Again and Again

55 12 5
                                    

"Kak Dega, buka pintunya!!" Ujar Yun, pelan. "Kakak marah padaku, ya?" Ujarnya, lagi.

Dega mengacak rambutnya kesal, seharian ini ia hanya diam di kamar, tanpa berniat keluar sedikitpun. Yun sudah berkali-kali berteriak didepan pintu, tapi Dega terlalu malu untuk menemuinya. Harusnya ia tak berlebihan seperti itu, harusnya ia bisa lebih tenang menghadapi Sean, harusnya ia tak cemburu melihat mereka bicara berduaan. Tapi bukankah Dega berhak cemburu? Bukankah Yun sudah memilihnya? Bukankah ia harus melindungi apa yang sudah jadi miliknya?

Memikirkan itu membuat Dega tak tahan, akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Ia ingin berjalan-jalan sebentar, sekedar mencari angin untuk bisa membuat pikirannya lebih jernih. Dengan jaket kulitnya, diam-diam Dega pergi dari rumah itu menuju bukit yang seingatnya berada tak jauh dari sana.

"Yuana?"

Yuana menoleh, saat Dega memanggil namanya. Gadis itu tersenyum, semilir angin meniup rambutnya membuat Dega semakin menyadari bahwa gadis ini begitu cantik.

"Sedang apa disini?" Tanya Dega, pelan.

"Nungguin Kakak..."

"Huh?"

"Nggak, cuman bercanda. Lagi suntuk aja di rumah, jadi aku kesini, ke tempat yang kusukai sampai sekarang."

"Kamu masih ingat tempat ini?"

"Tentu, gimana aku bisa lupa tempat kita menghabiskan waktu bersama?" Ujar Yuana, membuat Dega terdiam.

"Yuana..."

"Aku ngerti, Kak, Kakak udah punya Yun." Ujar Yuana, pelan. "Aku hanya... Sedikit menyesal ninggalin Kakak waktu itu, hanya itu." Ujarnya, tersenyum. "Kalau saja waktu itu aku bertahan sama Kakak, kalau saja waktu itu kita masih bersama, kalau saja..."

"Aku takkan seperti ini, kalau kau tak pergi." Ujar Dega, pelan. "Dunia itu berubah, Yuana, kamu juga harus berubah."

"Kakak benar, aku selama ini salah." Jawab Yuana, pelan.

"Bagaimana dengan gebetanmu itu? Kau mendapatkannya? Apa dia sudah jadi pacarmu?"

"Tidak, dia takkan pernah jadi milikku."

"Kenapa?"

"Karna dia Sean, Sean Alexanders."

"Apa?"

"Dulu sekali, sebelum aku benar-benar jatuh cinta pada Kakak, aku pernah mengagumi seseorang. Anehnya orang itu tiba-tiba mendekatiku, aku senang tentu saja, aku merasa sangat beruntung. Tapi seorang gadis, yang merupakan temanku, merebutnya begitu saja. Gadis itu..."

"Yun?"

"Ya, Kakak benar, Yun merebut Sean dariku. Aku marah padanya, tapi aku tak berani melawan Sean. Aku tau dia kejam, sangat sangat kejam. Pada akhirnya aku menyerah, sampai aku menemukan Kakak." Ujar Yuana, Dega tertegun. "Tapi keinginanku untuk memiliki pacar seperti Sean mendorongku untuk menyuruh Kakak masuk ke EXO, aku hanya... Aku hanya ingin mengalahkan Yun, tapi aku tak tau dampaknya begitu besar untukmu." Ujarnya, lagi. "Maafkan aku..."

Dega menghela nafas, pelan. Jujur saja ia bahkan tak tahu perasaannya pada Yuana sampai detik ini. Mereka berpacaran bukan karna ia menyukainya, tapi karna Dega merasa tak enak telah ditembak gadis itu. Perjuangannya masuk ke EXO memang keinginan gadis itu, tapi juga ada sekelumit impiannya untuk itu. "Itu bukan salahmu, lagian aku sudah melupakannya."

"Bohong..."

"Lalu, aku harus apa? Aku takkan bisa menjalani hidup kalau tak melupakannya, keputusanku untuk kembali kesini juga bukan karnamu, aku hanya ingin mengikuti Yun dan menghapus semua kenangan buruk di kota ini."

OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang