Panic Attack

179 27 4
                                    

Dega menatap beberapa buku dihadapannya dengan kesal, beberapa hari tak kuliah membuatnya ketinggalan beberapa mata pelajaran. Tapi bukan hal itu yang membuatnya sebal, melainkan ia harus tetap mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan, meskipun ia tak hadir. Alasan Dega tak masuk memang sakit, tapi para dosen itu tak terima Dega sakit karna duel. Dega kesal, tapi ya namanya juga kuliah.

Dan disinilah ia, berhadapan dengan berbagai jenis buku untuk mengerjakan tugasnya. Josh dan yang lain gak bisa bantu karna mereka berbeda jurusan, juga ada banyak hal yang harus mereka urus, terutama Josh yang notabene adalah ketua mereka.

Dega membuka salah satu buku tebal yang terlihat membosankan, tapi ya mau gimana, tugas memang harus ia kerjakan tepat waktu. Dega menguap kala ia baru membaca beberapa halaman buku itu, ia hampir saja jatuh tertidur, kala ponselnya bergetar.

Dega yang masih linglung mengambil ponselnya dan menemukan no yang tak dikenalnya muncul dilayar ponselnya. "Siapa sih? Ganggu!!" Gerutunya, tapi ia menggeser tanda hijau diponselnya. "Halo!!"

"..."

"Yun!!"

Rima dan Luni baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhir mereka sore itu, mereka berjalan beriringan menuju pintu keluar universitas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rima dan Luni baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhir mereka sore itu, mereka berjalan beriringan menuju pintu keluar universitas. Mereka memang mengambil jurusan berbeda, tapi ada beberapa mata kuliah yang sama. Rima dan Luni adalah sahabat sejak kecil, mereka selalu bersama-sama sejak SD. Tapi hobilah yang membuat keduanya memutuskan untuk mengambil jurusan berbeda, Rima dengan musik dan Luni dengan akting. Keduanya berada di fakultas yang sama, hal itulah yang membuat mereka tak terpisahkan.

"Eh, ingat mantan Yun tadi?" Tanya Rima, membuat Luni mengangguk. "Doi ganteng banget, gak sih?" Ujarnya, gemas.

"Iya, gak seharusnya kita ledekin Yun karna gak bisa move on." Ujar Luni, membuat Rima terkekeh.

"Iya juga sih, gw serius sih bilang gw mau sama doi, meskipun doi selingkuh." Ujar Rima yang disambut tawa Luni, Rima menatapnya kesal. "Kenapa?"

"Masalahnya dia mau gak sama bocil kayak loe gini, huh?" Tanya Luni sambil menaruh tangannya di atas kepala Rima, membuat Rima memekik kesal.

"Mau gak mau, yang namanya jodoh pasti gak bakal kemana. Lagian orang pendek itu biasanya pasangannya sama yang tinggi-tinggi, kayak Kak Sean gitu."

"Kak Sean? Sokap amat nih anak, ya?"

"Ya! Dimana-mana kan emang kita harus manggil Kak sama yang lebih tua, atau gw panggil Om deh, biar makin greget!!"

"Rima!! Dia itu bukan Om loe, ngapain loe panggil Om segala?" Ujar Luni, tak terima.

"Dia kayak udah mateng, kayaknya juga udah gak kuliah." Ujar Rima, membuat Luni menatapnya curiga.

"Tau dari mana loe, doi udah gak kuliah?"

"Pliss deh, Luni. Diliat dari mukanya, perawakannya, gaya bicaranya aja, gw udah tau. Doi itu umurnya udah beda jauh dari kita, mungkin 4-5thn." Ujar Rima, sok detektif.

OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang