One sided love - Namjin

6.3K 290 4
                                    

"Mau kemana lagi?"tanya Ken saat melihat Jin berjalan keluar kelas setelah bel pulang berbunyi.
"Keluar sebentar"
"Jangan bilang kau mau menemui namja itu lagi"selidik Ken.

Seokjin kembali duduk lalu menatap tak suka pada Ken. Kedua tangannya ia lipat di depan dada lalu bibirnya mengerucut lucu.

"Dia punya nama, Ken. Namanya Namjoon"protes Jin.
"Aku tidak mau menyebutnya"
"Wae?"
"Dia sudah memperlakukan mu dengan tidak baik"
"Tidak baik apanya? Dia tidak pernah melukai ku"tanya Jin heran.
"Itulah yang membuat nya terlihat buruk, dia tidak bilang suka padamu tapi juga tidak menolakmu, itu termasuk jahat"

Jin tersenyum hambar, yang Ken katakan memang benar. Sudah hampir setahun dia menyukai teman seangkatan yang juga teman masa SMP nya dulu. Namanya Namjoon. Kim Namjoon. Namja pintar yang selalu menjadi kesayangan dan kebanggaan para guru. Sikapnya juga ramah dan baik, itu sebabnya Jin suka. Ralat, bukan hanya Jin tapi banyak yeoja yang menyukai Namjoon. Dan karna sikap yang terlalu baik itulah yang membuat Ken kesal.

Namjoon tau Jin menyukai nya, karna Jin memang pernah bilang. Tapi namja itu tidak menjawab, hanya mengangguk lalu tersenyum, tidak ada yang bisa mengartikan itu kan?

"Dia kan baik"lirih Jin.
"Tapi baik pada semua orang, jadi dimana letak istimewa nya kau?"tanya Ken.
"Aku-"
"Sudah jangan dijawab, aku malas mendengar pembelaan mu. Sana temui dia, tanyakan juga kejelasan status kalian jika perlu"sindir Ken lalu keluar kelas dengan tas di pundaknya.

Jin terdiam, niatnya untuk menemui Namjoon tiba-tiba sirna setelah mendengar kata-kata Ken tadi. Apa Namjoon tidak tertarik padanya? Lalu kenapa dia diam saja? Kenapa tidak menolak? Jin jadi semakin bingung.

"Hei, cantik. Ayo pulang. Kau mau tidur di sekolah?"

Jin menoleh dan mendapati Sandeul, teman baiknya selain Ken yang sudah berdiri di depan pintu kelas.

"Kau menungguku?"tanya Jin.
"Aku disini sejak tadi, aku dengar kau di marahi Ken tadi. Jadi aku menunggu karna tau dia akan pulang lebih dulu"
"Eum begitu"
"Memangnya siapa yang mau menunggumu selain aku? Namjoon?"
"Jangan menggodaku"keluh Jin kesal.
"Omongan Ken ada benarnya, Jin. Kau harus minta kejelasan untuk hubung kalian"
"Aku tau, tapi bagaimana caranya bertanya?"
"Hahhh aku juga bingung, aku bukan seorang gadis jadi tidak pernah mengalami hal sepertimu"

Jin diam, memikirkan bagaimana caranya ia bertanya pada Namjoon nanti. Langsung bertanya? Basa-basi? Atau bagaimana?
.
.
.
"Kemarin kemana? Kau bilang mau pulang bersama, kenapa malah kirim pesan?"tanya Namjoon saat sedang duduk bersebelahan dengan Jin di perpustakaan.
"Pulang bersama Sandeul"
"Ada sesuatu?"
"Tidak, dia kemarin menunggu ku"
"Benar tidak ada sesuatu?"
"Tidak ada, Joon. Tenang saja. Aku hanya di mara- ah tidak"ucap Jin sembari memukul bibirnya.
"Di mara apa? Di marahi?"
"Tidak, aku salah bicara"

Namjoon menutup bukunya lalu beralih menatap Jin yang sedang mencoba sibuk dengan buku di depannya. Gadis itu tau jika saat ini Namjoon sedang menatapnya intens.

"Baca buku mu, kita kemari bukan untuk saling menatap"ucap Jin.
"Ada yang sedang kau sembunyikan"balas Namjoon pelan.
"Tidak ada"
"Siapa yang memarahimu?"
"Tidak ada, Namjoon"
"Sandeul ya?"
"Ken"jawab Jin tanpa sadar.

Wajah Jin terlihat terkejut sesaat setelah ia menyadari kesalahannya. Ia lirik Namjoon dan mendapati namja itu menatapnya dengan tatapan yang sudah melembut, tak menuntut seperti tadi.

"Kenapa Ken marah?"tanya Namjoon.
"Karna aku tidak mendengarkan kata-kata nya"jawab Jin.
"Kata-kata apa?"
"Aku sering sekali tidur larut, dan dia tau karna kemarin aku tidur di kelas"terang Jin asal.

Namjoon mengangguk mengerti lalu kembali sibuk dengan bukunya tanpa mengatakan apapun.

"Joon"panggil Jin lirih.
"Hm?"
"Kita ini apa?"
"Huh?"
"Aku tanya, kita ini apa?"
"Kita? Teman kan?"
"Teman apa?"
"Teman baik, teman dekat, teman membaca"jawab Namjoon tenang tanpa menatap Seokjin.

Seokjin terlihat menghela nafas dengan wajah lesu lalu memasang wajah semanis mungkin beberapa detik setelahnya.

"Aku ke kelas dulu ya?"pamit Jin.
"Istirahat masih lama"
"Iya aku tau, hanya ingin saja. Sampai jumpa besok, teman"

Seokjin berbalik lalu melangkah menuju kelasnya dengan wajah memerah menahan tangisnya. Bohong jika ia tidak sedih, dia sedih, sedih sekali. Harapannya untuk dekat dengan Namjoon sepertinya hanya sekedar harapan sekarang. Namjoon tak pernah menganggapnya lebih dari sekedar teman.

Namjoon memang tak bergerak dan tak menjawab, namun matanya tak lepas dari punggung itu dan dahinya pun terlihat berkerut seakan memikirkan sesuatu.

"Aku sudah bisa menebak jika akan seperti ini. Maafkan aku, Jin"gumam Namjoon.
.
.
.
"Kenapa masih disini? Tidak ke tempat namja mu itu?"tanya Ken pada Jin yang masih betah di kelas meskipun bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu.
"Aku mau pergi denganmu dan Sandeul saja"
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa"
"Aneh sekali, sudah hampir seminggu ini kau tidak menemuinya"
"Kami bertemu"ucap Jin.
"Tapi tak sesering biasanya"balas Ken.

Seokjin diam, percuma menutupi semuanya dari Ken. Namja itu terlalu peka, sama seperti Sandeul. Bersahabat sejak kecil membuat mereka bisa saling menebak satu sama lain.

"Ada apa? Terjadi sesuatu?"tanya Ken, nadanya mulai melembut.

Seokjin hanya menggelengkan kepalanya ribut, mencoba menahan tangisnya.

"Dia menolakmu?"

Seokjin menggeleng lagi.

"Kau sedih?"

Kali ini gadis itu mengangguk lalu memeluk Ken yang sudah membuka lebar kedua tangannya, ia tau jika sahabatnya itu membutuhkan pelukannya.

"Dia menyakiti mu?"tanya Ken sembari mengusap punggung si cantik.
"Tidak. Aku yang menyakiti diriku sendiri"jawab Jin dengan suara seraknya.
"Apa kau akhirnya menanyakan kejelasan kalian?"

Seokjin mengangguk.

"Dan dia menolakmu?"tebak Ken.

Seokjin menggeleng.

"Lalu?"
"Dia bilang kami teman"jawab Jin lirih.

Ken terdiam, mencoba mendalami makna dari kata "teman" yang di maksud Jin.

"Mungkin maksudnya teman-"
"Dia bilang kami teman dekat, teman baik, teman membaca. Bukan teman special"jelas Jin, pelukannya ia lepas lalu menatap Ken dengan wajah basah dan hidung yang sudah memerah.

Baiklah kali ini Ken lebih memilih tersenyum hangat lalu kembali memeluk sahabat cantiknya daripada memarahi Seokjin. Entah apa maksud Namjoon menjawab itu. Mungkin memang Namjoon hanya menganggap Jin seorang teman atau lebih, Ken tidak mau ikut campur terlalu dalam. Itu masalah mereka berdua.

"Sudah jangan menangis lagi, suaramu sudah serak"ucap Ken.

Seokjin hanya mengangguk sembari berusaha menghentikan tangisnya dan hanya menyisakan isakan kecil dan nafas yang tersengal.

"Hai!! Ayo kita pul- Jin, ada apa denganmu? Ya! Kau memarahi nya lagi?!"seru Sandeul heboh sembari berjalan ke arah Seokjin.
"Jangan sembarangan menuduh!"

Plakk

"Ya!! Bukan salahku!"protes Ken saat Sandeul memukul lengannya keras.

Seokjin terkekeh geli saat melihat kedua sahabatnya bertengkar kecil seperti ini, pemandangan yang sudah biasa tapi selalu berhasil memperbaiki suasana hatinya. Selalu.

"Sudah ayo pulang, aku tak apa"ajak Jin lalu berjalan lebih dulu.
"Ada apa sebenarnya?"tanya Sandeul pada Ken.
"Nanti dia juga akan cerita"
"Aku mau makan bulgogi!!"seru Jin keras.
"Siap, tuan putri"jawab Ken dan Sandeul bersamaan.

Tak apa, mungkin memang benar jika cinta pertama tak pernah berhasil. Ini bisa jadi pengalaman dan pelajaran bagiku. Jangan terlalu banyak berharap pada seseorang, itu bisa menyakiti mu - KSJ.

END

BTS fanfic 😍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang