Are You Ok?

172 23 0
                                    

Yun mendesah karna rasa pegal yang menyiksanya, kedua tangan dan kakinya diikat, mulutnya juga disumpal. Yun menatap sekelilingnya dengan tak berdaya, ruangan itu gelap. Hanya ada cahaya dari luar. Rupanya sudah malam, perutnya berbunyi kelaparan. Jelas Yun belum makan siang, kini Yun malah berada ditempat yang ia tak tau dimana. Yun terdiam, sepertinya ia diculik. Apa tiga orang kemarin? Atau ada orang berbeda lagi? Kini Yun cukup ketakutan, tadi beberapa orang itu menyuruhnya bicara dengan Dega. Hanya beberapa patah kata, tapi mungkin bisa memancing Dega untuk kemari. Yun meneteskan air matanya, ia memang selalu menyusahkan Dega. Ia harus bagaimana? Pergi dari sisi Dega? Itu malah semakin membuat kesempatan untuk menculiknya dan mengancam Dega semakin besar, seperti kata Josh. Kini Yun hanya bisa pasrah, Dega pasti datang, tapi mungkin pria itu tak bisa menyelamatkannya. Seperti kata Josh, Dega selalu berusaha sendiri menyelesaikan masalahnya, ia tak mau merepotkan orang lain. Bodoh sekali, sama sepertinya yang masih berharap bersama Sean.

"Yun!! Kau didalam?"

Yun menatap pintu yang didobrak dari luar, Yun mengenali suara itu. Yun tak mempercayai pendengarannya, bagaimana bisa pria itu berada disana? Apa ia mengikutinya? Jelas tadi ia melihat pria itu pergi dari gerbang universitasnya, kan?

"Yun!! Jawab aku, Yun!!"

Yun tak bisa menjawab, karna mulutnya disumpal. Ia hanya menunggu sampai pintu terbuka, ia cukup ketakutan saat mendengar suara ribut dari luar.

"Yun!!"

Brak!!

Pintu terbuka dengan lebarnya, Yun melihat darah mengalir dari dahi pria itu, Sean. Semua orang dibelakangnya tampak tengah berkelahi, Sean akan maju menghampirinya kalau saja tak ada yang menyerangnya. Semuanya kacau dan terekam jelas dibenak Yun, gadis itu harus melihat darah dan pukulan dimana-mana. Berbeda dengan saat Jay dan Dega berkelahi, mereka sangat tak teratur memukul kesana-kemari.

"Yun, kau baik-baik saja?" Tanya Sean, pria itu akhirnya bisa menghampirinya.

"Kau gak papa, kan? Tak ada yang kurang, kan? Kau..."

"Kak Dega dimana, Kak?"

Satu pertanyaan lolos dari mulut Yun, saat Sean membuka sumpalan dimulutnya.

"Apa?"

"Kak Dega datang, kan? Dia pasti yang menghubungi Kakak untuk datang kesini, iya kan?"

"Kamu masih memikirkan dia saat ini? Lihat kamu, kamu diculik, Yun!! Dan ini gara-gara dia, iya kan? Kamu dipake ancaman buat dia, gitu?"

"Kak Dega dalam bahaya, Kak, kita harus bantu dia. Kalau Kakak gak dihubungi Kak Dega, berarti Kak Dega masih dalam perjalanan kemari. Iya, kan?"

Sean memutar matanya, ia mendengar suara perut Yun. "Kau lapar, ya? Mereka tak memberimu makanan?" Ujarnya, kaget.

Yun terdiam, ia menatap keluar. "Kak Dega..."

"Apa sih yang kau pikirkan, Yun? Dega, Dega terus. Kau ini sedang dalam bahaya, mengerti?" Ujar Sean, kesal. "Lagian anak culun itu tak mungkin datang, karna dia penakut."

"Dia gak penakut, Kak, dia pasti akan datang." Ujar Yun, keras kepala.

"Tapi dia gak dateng, Yun!! Dimana dia? Dimana? Sekarang kita pulang, kau makan dulu!!" Ujar Sean, tapi Yun menggelengkan kepalanya.

"Dia bakal dateng, sendirian, dia bakal terjebak disini, tapi aku gak ada."

"Dia gak bakal dateng, Yun!! Terjebak? kita udah abisin semua orang disini." Ujar Sean, tak mengerti. "Kita harus pulang, mengerti? Apapun yang terjadi, dateng gak dateng, kita harus pulang!!"

"Tapi Kak..."

Yun memegang kepalanya yang terasa berputar, Sean segera menggendongnya.

"Kita pulang!!"

OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang