Source : Baltyra
Nenek buyutku suka sekali mendongeng, ketika itu hanya aku cucu satu-satunya yang sudah besar, atau mungkin baru aku cucu tunggal di keluarga. Nenek buyut, sering kupanggil simbah, tinggal di rumah yang posisi rumahnya di belakang rumah nenek, yang biasa aku panggil simbok.
Biasanya, kalau menjelang sore, atau sekitar jam 6 sore, aku sering ke rumah simbah, atau sebaliknya, simbah ke rumah simbok. Di dapur simbok ada amben (bale-bale bambu) yang ukurannya sangat besar, yaitu memanjang dari ujung ke ujung dinding, ukurannya kira-kira 8x 2 meter. Bisa untuk tidur berapa orang ya ? Berjejer-jejeran mungkin bisa lebih dari 10 orang tidur bareng hehe. Amben itu digelari dengan tikar mendong, tidak ada kasurnya.
Nah, biasanya simbah duduk di amben itu sambil nginang, aku tiduran di sampingnya. Simbahku kalau mendongeng ceritanya itu-ituuu saja ngga pernah ganti. Yaitu mengenai perang Belanda.
"Mbiyen londo-londo kuwi saben Minggu mesti neng omah iki ngger, tuku beras sak grobak". (Dulu pasukan Belanda itu setiap hari Minggu selalu datang ke rumah ini nak, beli beras satu gerobak).
Karena menurut simbah, dulu adalah pedagang beras. Sedangkan suami simbah hilang entah ke mana, simbah hanya ingat ketika itu suaminya dijemput pasukan Belanda. Setelah itu tak pernah kembali.
Karena aku bosan dengan cerita simbah, aku minta diceritakan hal lainnya. Ketika itu tak ada siapa-siapa. Hanya ada aku dan simbah di rumah. Lampu penerangan masih pakai lampu teplok yang pakai semprong, jika sudah kotor kena api, semprong jadi hitam dan harus dibersihkan pakai gombal amoh (kain yang sudah tak dipakai).
Nah, suasana jam 7 malam sudah sunyi sepi. Kalau sedang mendongeng, simbah biasanya sambil elus-elus kepala hingga aku tertidur. Suatu malam, simbah menceritakan tentang keblak, yaitu yang dipercaya sebagai hantu yang berbunyi bleg...bleg...bleg, jika lewat tengah malam. Saat itu, aku begitu takut dengan kedatangan hantu keblak.
Masyarakat di sekitar Sleman dan sekitarnya pasti tau misteri hantu keblak. Banyak sekali macam-macam cerita mengenai bentuk dari hantu keblak ini. Ada yang bilang bentuknya menyerupai menthog, semacam bebek tapi lebih pendek, ada juga yang bilang seperti kelelawar raksasa, ada yang bilang seperti ayam kalkun, dan beberapa sumber atau saksi mengatakan keblak ini bermata merah, dan kepalanya menyerupai kepala manusia. Itu kira-kira deskripsi tentang keblak dari cerita-cerita simbahku dan simbah-simbah yang aku kenal dulu.
Di samping rumah simbahku, dan rumah simbokku ada kebun luas, yang waktu itu ada pohon duren yang sangat besar, ada banyak pohon pisang, dan kedua rumah dikelilingi pagar dari tanaman yang selalu dipangkas rapi oleh bapak(mbah kakung). Rumah dan pekarangan selalu bersih, dan setiap hari banyak teman-teman yang datang, hingga suasana selalu ramai. Tidak tampak suasana mistis, angker atau gelap di rumah simbahku.
Namun jika sudah menjelang malam, baru suasana lengang menguasai kampung. Ketika itu belum ada listrik. Penerangan pakai teplok dan minyak tanah sebagai bahan bakar. Penduduk biasanya sudah tidur menjelang jam 9 malam. Membayangkan malam saat itu kok sepertinya mencekam ya, dan penduduk cepat curiga ketika ada anjing menggonggong, biasanya berpikir itu ada maling menyelinap di kampung, seketika semua bapak-bapak segera waspada.
Kembali ke simbahku yang sering menceritakan hantu keblak. Begitu mbahku mulai cerita, aku akan meringkuk, dan setengah mendekap mbahku. Mbahku cerita jika hantu keblak sepertinya malam ini akan datang. Sepertinya mbahku pandai menangkap firasat. Perkataan mbahku diamini oleh ibuku, simbok, mbah kakung serta keluarga yang ketika itu berkumpul.
keblak
Aku ngga percaya bahwa hantu keblak benar-benar datang malam itu. Lewat tengah malam aku benar-benar mendengar suara bleg...bleg...bleg...bleg...., aku terdiam dalam ketakutan. Suara itu begitu dekat, dekat sekali dengan dinding, seakan getaran gerakan keblak bisa terasa. Aku meringkuk, ketakutan dan merasakan berat karena menahan nafas, seolah aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara, meski hanya hembusan nafas, agar keblak itu tidak masuk ke rumah.
Pikiran dan bayanganku pada sosok keblak saat itu adalah wujud manusia berwajah seram, dan kakinya hanya satu, sehingga saat berjalan, keblak itu meloncat dan untuk itu mengeluarkan bunyi bleg...bleg...bleg...., seumur hidupku baru sekali itu aku benar benar mendengar apa yang dinamakan hantu, sesuatu yang menurutku gaib.
Pagi-pagi hari, begitu semua sudah bangun, kami saling tanya apakah semalam mendengar suara keblak. Dan ternyata kami semua mendengar. Keblak itu seolah berada di sekitar rumah simbah. Karena suara keblak berhenti beberapa saat, dan tidak terdengar lagi. Bagiku, keblak itu benar adanya, karena aku pernah mendengar suara itu meski hanya sekali itu seumur hidupku. Sedangkan simbahku sudah berkali-kali mendengar suara keblak, meski tidak pernah membuktikan seperti apa wujudnya. Namun banyak tetangga ketika itu, yang bercerita, sudah membuktikan dan melihat wujudnya dengan mengintipnya dari dalam rumah yang berdinding gedhek (anyaman bambu).
Orang-orang Jawa, terutama di wilayah Sleman dan sekitarnya, tentu banyak yang tau dan mendengar sejarah keblak . Yang mana keblak masih merupakan makhluk misterius dan tetap diyakini ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
ENSIKLOPEDIA MISTERI HOROR BUDAYA INDONESIA
Horror#1 Di Ceritahoror (28/10/18) INDONESIA ! BUDAYA KULTUR MISTERI KEPERCAYAAN MITOS MISTIK LEGENDA BANGUNAN ANGKER SANTET HANTU PESUGIHAN PAMALI SOMPRAL CERITA TURUN-TEMURUN KETAKUTAN LEGENDA PELET CERITA YG AUTHOR SUKA DI COPAS DISINI SEKEDAR UNTUK BE...