"Yun, hayooo, loe lagi ngapain?" Tanya seorang gadis kepada gadis yang tengah memegang ponselnya itu, membuat gadis itu sedikit terperanjat kaget. "Nungguin telpon dari siapa tuh? Senior lagi?"
Gadis itu berdecak, kesal. "Rima, berhenti nyebarin nomer hape gw ke senior ah, gw kan jadinya perlu ganti nomer lagi." Ujarnya, sebal.
"Kenapa? Kan lumayan daripada jomblo terus, iya kan? Kayak Kimberly dong udah jadian sama Kak Jack, kamu mah dideketin sama senior malah gak mau." Ujar gadis lainnya, Luni.
"Kimberly mah cantik, pantes Kak Jack mau." Ujar gadis itu, Yuanita.
"Bilang aja loe gak mau move on dari mantan loe dulu, iya kan?" Ujar Rima, membuat Yuanita mendelik.
"Loe trauma ya, Yun?" Ujar Luni, membuat Yuanita segera menjitaknya.
"Mana ada, gw cuman males pacaran, mending fokus kuliah, sekarang kita udah mau semester akhir, tau." Ujar Yuanita, sebal.
"Yakin?"
"Iyalah, ngapain juga pacaran, cuman buang-buang waktu? Lagian bukannya kalian juga jomblo ya, ngapain sih nyuruh-nyuruh gw buat pacaran?" Ujar Yuanita, sewot.
"Gak papa sih, kami cuman heran, loe kan gak pernah tertarik sama cowok manapun." Ujar Rima, membuat Yuanita mendesah kesal.
Tiba-tiba terdengar suara deruman motor, tidak hanya satu, beberapa motor tiba-tiba parkir di hadapan Yuanita yang memang sedang berjalan ke parkiran. Yuanita dan kedua temannya itu hampir saja mundur, kaget karena keberadaan motor itu.
"Ya! Kalo jalan liat-liat dong. Kalo kita ketabrak, gimana?" Ujar Yuanita, kesal.
Pria itu membuka helmnya, membuat Rima dan Luni yang berada disamping Yuanita menahan nafas mendadak, pria itu menatap Yuanita. "Ada masalah?"
Yuanita ingin bicara kembali, tapi ia merasa semua perhatian tertuju pada mereka. "Dasar berandalan gak jelas, nyebelin." Ujarnya sambil bergegas pergi, membuat keduanya temannya bingung.
"Ah, maafkan kami." Ujar Rima dan Luni, mereka segera menyusul Yuanita yang sedang dalam mood tak baik.
"Yun, kok malah marah-marah sih? Depan cogan pula, kan sayang kalo dia ilfil sama loe." Ujar Rima, sedikit kesal.
"Bodo amat, dikira parkiran punya sendiri apa ya, nyebelin banget." Ujar Yuanita, kesal.
"Sebenarnya yang salah itu kita lho, kita sembarangan jalan di parkiran." Ujar Luni, membuat Rima menatapnya sebal. Pasalnya dari tadi Yuanita marah-marah, bisa-bisa Luni jadi korban mood Yuanita yang emang sudah jelek sejak pagi.
Yuanita terdiam, memang benar sih, mereka yang salah. Tapi bodo amat, Yuanita kembali melangkahkan kakinya. Dia terlanjur benci, benci pada orang-orang yang membawa motor, apalagi senior yang ada dihadapannya itu, yang katanya adalah anggota genk motor yang sedang merajalela di kota ini.

"Namanya Yuanita, julukannya cold princess. Dia emang galak, ada yang bilang dia masih belum move on dari mantannya, jadinya dia galak pada semua pria yang mencoba mendekatinya."
"Huh? Apa?" Tanya seorang pria dihadapannya yang termenung sedari tadi, membuat pria itu tersenyum lebar.
"Loe mikirin cewek yang tadi di parkiran, kan?" Ujar pria itu, membuat pria lainnya tersenyum.
"Cuman teringat masa lalu kok, kayaknya gw pernah kenal sama seseorang kayak dia. Lagian gw gak tertarik sama dia, masa gw tertarik sama cewek judes kayak dia?"
"Yakin? Dia cakep, lho."
"Dia mana mau, kan dia udah punya Wendy."
"Heh, Wendy sahabat gw, ngapain gw pacarin dia?" Ujar pria itu, tak terima.
"Temen rasa pacar tepatnya, haha!!" Ujar yang lainnya, membuat pria itu melemparkan bantal kearahnya yang ditangkap dengan mudah oleh lawan bicaranya itu. "Bener, kan?"
"Si*l*n!! Berisik banget sih loe!!" ujar pria itu, sebal. "Kayak bukan bucin orang aja loe!!"
"Ya, emang bener kan? Gw gak salah dong, lagian loe sama Wendy nempel gitu kemana-mana."
"Hm, sekarang nggak tuh." Ujar pria itu, setengah meledek.
"Bentar juga muncul tuh anak." Ujar yang lainnya, membuat pria yang tengah jadi bahan godaan itu berdecak kesal.
"Ga, loe mau ikut kan, ntar malem?"
Akhirnya ada yang mengalihkan pembicaraan, siapa lagi kalo bukan Joshua, sang ketua, entah kenapa Josh -panggilan pria itu- gak suka mereka membicarakan Wendy, cewek yang selalu menempel kemanapun Dega pergi, cowok tampan itu.
"Ikutlah, Josh, dia kan jagonya jalanan." Ujar Yuta yang tengah duduk disamping Dega, membuat Dega mendelik. "Ya, kan?"
"Hmmm, gw juga lagi bosen sih." Ujar Dega, pelan.
"Yeaaahhh, asyik dong nanti malam." Ujar Yuta, bersorak.
"Asik ngapain loe? Nggak ngebucin?"
"Ya!!" Teriak Yuta, sebal.
Dega hanya tertawa dibuatnya, Yuta cemberut kesal.
Yun tengah berdecak kesal, ia benar-benar sebal hari ini. Kesialan terus menghampirinya, belum lagi tugas yang mengharuskannya duduk berjam-jam di perpustakaan. Yun menghela nafas, ya, ini resiko yang harus ia hadapi karna jurusan Psikologi yang diambilnya. Yun pun berjalan menuju parkiran untuk mengambil sepedanya, tatkala dua sahabatnya memanggil.
"Yun, Yun, tunggu!!" Teriak Luni sambil menghalangi sepeda Yun, membuat Yun kaget.
"Ada apa?" tanya Yun, ia melihat Rima ikut menyusul Luni dengan nafas terengah.
"Hmm, Rim, loe yang bilang deh." Ujar Luni, agak ragu. Rima yang masih terengah berusaha mengatur nafasnya, membuat Yun menatapnya.
"Oii, gw banyak kerjaan ini." Ujar Yun, heran. Ada apa dengan dua sahabatnya ini? Kalau bukan hal penting, pasti mereka gak bakalan seperti itu.
"Kan tadi loe bilang kita disuruh nyari pacar, tapi kita gak mau loe sendirian kalo kita punya pacar." Ujar Rima, membuat Yun menatapnya penasaran.
"Terus?"
"Ayo ikut kencan buta!!"

Hai, Obsession balik lagi nih. Semoga kalian sudi baca cerita ini, semoga kalian suka juga, soalnya cerita ini udah lama ketimbun di kepala aku😂😂 makasih yang mau baca, maaf kalo masih banyak kekurangan. Aku belum sehebat yang lain, jadi maaf yang sebesar-besarnya.
15 July 2019
Sam Lee
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION (END)
AcciónTRILOGY OF LABYRINTH #1 OBSESSION #2 SECRETS (ft Axelle Kang) #3 BUTTERFLY (ft Chaca Kim) Plot : Yun dan Sean adalah sepasang kekasih dengan kepribadian yang berbeda, Yun yang penyayang dan lembut mampu menaklukan sifat keras dalam diri Sean. Sea...