Pesugihan : Putri Ulat Bulu

217 14 0
                                    

Source : Cermis999

Kehidupan yang pas-pasan membuat Warta dikucilkan lingkungannya. Tetangga kiri-kanan seolah mencibir keadaan ekonomi pria tersebut yang benar-benar jauh dari standar minimal. "Aku benar-benar orang yang sangat terhinakan di kampung ini," gumam Warta suatu ketika. Ia merasa tidak 'genah' lagi perjalanan hidupnya dari hari ke hari dikungkung kemiskinan. ia sudah tidak tahu lagi cara apa yang harus ditempuh untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Warta merasa sudah tidak punya muka untuk sekadar bertemu dengan tetangga.


Keluhan batin laki-laki yang kesehariannya bekerja serabutan itu agaknya dialami pula oleh sang istri. Sebut saja namanya Tuti (42), sang istri tercinta, juga dilanda rasa bosan hidup dalam serba kesusahan.


Keimanan pasangan suami istri itupun goyah. Atas saran seorang sahabat lama, Warta disarankan untuk menemui orang pintar di sebuah kota kecil di Selatan Jawa Barat. Sang teman bilang, orang pintar tersebut sudah kondang di kota itu sebagai 'dewa' penolong bagi mereka yang mengalami kesusahan di berbagai hal.


Tidak lagi berpikir panjang dan tidak pula menimbang baik maupun buruk saran si teman tadi, Warta segera mencari uang untuk ongkos naik bus menuju kota tempat tinggal si orang pintar. Alhasil, selepas ashar, Warta tiba di kota tempat si orang pintar tinggal. Pintu rumah ia ketuk. Kali ini terdengar suara orang berdehem pelan dari balik pintu. Sedetik kemudian daun pintu terbuka lebar dan menunjukkan seraut wajah yang sudah dipenuhi gurat ketuaan. "Masuklah, anak muda," sambut orang tua menyilakan Warta masuk ke dalam rumah.


"Duduklah," ujar si orang tua yang mengenalkan namanya 'Mbah Jenggot'. Jenggot orang tua itu memang sangat lebat, tumbuh hingga batas dadanya. "Terima kasih, Mbah," ujar Warta sambil duduk di atas hamparan karpet plastik. Tepat di depan laki-laki itu terpasang sebuah 'meja kerja' lengkap dengan segala aksesoris yang lazim dipakai oleh penganut perdukunan. Sebuah kaleng bekas biskuit berisi pasir dijadikan si penghuni rumah sebagai tempat menyimpan lidi dupa.


"Maneh (kamu, bhs Sunda) sedang dalam kesusahan ya? Datang kemari untuk minta tolong pada Mbah 'kan?" kata Mbah Jenggot sambil menatap dalam-dalam tamu yang duduk di depannya. "Benar, Mbah. Aku sedang dirundung kesusahan," ujar Warta bermaksud menceritakan tujuannya datang ke rumah Mbah Jenggot. "Ya...ya... Mbah tahu itu. Anak buah Mbah sudah bilang bahwa maneh akan datang ke sini untuk minta tolong," potong Mbah Jenggot semakin membuat Warta takjub. Tidak jelas apa yang dilakukan oleh Mbah Jenggot terhadap tamunya itu. Namun yang jelas adalah saat itu juga Warta tidak diperkenankan pulang oleh Mbah Jenggot. Karena malam itu juga dipandang sebagai saat yang paling tepat buat Warta melakukan suatu ritual.


"Malam ini kamu tidur di kamar tengah sana. Tetapi jangan kaget bila sesuatu akan terjadi menjelang tengah malam nanti. Kalau kamu sampai lari ketakutan, maka semua yang kamu inginkan akan buyar," ujar Mbah Jenggot sebelum mengantarkan tamunya menuju kamar. Warta tidak sempat melihat jam berapa ketika dirinya mulai rebahan di atas balai-balai di dalam kamar. Redupnya lampu templok membuat matanya tidak bisa melihat jelas jarum jam yang tergantung di dinding rumah Mbah Jenggot.


Di luar sana terdengar kelepak kelelawar mencari mangsa. Suara burung hantu terdengar di atas pohon dekat jendela kamar tempat tidur Warta. Suasana seperti itu jelas membuat mata Warta sulit diajak tidur. Bahkan laki-laki itu sekarang dilanda rasa gelisah yang sangat. Lebih-lebih ketika sekonyong-konyong dari sela-sela jendela kamar bertiup angin dingin, membuat rasa gelisahnya berubah jadi rasa takut yang bukan kepalang.

ENSIKLOPEDIA MISTERI HOROR BUDAYA INDONESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang