As long as you love me (2)

1.2K 95 19
                                    

Harusnya sekarang aku bahagia, tapi kenapa tidak ada rasa senang? Kenapa bibir ku enggan tersenyum?
Apa aku merasa bersalah setelah melihat pergelangan tangan nya? Tidak mungkin.
Lalu ada apa dengan ku?
Aku tidak mungkin menyukai nya kan? Omong kosong!

"Tae?"
"Huh? Ya, sayang?"
"Kenapa? Mimik wajah mu terlihat keruh. Sesuatu terjadi?"tanya Irene sembari mengusap bahu Taehyung perlahan.
"Aku baik"
"Kau yakin?"

Taehyung hanya memberi anggukan lalu kembali tenggelam dalam pemikiran nya. Irene menatap Taehyung dengan tatapan bingung namun ia tetap diam, ia sudah menaruh curiga tapi masih enggan bertanya.

Ceklek

"Ada apa, kak?"tanya Taehyung saat Namjoon, kakak kandung nya masuk ke dalam ruangan nya.
"Mengirim ini"jawab Namjoon sembari meletakkan amplop coklat di atas meja kerja Taehyung.
"Apa ini?"
"Surat gugatan cerai dari Jimin. Kau hanya perlu menandatangani nya lalu aku yang akan mengerjakan sisa nya. Tidak perlu datang ke pengadilan jika merepotkan"

Hening.

"Tae?"panggil Irene saat kekasih nya itu tak kunjung memberikan balasan pada sang kakak.
"Dimana Jimin?"
"Di rumah ku"
"Kenapa tidak pulang ke rumah kami?"
"Kau bilang itu rumah mu kan? Lagipula untuk apa Jimin pulang kesana? Melihat kalian bermesraan?"sindir Namjoon dengan wajah datar nya.

Irene menunduk, menyembunyikan wajah nya yang memerah malu karna apa yang Namjoon katakan benar adanya. Selama ini ia memang selalu datang ke rumah Taehyung dan Jimin. Ia tak membenci Jimin sama sekali, kadang ia bahkan menanyakan kabar Jimin yang sering terlihat pucat. Tapi hanya gelengan dan senyum tipis yang Irene dapat.

Jimin pasti membenci nya. Ia pantas di sumpahi, ia sadar. Tapi apa yang bisa ia lakukan jika ia sangat mencintai Taehyung? Ia berharap bisa bersama Taehyung. Ia ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama Taehyung.

"Aku ingin bertemu Jimin"
"Tidak ku ijinkan"
"Aku masih suami nya"
"Kau mengakui Jimin di saat seperti ini? Menyedihkan sekali kau. Jimin sekarang adalah tanggung jawab ku dan Seokjin. Dia sudah bukan hak mu setelah dia mencoba membunuh dirinya sendiri karna mu. Mengerti? Percepat tanda tangan nya, dokumen itu akan aku ambil lagi besok"

Namjoon segera keluar dari ruang kerja sang adik setelah berhasil menampar kedua manusia dalam ruangan itu dengan kata-katanya.

"Jimin mencoba membunuh dirinya? Kapan, Tae?"tanya Irene dengan wajah terkejut.
"2 minggu lalu"
"Itu sebab nya sikap mu berubah padaku? Ah tidak, sejak kau menikah kau memang sudah tidak lagi seperti dulu. Kau tidak menyentuh ku sampai akhir. Kau hanya mencumbu ku lalu menghentikan semuanya setelah mendengar tangisan Jimin"

Taehyung diam.

"Kau mulai mencintai nya? Kau iba? Atau apa? Harusnya ku hancurkan saja pernikahan kalian berdua dulu"
"Cukup. Aku pusing, kau bisa pulang? Aku akan menghubungi mu nanti"
"Omong kosong! Kau tidak pernah lagi menghubungi ku lebih dulu setelah ada Jimin!"
"Ir-"
"Hentikan! Sekarang pilih aku atau Jimin. Aku muak menjadi bahan gunjingan. Mereka mengatai ku murahan, Tae!"
"Maaf"
"Maaf? Apa maksudmu?"

Taehyung beranjak lalu memeluk tubuh ramping itu. Badan kurus itu bergetar karna tangis nya. Taehyung tak tega. Sungguh.

Dan kau tega melihat istri mu tersiksa batin nya setiap malam? Kau memang brengsek, Kim Taehyung.
.
.
.
"Terima kasih ya, kak"

Yoongi mengangguk lalu tersenyum. Keduanya kini berada di teras rumah Namjoon dan Seokjin setelah pergi dari toko buku.

"Sama-sama. Duduk di teras saja ya?"
"Iya. Aku ambilkan minum dulu"

Tak lama Jimin kembali membawa nampan berisi minum dan beberapa camilan.

"Bagaimana dengan orang tua mu?"tanya Yoongi.
"Mereka tidak peduli padaku selama ini, pernikahan ini ada juga karna bisnis, kak. Jadi aku juga tidak peduli, jika mereka tidak terima maka aku akan pergi dengan suka rela. Aku bisa pulang ke rumah nenek, nenek ku pasti menerimaku"
"Jimin"
"Hm?"
"Sebenarnya seperti apa hidup mu selama ini?"

Jimin menoleh, membalas tatapan Yoongi alih-alih menikmati pemandangan berbagai macam tanaman indah di depan nya.

"Menyedihkan, kak. Aku hanya anak tunggal, jadi hanya aku yang bisa di peralat"jawab Jimin.
"Sejak kecil?"

Jimin menggeleng lemah.

"Sejak perusahaan ayah sukses. Ayah dan ibu jadi terlalu berambisi, dan hanya aku yang bisa di jadikan alat. Menjadi pintar dengan les setiap hari lalu mendekati teman pintar lain terlebih yang memiliki orang tua kaya. Kuliah di universitas bergengsi supaya bisa di pamerkan pada relasi. Lalu menikah dengan anak rekan bisnis supaya perusahaan makin berjaya"

Miris. Yoongi sedih melihat gadis di depan nya itu dengan hati perih, tidak ada air mata atau sekedar tatapan terluka. Datar. Seperti sudah mati rasa. Malang sekali.

"Kalau nanti akhirnya orang tua mu tak setuju?"
"Aku kabur, aku bisa pergi kemanapun dengan uang ku sendiri. Aku punya usaha toko bunga dan cafe yang ku bangun dengan uang hasilku kerja part time diam-diam ku dulu. Aku juga punya tabungan yang lebih dari cukup"
"Tidak takut di cari?"

Tawa remeh Yoongi dapat dari Jimin.

"Aku di cari kalau nanti perusahaan sudah bangkrut lalu aku di jadikan sebagai jaminan"
"Hei, jangan begitu"
"Kak, percaya tidak kalau sebelum menikah ini aku pernah mau di nikahkan dengan pengusaha tua kaya raya?"
"Ji-"
"Sungguhan, tidak bohong"
"Kalau kabur, mau kemana?"tanya Yoongi lagi.
"Kalau tidak ke rumah nenek ya kemanapun asal aku tidak sesak lagi seperti sekarang"
"Ji, Jepang indah"kata Yoongi tiba-tiba.
"Iya, aku pernah kesana bersama nenek beberapa kali dan memang indah. Seperti rumah"

Yoongi menatap Jimin yang kini tengah menengadah pada langit biru seperti sedang menerawang entah apa.

"Mau kabur bersamaku?"tawar Yoongi tiba-tiba.

Jimin menoleh dengan kecepatan kilat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Kabur bersama Yoongi? Belum pernah Jimin pikirkan tapi tatapan mata teduh itu membyat Jimin mau tak mau memikirkan nya.

"Aku akan bawa kau ke Jepang. Kita bisa mulai semua nya dari awal. Kau bisa belajar seni seperti yang kau mau. Aku akan membuka cabang cafe ku disana"
"Lalu usaha kakak disini?"tanya Jimin.
"Aku memiliki pegawai yang jujur, Ji. Mereka bekerja padaku lebih dari 5 tahun"
"Tapi-"
"Kau ragu meninggalkan suami mu?"tanya Yoongi hati-hati.

Hening.

Yoongi pikir mungkin Jimin memang masih membutuhkan banyak waktu. Tapi setidaknya jika mereka benar-benar menjauh dari Taehyung, waktu yang Jimin butuhkan tidak terlalu banyak. Ada Yoongi yang akan menemani nya.

"Kak, bantu cari tempat kursus yang bagus ya?"pinta Jimin setelah hening beberapa lama.
"Aku tidak begitu paham dengan kelas seni disin-"
"Di Jepang, kak"potong Jimin.

Tawa lirih Jimin terdengar kala Yoongi tak kunjung merespon permintaan Jimin dan lebih memilih berkedip dengan wajah tak percaya.

"Kak Yoongi"panggil Jimin.
"Eung?"
"Ayo kabur ke Jepang bersama Jimin"ujar Jimin di sertai senyum yang bisa Yoongi jamin adalah senyum tercantik yang pernah Jimin berikan padanya selama ini.
"Ya. Ayo kabur ke Jepang"balas Yoongi.












TBC apa END nih?

Haloo teman-teman
Selamat hari raya idul fitri bagi yg merayakan ya
Mohon maaf lahir batin
Semoga kita bisa jd pribadi lebih baik lagibdan bertemu di lebaran2 berikut nya yaaa
Aamiin

BTS fanfic 😍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang