Rindu,mungkin itu yang bisa mendefinisikan perasaan Rahma saat ini.Rahma rindu Tika sahabatnya yang selalu ada untuknya,Rahma rindu teman temannya di Jakarta,Rahma rindu dengan Gara yang sudah Ia anggap sebagai sahabatnya,dan tentu saja yang paling Rahma rindukan adalah Rama Adiputra,sang kekasih malang yang ditinggalkannya tiga bulan yang lalu.
Rahma masih ingat betul saat terakhir Ia bercengkrama dengan orang orang itu,sayangnya pada saat perpisahan itu Rahma tidak bisa melihat.padahal Rahma sangat ingin melihat wajah wajah teman temannya,terutama Rama.tapi Rahma bersyukur karena masih bisa di ijinkan untuk melihat kembali,kini Ia bisa melihat dengan jelas dengan indra penglihatannya.
"Kak makan dulu" Pangeran menghampiri Rahma yang sedang berbaring di kasurnya dengan membawa bubur dan segelas air putih.
"Makasih dek,taro aja di meja" Rahma bahkan malas untuk makan,apalagi makanan yang pangeran bawakan itu bubur.
Bubur hanya mengingatkan Rahma tentang sosok Rama,dan hal itu yang memicu rasa rindu yang semakin dalam.bisa bisa Rahma akan menangis sambil memakan buburnya.
"Ayo dong kak,kakak kan baru oprasi.jadi harus makan dan istirahat yang cukup "Pangeran mengambil semangkuk bubur yang tadi Ia taruh di nakas.lalu menyendoknya dan hendak menyuapi sang kakak.
Rahma mengibaskan tangannya "gue gak mau Ran,gue masih kenyang" tolak Rahma.
Pangeran memukul kepala Rahma pelan "lo makan apaan?orang dari kemaren lo gak makan kan?lo mau pulang gak sih?" Pangeran berdecih "gue mah mau pulang ke jakarta!kalo lo gak sembuh sembuh,gimana gue bisa balik ke jakarta?" Pangeran menaruh kembali bubur yang dipegannya ke nakas.
Rahma membuang napasnya "gue juga mau pulang dek" lirih Rahma.
Pangeran memutar bola matanya "gak usah sok sad,mukak lo gak cocok kayak gitu" lagi,pangeran mengambil kembali bubur di nakas lalu kembali menyuapi kakaknya "cepetan makan!jarang jarang gue baik sama lo kak"
Kali ini Rahma menerima suapan dari adiknya,Pangeran memang terlihat jahat untuk menjadi adik.tapi Rahma tahu dibalik sikap Pangeran yang seperti ibu ibu rempong itu,adiknya itu sangat baik dan perhatian.Rahma tahu gerutuan Pangeran adalah bentuk rasa sayang Pangeran untuk Rahma.
"Lo beli bubur dimana?" Rama bertanya setelah menelan bubur yang tadi disuapkan pangeran.
"Di jonggol!baik kan gue jauh jauh ke jonggol cuman buat beli bubur doang" perkataan pangeran barusan membuat Rahma tidak tahan untuk tidak memukul kepala adik bungsunya itu.
Pletak
"Lo mah kalo di ajak ngomong tuh gak pernah serius Ran!" Kesal Rahma.Pangeran memegangi kepalanya yang berdenyut "lu masih sakit tapi tenaga lo kuat banget kak,jangan jangan lu itu iblis yang lagi nyamar ya?mau goda manusia?atau mau godain gue" pangeran bergidig ngeri.
"GUE SETAN!KENAPA?" Rahma tidak kuat lagi menghadapi adiknya yang sakit jiwa itu.berbicara dengan pangeran memang selalu menyebalkan bagi Rahma.
Pangeran terbahak melihat ekspresi Rahma,walaupun kakaknya itu sedang sakit atau bisa dibilang masih belum stabil,tapi gadis itu masih sangar dan ganas.bahkan teriakannya masih sama seperti dulu.
●●●
Rama menyenderkan punggungnya ke belakang kursi kerjanya,Rama kini berada di Cafe Adiputra.hanya Cafe ini yang menemani kesepian hati pria yang tengah galau itu.
"Heh dek!diem diem bae,ngopi napa ngopy" Michelle datang dengan cengiran tanpa dosanya.
Melihat sengaja mengganggu adiknya itu,karena Ia tak mau melihat Rama terus berdiam diri seperti itu.sudah tiga bulan lamanya Rama hanya sibuk mengerjakan pekerjaannya,mungkin dengan bekerja Ia bisa meluapkan masalahnya.
"Diem ah lo!berisik" sentak Rama yang masih dalam posisi semula,dengan wajah kusut.
"Yee orang gue cuman mau bilang,tuh pelanggan diluar banyak banget.gue ribet daritadi" Michelle menarik lengan adiknya "ayok ah lo,jadi cowok lembek banget kayak cicak" ujarnya.
Rama hanya pasrah dan mengikuti tarikan kakaknya,walaupun Ia sebenarnya malas untuk melakukan sesuatu.tapi mungkin dengan kesibukan ini,Rama bisa melupakan segala kegundahan dalam dirinya.
"Iya ah lo bawel!" Balas Rama malas.