Meet Again

200 28 0
                                    

Yun berjalan sendirian di tengah keramaian kota, sesekali ia mengusap pipinya yang basah. Wajahnya tertunduk, tak mau terlihat bahwa ia tengah menangis. Mungkin nanti orang lain akan menyangkanya lemah, tapi Yun tak selemah itu!! Kak Josh salah menduganya, Kak Dega salah menyebutnya gadis lemah, mereka salah menilai diri Yun. Yun itu kuat, dia gak lemah, dia bahkan terkenal galak, sebutan cold princess itu masih terpatri di dirinya. Ya, Yun terkenal judes dan galak, itu berarti ia kuat, kan?

Yun menghela nafas, percuma juga ia menangis sendirian. Takkan ada yang memperdulikannya, takkan ada yang menghiburnya, takkan ada yang bisa ia jadikan sandaran. Setidaknya mengatakan ia kuat sudah cukup untuk membuatnya merasa demikian, tapi tak ada yang seperti Sean disini. Tiba-tiba ia merindukan Sean, berharap pria itu bersamanya. Tapi itu gak mungkin, Sean telah mengkhianatinya, Sean tak mungkin kembali padanya, Sean bahkan lebih jahat dari mereka. Tapi kenapa ia terus mengharapkan Sean? Kenapa ia tak bisa melupakan Sean? Apa yang dilakukannya hingga ia seolah tak bisa lepas dari bayangan Sean? Bahkan Yun berpikir, ia pasti pernah membandingkan Sean dengan pria yang ada didekatnya, tanpa sadar. Yun menangis pelan, ia benar-benar merindukan Sean.

"Hai, Yun, kau sendirian saja?"

Yun menatap pria asing yang bertanya padanya, beberapa pria muncul dibelakangnya.

"Ikut kami, yuk!!"

Yun mundur menjauh, kala mereka mendekat. Bagaimana bisa mereka tau namaku? Aku tak mengenal mereka, mungkinkah mereka adalah anak-anak dari fakultas dan universitasku?

"Ayo!! Jangan jual mahal, kami hanya ingin kau membantu kami." Ujar pria itu, tersenyum, tapi bagi Yun, itu adalah seringai penuh ancaman.

"Tidak mau, aku harus bertemu seseorang!!" Ujar Yun sambil berjalan mundur, ia mengambil ponselnya. "Oh, dia sudah di jalan, aku duluan, bye!!" Ujarnya sambil berbalik, lalu berlari sekuat tenaga.

"Eh, kejar!!" Ujar pria itu, membuat dua pria lainnya mengejar Yun.

Yun berlari sekuat tenaga, entah sejak kapan sekelilingnya jadi begitu sepi. Yun terlalu fokus menangis, jadi dia tak memikirkan jalan yang dilaluinya. Yun menatap sekelilingnya, kenapa tak ada orang sama sekali? Dia harus bagaimana?

"Ya! Yun, berhenti!! Percuma kamu lari, Yun!!" Teriak pria itu, kesal.

Yun tak berniat berhenti sekalipun, tapi kakinya melemah. Salahnya sendiri yang lebih memilih berjalan kaki dibanding naik bus, Yun tak mau orang lain melihatnya menangis di bus. Ia pernah melihat seorang gadis diam-diam menangis, lalu para pria menggodanya. Yun jijik melihatnya, membuatnya memilih untuk berjalan kaki guna menemukan halte yang lain agar ia lebih puas menangis sekaligus tak ada yang menganggunya.

"Yun!!"

Yun terperanjat kaget, saat salah satu dari mereka berhasil mencegatnya dari depan, dua orang lagi mengepungnya dari belakang.

"Mau kemana kau?"

Yun menatap ketiga pria itu waspada, tak ada jalan baginya untuk melarikan diri.

"Ikutlah dengan kami, kami takkan menyakitimu." Ujar pria itu, membuat Yun mendelik.

"Apa yang kalian mau dariku?" Tanya Yun, diam-diam tangannya meraih ponsel yang berada didalam tasnya.

"Kami tak mau apa-apa, hanya memanfaatkanmu." Ujar pria lainnya, membuat Yun terdiam.

"U-untuk apa?" Tanya Yun, tangannya melepaskan ponselnya. Yun tak bisa menghubungi siapapun, mungkin dia akan digunakan untuk mengancam Dega dan Josh, hanya kemungkinan itu yang Yun pikirkan. Kali ini ia tak boleh takut, ia harus menghadapi mereka sendiri. Dega dirumah sakit, Josh sedang menemaninya, Jay mungkin sibuk dengan genknya. Ia tak boleh merepotkan mereka, ia harus mampu menghadapi mereka sendirian.

OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang