We're already Done

74 15 6
                                    

"Apa-apaan loe tiba-tiba nyerang begitu?" Teriak Wendy, kesal. Ia juga kaget, saat Sean tiba-tiba nyelonong masuk begitu pintu terbuka. Akibat dari kelalaiannya itu, kini Dega yang terbaring di kasurnya memiliki luka lebam di pipi kirinya.

Sean mendengus, ia menatap Yun yang tampak sibuk mengompres luka lebam yang baru saja didapat Dega.

"Dega lagi sakit, coba loe mikirin itu." ujar Wendy, kesal. Dia sudah mewanti-wanti dari mereka datang, bahwa Dega tak bisa bergerak dari atas tempat tidur di penginapan itu.

"Dia cuman pura-pura, biar Yun simpati." Ujar Sean, kesal.

"Dia demam, Sean!!" Ujar Wendy, kesal. "Gw calon dokter, gw tau kondisi dia kayak gimana."

Pintu terbuka lagi, disana Stuart dan Kai masuk berjalan masuk menghampiri keduanya.

"Gimana keadaan Dega?" Tanya Stuart, ia menatap Yun yang melihatnya datang barusan.

"Dia demam, dan anak buah loe malah mukul dia." Ujar Wendy, kesal.

Pintu kembali terbuka, Josh bersama Yuta ada disana. "Gimana Dega?"

Wendy menunjuk ruangan sebelahnya, membuat keduanya segera kesana. "Gw bakal periksa Dega lagi, dan loe jangan kemana-mana!!" Ujar Wendy, mengultimatum. Ia segera berbalik mengikuti Josh dan Yuta masuk kedalam ruangan itu.

"Dia tidur bareng Yun semalaman, mereka tidur seranjang." Ujar Sean, kesal.

"Apa urusannya sama loe, Sean? Dia cuman mantan loe, berhenti terobsesi padanya." Ujar Stuart, kesal.

"Gw khawatir, Bang!! Yun bisa aja dipaksa, iya kan? Dia bisa aja pura-pura sakit, biar Yun gak pulang." Ujar Sean, kukuh.

Yun keluar dari ruangan itu, membuat ketiganya menatap gadis yang terlihat agak ragu melangkah itu.

"Mau kemana, Yun?" Tanya Stuart, ramah.

"Sa-saya mau ambil kompresan lagi, Kak, disuruh Kak Wendy..."

"Sini, biar gw aja, loe istirahat gih!!" Ujar Kai, ia mengambil baskom itu dari tangan Yun.

"Tapi, Kak..."

Kai memberi isyarat padanya, membuat Yun berhenti bicara. Saat Kai pergi, Yun baru berani menatap Sean yang tampaknya marah sekali.

"Gw pergi, selesein semuanya baik-baik." Ujar Stuart sambil meremas bahu Sean yang terlihat tegang, lalu ia berjalan pergi untuk memberi waktu mengobrol pada mereka.

"Kak..."

"Gw gak terima diginiin, Yun, gak terima." Ujar Sean, marah.

"Dari dulu sampe sekarang, Kakak gak berubah sama sekali ya? Aku kira, setelah aku kasih kesempatan sama Kakak, Kakak bakal berubah."

"Loe gak pernah ngasih gw kesempatan, Yun, loe lebih milih dia dibanding gw."

"Aku kasih kesempatan sama Kakak, bukan berarti kita harus ngulang masa lalu, kan? Kita masih bisa berteman, aku masih menganggap kakak itu sebagai bagian dari masa lalu yang gak bisa aku lupain."

"Gw gak bisa, Yun." Ujar Sean, pelan.

Yun terdiam, ia menghela nafas pelan. "Maaf, Kak, aku benar-benar minta maaf karna gak bisa kayak dulu lagi." Ujarnya, pelan. Ia sungguh tak enak pada Sean, tapi kalau ia tak tegas, Sean takkan mengerti keadaan mereka yang tak sama seperti dulu. "Aku..."

"Gw tau, loe masih sakit hati sama hari itu, kan? Tapi loe tau sendiri kan, itu bukan mau gw, itu karna bokap loe. Gw... Ok, gw minta maaf soal malam itu, gw gak bermaksud nyakitin loe..."

"Gak nyakitin gimana? Kakak jelas bilang putus didepan cewek itu, ah, bukan, didepan Kak Zee. Kakak juga hamilin Kak Zee tanpa tanggungjawab, tapi Kakak masih temenan sama Kak Kai? Apa itu yang disebut lelaki baik-baik?"

"Anak itu udah gak ada, Yun."

"Tetep aja itu gak ngubah keadaan, Kakak udah ngancurin hidup Kak Zee. Harusnya Kakak malu sama Kak Kai yang masih mau nerima Kakak..."

"Kenapa jadi bawa-bawa gw?"

Yun terdiam, ia menggigit bibirnya. Kenapa ia tak bisa menahan diri untuk tak membawa masalah Zee disini? Tentu saja, kakaknya itu pasti akan marah jika Zee dibawa-bawa kedalam masalah mereka.

Sean menghela nafas kesal, ia memalingkan wajahnya.

Kai menatap keduanya yang diam, ia memutar matanya. "Kenapa? Mendadak bisu kalian?" Tanyanya, dingin. Ia sudah mendengar semuanya tadi, ia bisa saja marah, tapi bukankah itu juga merupakan kesalahannya sendiri? Kenapa ia tak bisa menjaga adiknya sendiri?

"Maaf, Kak..." Ujar Yun, pelan. Ia mengambil baskom yang ada di tangan Kai, lalu berjalan pergi.

"Yun..."

"Kita udah selesai, Kak, jangan ganggu aku lagi..." Ujar Yun sambil berjalan pergi, meninggalkan Sean dan Kai sendirian disana.

"Ada yang ingin kau bicarakan padaku?" Tanya Kai, membuat Sean menatapnya.

"Tidak ada." Jawab Sean, singkat.

"Lalu, tadi apa yang kalian bicarakan?" Tanya Kai sambil duduk dihadapan Sean, membuat Sean memutar matanya kesal.

"Loe serius amat, dia cuman... Ya, dia membahas itu."

"Untuk apa kalian membahas adikku?" Tanya Kai, membuat Sean terdiam. "Kenapa loe gak jawab gw?"

"Gw gak tau harus jawab apa, karna semuanya emang salah gw. Tapi loe kan ngerti, waktu itu gw butuh adik loe buat bikin Yun menjauh dari gw, biar dia bisa nerusin pendidikannya, abis itu gw bisa milikin dia lagi." Ujar Sean, menunduk. "Dan loe udah izinin gw buat itu, kan?"

Kai mendesah, bodohnya ia waktu itu malah mengizinkan Sean menggunakan Zee untuk kepentingannya. Harusnya ia menjaga adiknya itu, bukan malah mempertemukannya dengan pria seperti Sean. "Sudahlah, jangan bahas ini lagi." Ujarnya sambil beranjak, membuat Sean ikut beranjak...

"Loe mau kemana?"

"Tinggalin gw sendiri, Sean!!" Ujar Kai sambil menghempaskan tangan Sean, membuat pria itu terdiam. Baru kali ini Kai memperlakukannya seperti itu, tiba-tiba rasa bersalah itu mulai datang padanya.

"Maafin gw, Kai. Gw gak tau harus gimana, tapi gw mohon, maafin gw." Ujar Sean, membuat Kai tertegun. Sean bukanlah pria yang semudah itu mengatakan maaf, gengsinya terlalu tinggi untuk sekedar meminta maaf, sebesar apapun kesalahan yang ia lakukan. Tapi kali ini, Kai sedang tak mau mengalah padanya.

"Kalo loe jadi gw, apa loe bisa maafin diri loe sekarang?" Ujar Kai sambil berjalan pergi, meninggalkan Sean sendirian.

Yun menatap keduanya di balik dinding, ia menggigit bibirnya. Tentu saja merasa bersalah atas apa yang terjadi pada mereka, tapi ia juga bingung harus bagaimana agar Sean berhenti terobsesi padanya. Ia harus tegas pada pria itu, ia tak mau Sean terus bergantung padanya.

Semuanya udah selesai, Kak, kita udah selesai, kumohon mengertilah, aku lelah...

Hai, thanks udah mau nungguin story yng udah jamuran ini, huhu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, thanks udah mau nungguin story yng udah jamuran ini, huhu. Sabar, bentar lghi juga tamat kok, wkwk😂

Enjoy...

Sam Lee

OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang