Urban : Mbok Lasmi, Legenda Tanah Jawa #2

2.7K 116 1
                                    

Source : Kaskus id : ndemun75 / finahdy / Wayah Surup

Lasmi akhirnya bangun dan menyiapkan sarapan dan bekal untuk suaminya, tepat jam setengah tujuh lasmi ditinggal lagi oleh suaminya. Sebenarnya ada perasaan senang saat suaminya pergi, itu berarti ia bisa berduaan dan memadu kasih dengan selingkuhannya.

"Hati-hati mas"

"Iya, kamu yang baik ya di rumah"

Lasmi mengangguk, hadi kemudian mengecup kening istrinya. Tak lama kemudian ia berangkat.

"Gak papa ditinggal lagi, kan ada joko, hihihi..." lasmi senang karena malah bisa berdekatan lagi dengan joko.

Hari ini lasmi kembali berjualan jamu sampai siang, malamnya seperti biasa, menjajakan hidangan khas warung kopi.

Malam yang semakin menggelayut mengantarkan para pembelinya untuk pulang, kecuali joko. Ia kembali membantu lasmi merapikan warungnya. Setelah selesai mereka mengobrol.

"Cantik" lirih kata joko.

"Apa, tadi bilang apa?" sahut lasmi.

"Cantik" jawab joko.

"Siapa?"

"Kamulah lasmi... siapa lagi"

Lasmi hanya bisa tersipu malu, baru kali ini joko bilang cantik padanya. Joko tiba-tiba memegang kedua tangan lasmi.

"Lasmi, aku mencintaimu, sudah lama"

Lasmi hanya menunduk, tak berani menatap wajah tampan joko.

"Aku mencintaimu lasmi"

"Tapi kan aku sudah menikah..." kata lasmi pelan.

"Aku tau, tapi aku juga tau kalau kamu juga cinta sama aku kan??"

Lasmi tidak bisa menjawab, ia bingung harus menjawab apa, ia adalah istri orang, tapi dalam hatinya ia sangat mencintai joko.

"Lasmi...." joko kembali berbicara

"Iya, aku cinta kamu" jawab lasmi pelan nyaris tak terdengar.

Joko pun tersenyum, ia senang cintanya ternyata tak bertepuk sebelah tangan.

"Suamiku bagaimana?" tanya lasmi.

"Tenang, asalkan dia tidak tau tidak apa-apa" joko menenangkan lasmi yang masih takut akan hubungan gelap ini.

Joko kemudian mengangkat dagu lasmi kemudian mencium bibirnya, lasmi kaget, bingung tapi senang.

Mereka saling pandang, hingga akhirnya entah siapa yang memulai mereka sudah berada di kamar, melakukan hubungan layaknya suami istri.

Malam telah lewat, pagi datang menggantikan. Sebelum subuh joko berpamitan pada lasmi, ia lalu keluar melalui pintu belakang agar tidak ketahuan oleh warga.

Waktu terus bergulir, cinta terlarang itu terus menguat, hubungan mereka semakin rapat. Hampir tiap hari joko menginap di rumah lasmi. Hingga suatu hari lasmi mengalami muntah-muntah. Kebetulan tetangganya yang bernama mbok dasem melihat lasmi yang muntah di depan rumah saat menyapu halaman.

"Nduk, masuk angin?" tanya mbok dasem.

"Iya kayaknya mbok"

Mbok dasem memperhatikan lasmi dengan seksama, ia melihat ada yang berbeda dengan gadis cantik dihadapannya itu.

"Kamu kayaknya hamil nduk" kata mbok dasem.

"Masa sih mbok?" lasmi sedikit terkejut.

"Iya, aku kan sudah pengalaman, anakku saja ada empat, coba bawa ke dokter saja biar di periksa" mbok dasem memberi saran.

"Iya mbok, nanti aku tak ke dokter" jawab lasmi.

"Yasudah istirahat dulu, aku tak pulang dulu ya nduk"

"Iya mbok, makasih ya mbok..."

"Iyo nduk.."

Lasmi langsung berpikir, kira-kira kalau dia benar hamil lantas siapa bapak dari anak ini. Suaminya atau malah si joko selingkuhannya? Walaupun suaminya jarang pulang, tapi setiap kali pulang pasti minta "jatah" padanya. Sedangkan joko, dia sangat sering tidur dengannya, dan tentu pastinya meminta"jatah" seperti suaminya.

"Mungkin joko yang sudah menghamili ku, kan aku seringnya tidur sama dia" lasmi pun senyum-senyum sendiri. Ia sangat senang jika jabang bayi yang dikandungnya itu adalah hasil dari benih lelaki yang benar-benar ia cintai selama ini.

Hari itu juga ia ke dokter dan ternyata benar kata mbok dasem, lasmi hamil. Ia lalu pergi ke wartel untuk menghubungi suaminya, memberikan kabar gembira.

Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan joko. Kebetulan ia baru saja pulang kerja. Dari kejauhan joko sudah melihat lasmi, seorang perempuan yang sudah ia kenal dan hafal luar dalam bahkan sampai lipatan tubuh yang paling dalam sekalipun.

"Sayang, aku hamil lho... aku baru saja dari dokter, pagi tadi aku mual-mual trus kata mbok dasem aku ini hamil, ehh pas aku periksa ke dokter ternyata beneran hamil" wajah lasmi nampak sumringah.

"Waahh benarkah?" kata joko dengan raut muka yang tak kalah bahagianya.

"Iya, dan aku yakin ini anak kamu, kan kamu yang sering tidur sama aku, mana tiap malam minta jatah lagi, hehehehe..." lasmi terus tersenyum.

"Aku senang, kalau itu adalah anakku, mulai sekarang kamu gak usah jual jamu dulu, atau kalau mau jualan ya di rumah saja, kalau kecapean nanti malah bahaya"

"Iya, sayangku... aku pulang dulu ya" lasmi pamitan.

"Hati-hati ya" jawab joko.

Mulai hari itu joko makin sering menginap di rumah lasmi, tentu saja tanpa sepengetahuan orang. Hingga akhirnya tiga bulan kemudian terjadi peristiwa besar di malam hari.

Sesosok makhluk pendek, hitam, berbulu dan bermata merah menyala masuk ke dalam rumah lasmi, makhluk itu adalah pak arif yang sedang menggunakan ilmu hitam untuk mendapatkan janin bayi sebagai tumbal pesugihan.

Saat meraba perut lasmi, wanita cantik itu terbangun dan kemudian menjerit.

"Aaaaaaa.... tolong.... pergi sana!!!!" lasmi sangat ketakutan. Wajahnya langsung memucat.

Joko pun ikut terbangun, ia terkejut dengan yang ada dihadapannya, joko langsung melayangkan pukulan tapi sayang, makhluk itu tahan pukul rupanya. Dengan sekali tebas, perut lasmi jebol hingga terlihat janin bayinya, makhluk itu menggunakan kuku tajamnya untuk merobek perut mangsanya. Janin bayi diambil dan joko juga dibunuh dengan cara digigit lehernya.

Keesokan harinya, hadi pulang dari kota. Ia sangat terkejut, di bilik pribadinya istrinya mati dengan cara mengenaskan, terlebih lagi disampingnya ada lelaki yang kelihatannya tidur bersama lasmi. Hadi merasa di khianati selama ini. Dan yang lebih mengejutkan, wajah lasmi berubah menjadi keriput layaknya orang tua, walaupun masih bisa dikenali, imbas dari korban tumbal pesugihan. Tanpa menunggu lama ia lantas meminta pertolongan tetangga.

Upacara pemakaman dilakukan saat itu juga dibantu para warga.

"Kasihan ya si hadi, sudah istrinya selingkuh, sekarang ditinggal selamanya" kata seorang ibu-ibu.

"Iya ya, si joko juga tak tau diri, perempuan sudah nikah koq malah diajak selingkuh" timpal yang lain.

"Ih paling juga si lasmi itu yang kegatelan" yang lain lagi menambahi.

Hadi yang terpukul akhirnya memilih mengosongkan rumahnya, ia pindah ke kota. Rumah yang selama ini ia tempati dikosongkan.

Hadi bahkan sempat stres saat mengetahui keluarga kecilnya yang baru ia bina beberapa bulan sudah kandas, yang membuatnya sangat sedih adalah kisah perselingkuhan istrinya dengan joko yang belakangan ia ketahui kalau joko adalah laki-laki yang sangat dicintai istrinya bahkan sebelum ia nikahi.

Sungguh miris, lasmi yang selama ini ia sayangi, ia cintai dengan tulus ternyata berkhianat. Entah apa yang ada di pikiran lasmi, kenapa ia begitu tega melakukan ini semua.

Hadi tak habis pikir, apa yang membuat istrinya menjadi seperti itu. Sikap manis yang sering ia perlihatkan didepannya selama ini ternyata hanyalah semu, hanyalah tipu. Dibelakang itu tersimpan wajah lain, wajah pengkhianat yang sangat membuat emosi naik ke titik puncak.

Pandang mata hadi lurus ke arah barat, di sana matahari bersiap pulang, cahaya rona kemerahan bertebaran di langit. Senja yang menggantung. Senja yang sangat indah di tengah-tengah kota. Tapi itu berkebalikan dengan warna hatinya yang jauh dari kata indah. Pilu dan menyedihkan mungkin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hati hadi saat ini.

Sejenak, pandangannya beralih ke kiri. Di sanalah ada sebuah bangunan kosong yang sudah lama tidak dihuni. Lumut dan tanaman liar menjamah dinding hingga membuat warna dinding yang semula putih berubah menjadi hijau kusam. Rumput ilalang yang mengelilinginya menjadikan tempat itu sedikit angker apabila dilihat sekilas. Dulunya, tempat itu adalah gudang milik perusahaan tempat hadi bekerja, tapi sekarang sudah tidak digunakan lagi entah karena apa ia pun tak tahu, karena sejak ia bekerja di perusahaan pakan ternak tersebut, bangunan itu ya memang sudah begitu keadaannya.

Hadi kembali menatap ke arah barat. Matahari benar-benar akan pulang kali ini, cahaya semburat merah lama-lama hilang digantikan malam yang nampaknya sudah tak sabar ingin segera menghiasi kota itu. Dari arah belakangnya, seseorang dengan sandal jepit dan topi yang dipakai terbalik berjalan menuju tempatnya.

"Disini rupanya? pantas aku cari di garasi koq tidak ada"

Hadi hanya menoleh sebentar lalu kembali menatap ke arah barat.

"Yaaahh.... aku sudah tau semuanya di, aku turut belasungkawa, semoga istrimu tenang di sana & diampuni segala dosa serta kesalahannya" orang itu menyodorkan tangan kanannya.

Hadi pun berbalik dan menjabat tangan samsul, rekan kerjanya.

"Terimakasih sul" ucap hadi dengan sunggingan senyum, senyum yang ia perlihatkan adalah senyum yang dipaksakan.

"Sabar di... semua itu kan ada hikmahnya to, ikhlaskan ya di, dia sudah tenang di sana, yuk berangkat! jadwal kita nih kirim ke kota sebelah".

Samsul pun merangkul pundak hadi, mereka kemudian berjalan beriringan menuju garasi dimana truk yang akan mereka gunakan terparkir.

Masih di malam yang sama tapi di tempat yang berbeda. Desa wonojati selalu dikerubuti hawa dingin yang tak pernah habis. Maklumlah, desa tempat tinggal lasmi itu letaknya memang di dekat gunung, jadi hawa dingin pasti terus ada di desa itu.

Beberapa hari setelah meninggalnya lasmi, warga yang biasanya ngopi di warungnya lasmi sekarang memilih nongkrong di pos ronda atau angkringan di sudut-sudut desa. Adapula yang lebih pilih diam dirumah.

Seseorang dengan sepeda motor bututnya nampak sedang apes, sepeda motor tua itu tidak mau jalan. Padahal ia baru saja memperbaikinya, melewati hutan bambu yang jalannya tidak rata makin menambah beban si empunya motor. Suara pohon bambu yang tertiup angin menjadi pengiring langkah kakinya.

"Ah danc*k! motor sialan! kan kemarin baru saja tak service di bengkel, lha ini koq malah gak mau jalan lagi itu lho, wah susah!" umpat si pemilik motor.

Ia terus menuntun motornya menuju ke rumah, di tengah perjalanan ia melihat seorang perempuan rambut panjang, memakai rok panjang warna putih dan baju lengan pendek warna merah sedang menenteng tas besar. Anehnya perempuan itu nampak kesakitan dan terus memegangi perutnya.

Karena penasaran, jono pun lantas mendekatinya. Khawatir kalau wanita itu adalah korban penganiayaan.

"Mbak, itu sampean kenapa mbak koq perutnya keluar darah terus, ayo mbak tak temani ke rumah sakit" jono terus memperhatikan perut wanita itu yang terus mengucurkan darah.

Wanita berbaju merah itupun kemudian menoleh, "perutku sakit jono, perutku ini lho hancur.. calon bayiku ikut hilang, sakit...", wanita itu meringis kesakitan.

Jono terkejut bukan kepalang, bahkan badannya gemetar, ternyata wanita yang jadi lawan bicaranya itu adalah orang yang selama ini ia kenal, dan bahkan cukup akrab. Tapi, orang itu sudah meninggal beberapa minggu yang lalu. Jono merasa kalau malam itu adalah malam tersial dalam hidupnya. Motornya mogok, lalu bertemu dengan setan yang wujudnya sangat mengerikan.

"Mmmmm... Mbbbbkkkk... mbak las las.. lasmi" jono mendadak gagap, sesaat ia lupa caranya menggerakkan tangan dan kaki. Saking takutnya, ia malah diam ditempat.

"Iya ini aku... kamu lupa? tolong akulah jono..." lasmi kembali merintih.

Sedetik kemudian sesuatu yang mengagetkan terjadi lagi, wajah dan tubuh lasmi tiba-tiba saja berubah menjadi nenek-nenek renta yang rambutnya putih semua & acak-acakan. Badannya membungkuk dan tangan kirinya memegang tongkat penyangga.

"Aku sekarang sudah tua, tidak kuat jalan jauh, aku sudah jadi mbok-mbok sekarang, tolong bantu aku" lasmi berkata lagi, tapi kali ini dengan suara yang agak lirih, mirip caranya orang tua berbicara.

Seketika itu juga, jono merasa bisa menggerakkan kaki dan tangannya kembali. Kesempatan itu ia gunakan untuk lari.

"Setaaaaannn...!!! setan...!! mbok lasmi!! setan!" jono berteriak lantang sambil terus berlari meninggalkan motor bututnya.

Sedangkan mbok lasmi atau yang biasa dikenal dengan lasmi saat masih hidup, tertawa terbahak-bahak menertawakan korban pertamanya. "Hahahaha... khah kha kha.... Hihihi.... Iiii....hihihihi...".

Suaranya yang cempreng dan menakutkan itu menggema di hutan bambu, puas menakuti jono ia pun terbang membumbung tinggi untuk kemudian lenyap tak ketahuan jejaknya.

Malam semakin larut, namun pos ronda semakin meriah. Kali ini cukup banyak yang ikut ronda, ada yang bermain catur ada juga yang bermain kartu untuk sekedar mengusir kantuk.

"Wuuuaaaaaa..... setan...!!"

Sontak semua yang ada di pos ronda melihat ke ujung jalan, merekapun bertanya-tanya siapa yang malam-malam begini teriak-teriak tak tahu aturan.

"Weh, siapa itu? sudah malam koq teriak-teriak?" kata salah seorang yang berdiri di depan pos ronda.

"Gak tau aturan" timpal yang lain.

Makin lama orang itu makin mendekat, sosoknya mulai kelihatan.

"Koq mirip jono ya, iya bukan ya?" tanya salah seorang.

"Iya jono itu, bocah itu ngapain sih teriak-teriak gak jelas, sudah gila dia" sahut yang lain lagi.

Tetiba di pos ronda, jono langsung duduk, napasnya memburu. Keringatnya membanjiri seluruh tubuh, membuat bingung orang-orang yang sedang ronda.

"Heh, kamu ngapain malam-malam koq teriak gak jelas?! punya aturan tidak?!" bentak seorang yang sudah cukup tua.

Jono tidak mau menjawab, ia lebih pilih meredakan napasnya dulu, setelah dirasa tidak ngos-ngosan lagi jono mulai bercerita.

"Anu pak, aku ketemu setan, sumpah ndak bohong. Motorku sampai ketinggalan. Mbok lasmi namanya, awalnya sih aku ketemu sama wanita masih muda, dia itu perutnya sakit pak, keluar darah terus... lha koq setelah nengok itu ternyata mbak lasmi itu lho pak. Minta tolong sama aku, trus tiba-tiba dia berubah jadi nenek-nenek, ngakunya sekarang dia sudah jadi mbok-mbok, yaudah aku lari... yang paling membuatku heran, bagaimana bisa ia berubah jadi nenek-nenek? menyeramkan sekali" jono menjelaskan secara singkat tentang pertemuannya dengan mbok lasmi.

Semua yang ikut menyimak pun jadi heran, masa iya lasmi menjadi gentayangan seperti itu.

"Ahh bohong kamu ya?"

"Yailah masa aku bohong pak, ini lho mbok dilihat, aku sampai ngos-ngosan begini koq" jono jengkel karena masih ada yang belum percaya dengan ceritanya.

"Tapi kenapa bisa sampai begitu ya?"

"Mungkin karena matinya gak wajar kali..." jawab seseorang.

"Ini bau apa, koq pesing? bau sekali" orang yang berkata itu langsung menutup hidungnya.

"Wah, kamu ngompol to jon? Woooo.. bocah koq gak jelas, sudah gede masih ngompolan!"

Jono melihat celananya, dan benar ia ngompol tanpa sadar sebelumnya.

"Hehehehe.. maaf pak, lha wong takut banget og" jawab jono dengan cengar-cengir.

"Wuuu... pulang sana, ganti celana!"

Jono pun akhirnya pulang ke rumah, dari pos ronda sampai rumah ia berlari lagi, takut ketemu mbok lasmi.

Hari-hari selanjutnya cerita tentang hantu mbok lasmi ini telah menyebar di seluruh penjuru desa. Beberapa diantaranya ada yang pingsan karena saking takutnya saat ketemu dengan nenek tua itu, contohnya adalah wahyuni yang ketika pulang dari solat subuh ia ditemukan pingsan di rumah lasmi. Ia mengaku kalau ketemu dengan nenek-nenek yang mengetuk pintu rumah lasmi, setelah didekati ternyata itu adalah mbok lasmi, si empunya rumah itu sendiri.

Makin lama mbok lasmi semakin menebar ancaman, keluarga pardiyo misalnya. Anaknya yang masih 5 tahun hilang saat bermain dengan teman-temannya.

"Pak, gimana ini pak... si guntur koq gak ketemu..." istri pardiyo terus menangis dari sore hingga malam.

"Sabar Bu... ini bapak juga cemas, tapi bapak yakin pasti ketemu" pak pardiyo terus menenangkan istrinya.

Dengan dibantu oleh warga setempat, pak pardiyo mencari anaknya, dimulai dari tempat terakhir ia bermain sampai ke lapangan dekat kantor kepala desa, tapi tidak ketemu juga.

Akhirnya ia ditemani salah seorang warga menemui seorang dukun, siapa tau anaknya diculik makhluk halus.

"Anakmu ada yang bawa, perempuan tua, ia ada di hutan bambu, ayo kita jemput sebelum terlambat" kata dukun tua itu.

Bersama dengan belasan warga, pak pardiyo, istrinya dan dukun itu berangkat ke hutan bambu. Malam yang gelap dan dingin serta hawa yang angker menyelimuti hutan tempat tinggal hantu yang bernama mbok lasmi itu.
Dukun kemudian membacakan mantra-mantra, setelah selesai, anak yang dicari akhirnya keluar juga, sesuai dugaan, mbok lasmi adalah dalang dari semua ini. Mbok lasmi dengan tongkat di tangan kirinya berjalan sambil menggandeng guntur.

"Nak, ayo sini sama ibu... ayo pulang cah bagus..." istri pak pardiyo mendekati guntur dengan perlahan.

"Ibu....!!" si kecil menghambur ke ibunya.

"Aku hanya pinjam sebentar, aku tidak punya anak, anakku mati sebelum lahir, aku ingin punya anak banyak iii... hihihihi...." nada bicara mbok lasmi terdengar serak dan menyeramkan, tawanya melengking kencang. Semua orang menjadi merinding mendengar suaranya.

"Dia bukan anakmu, jangan pernah sentuh anak-anak yang bukan anakmu!!" bentak si dukun.

Seketika itu juga mata mbok lasmi langsung memerah, merah yang menyala. Jari telunjuknya ia arahkan di wajah sang dukun. Ia tidak suka dengan perkataan dukun itu. Setelah beberapa saat mbok lasmi terlihat seperti akan pergi, tubuhnya menjadi tembus pandang untuk kemudian menghilang. Pencarian pun selesai, rombongan pulang tanpa tangan hampa.

Beberapa hari kemudian, ganti rani yang diculik. Anak dari ibu marsuti, bocah kecil itu tau-tau hilang begitu saja saat ditinggal ke dapur. Rani terakhir ada di depan tv, tapi saat ibunya memanggilnya untuk makan, ia tidak ada ditempat.

Sama seperti kejadian hilangnya guntur, banyak warga yang ikut membantu mencari si kecil. Setelah dicari dengan bantuan dukun lagi-lagi tempatnya ada di hutan bambu.

"Mbah, anak saya mana, katanya ada di hutan ini.." marsuti sesenggukan, anak semata wayangnya hilang, dan dari kejadian yang sudah-sudah kalau tempatnya di hutan bambu berarti ada kaitan dengan mbok lasmi.

Sang dukun menghela nafas panjang, nampak ada masalah tambahan yang sepertinya akan hadir.

"Coba cari di sebelah sana!" perintah Mbah dukun pada para warga, jarinya menunjuk arah utara.

Dan benar saja, rani ada di sana, terjepit diantara rimbunnya pohon bambu.

sayangnya anak itu saat ditemukan sudah tidak bernyawa. Saat itu juga marsuti berteriak-teriak meraung-raung tidak karuan, anaknya menginggal dengan kulit yang putih pucat dan kedua telinganya berdarah.

"Huuff... mau bagaimana lagi, kita terlambat mencarinya", wajahnya menengadah ke atas, nampak ada rasa sesal mendalam dari mbah dukun karena tak bisa menyelamatkan nyawa si kecil rani.

Minggu & bulan terus berganti, mbok lasmi kembali menculik anak lagi, kali ini ia kembalikan tapi dalam kondisi linglung. Beruntung anak itu masih selamat.

Lambat laun nama mbok lasmi semakin terkenal hingga desa seberang. Korbannya juga bertambah. Pada akhirnya warga membuat batu berundak di tengah hutan bambu sebagai tempat meletakkan sesaji, agar mbok lasmi tidak menculik lagi. Sesaji itu biasanya berupa kepala kerbau dan nasi tumpeng kuning yang harus disediakan setiap sebulan sekali saat bulan sedang bulat sempurna.

Teror mbok lasmi akhirnya berhenti, beberapa orang malah terkadang mencari wangsit dengan cara berdiam diri di batu berundak itu. Mereka biasanya meminta jodoh, dan lain sebagainya.

TAMAT...

ENSIKLOPEDIA MISTERI HOROR BUDAYA INDONESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang