Dega vs Jay

157 24 1
                                    

Ruangan itu kembali hidup, Yun tanpa sadar memilih kembali menonton sambil duduk di kursi penonton. Ia menghela nafas, semoga ia tak menyesali keputusannya ini. Yun berdoa dalam hati, semoga Dega memenangkan pertandingan ini. Meskipun tak mungkin, karna tenaga pria itu sudah tak banyak. Keliatan sekali pikirannya tak fokus, beberapa kali pukulannya melesat. Meskipun dia masih bisa menghindari beberapa pukulan Jay, tapi Dega sudah kehilangan banyak tenaga untuk menahan rasa sakit ditubuhnya.

Sorak-sorai penonton tak lagi Dega dengarkan, ia berusaha fokus pada Jay. Meskipun pukulannya banyak yang meleset, Dega yakin ia bisa menang melawan Jay yang masih mampu berdiri dengan baik.

Bugh!!

Dega berhasil memukul wajah Jay, tapi itu tak membuat Jay gentar. Pukulan yang tak cukup bertenaga itu membuat Jay merasa Dega sudah tak memiliki tenaga lagi, Jay menghela nafas.

"Ga, kalo loe gak sanggup, loe bisa berhenti sekarang!!" Ujar Jay, membuat Dega menatap Jay sinis.

"Dan biarin loe menang gitu aja, nggak!!" Ujar Dega sambil memukul kembali Jay, membuat pria itu menatapnya jengah.

"Terserah, tapi ini yang terakhir!!" Ujar Jay, membuat Dega menatapnya.

"Jangan banyak bicara, Jay!!"

Bugh!!

Dega memukul Jay cukup keras dan telak mengenai perutnya, tapi itu tak sebanding dengan dirinya yang masih terhuyung kebelakang, kala Jay bergerak.

Jay tak mengerti jalan pikiran Dega, harus ya ia mati-matian seperti ini? Diam-diam Jay kagum pada Dega, pria itu tahan banting dan keras kepala demi seseorang yang disukainya, sadar atau tidak.

Bugh!!

"Ya! Jangan bengong kayak gitu!! Loe pikir, loe lagi lawan siapa?" Ujar Dega, kesal.

Jay memegang wajahnya yang mulai kena pukulan Dega, ia tersenyum senang. Well, pukulan yang sebenarnya menyakitkan, tapi tak seberapa untuk dirinya. "Loe benar-benar omong besar, ya..."

"Siapa yang ngajarin? Ayo lawan gw, jangan bengong lagi!!" Ujar Dega, membuat Jay tersenyum senang.

"Oke, jangan nyesel, ya!!"

Bugh!!

Jay memukul rahang Dega yang ia tau adalah titik lemah yang tak Dega sadari, seketika itu juga Dega ambruk, tanpa bisa dicegah. Semua orang tercengang melihatnya, kali ini Dega benar-benar tak bisa bangkit. Tenaganya habis, kini Dega pasrah. Apapun yang terjadi, dirinya sudah berusaha mempertahankan Yun, mempertahankan kesepakatan mereka, mempertahankan semua yang bisa ia pertahankan, mungkin akan ada jalan lain untuk ia melindungi Yun lagi, jika diberi kesempatan.

Sang wasit mulai menghitung, kala Dega benar-benar menutup matanya. Jay mengatur nafasnya yang terengah, ia puas melihat Dega terjatuh begitu saja dihadapannya hanya dengan pukulan ringan darinya. Tapi diam-diam hatinya mencelos, kala mengingat selama dua ronde pertama, Dega hanya menerima pukulan darinya tanpa melawan. Itu gak adil, kan? Itu artinya kemenangan ini gak adil, Jay gak berhak mendapatkannya. Dan Yun, gadis itu, Jay tak pantas memilikinya walau ingin. Ia harusnya malu pada Dega, bukannya puas karna kemenangan yang gak adil ini.

"Ga, bangun, oii!!"

Teriakan itu membuat lamunan Jay buyar, Jay menatap Dega yang menutup matanya. Josh tengah membangunkannya, tapi pria itu tak kunjung membuka matanya. "Kita bawa dia ke rumah sakit!!" Teriaknya, panik.

Apa? Pukulannya yang dirasa tak terlalu kencang membuat Dega harus dibawa kerumah sakit? Lalu, pukulan-pukulan yang bersarang ditubuh Dega sedari tadi kemana? Apa itu tak ada efeknya sama sekali? Pukulan kerasnya yang tak seberapa atau Dega yang begitu kuat menghadapinya?

OBSESSION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang