mereka deh kayaknya.

 Jay dan Dega tertawa melihatnya, Wendy cocok jadi ibu genk mereka deh kayaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang