Jimin bergerak gelisah di atas bangku dekat supir, mata nya tak fokus, tangan nya saling meremat dan bibir tebal nya terus mengucapkan kalimat penuh ke khawatiran. Seperti bagaimana jika aku melakukan kesalahan? Bagaimana jika mereka tak suka aku? Bagaimana jika dengan cerobohnya aku menumpahkan teh atau malah mengacaukan acara masak kami? Dan itu malah berhasil menimbulkan kekehan pelan dari sang supir, sang pengemudi mobil yang setia mendengarkan segala ke khawatiran si perempuan Park itu.
"Tenang saja, kau akan melakukan nya dengan baik"
"Kau harus selalu di sebelah ku, ya?"pinta Jimin.
"Apa aku juga tidak boleh pergi ke toilet?"
"Yoong~"
"Baiklah, baiklah. Aku kalah dengan rengekan mu itu"
"Jangan mengatakan hal-hal yang membuat image ku jelek"ucap Jimin.
"Memang kapan image mu baik?"
"Yoongi!"
"Iya, sayang. Iya"Jimin memekik riang lalu memeluk lengan kanan Yoongi yang tak memegang kemudi, mendongak hanya untuk melihat wajah tampan kekasih yang sudah bersama nya selama 2 tahun itu lalu kembali menyandarkan kepala nya pada lengan tegap Yoongi.
Selama ini mereka menjalin hubungan jarak jauh karna Jimin yang di pindah tugaskan ke Amerika setelah 8 bulan mereka resmi berkencan. Keduanya hanya di puaskan dengan video call untuk mengurangi rindu selama ini. 2 hari lalu akhirnya Jimin pulang setelah perusahaan merasa cukup membuat Jimin belajar menjadi guru koreo di agency mereka. Dan Yoongi dengan penuh semangat mengajak kekasihnya itu untuk menemui orang tua Yoongi yang kebetulan sedang berada di Seoul.
"Sebenarnya aku memang gugup tapi aku juga senang. Akhirnya aku bisa bertemu dengan orang yang telah melahirkan dan membesarkan lelaki kesayangan ku"celoteh Jimin.
"Siapa lelaki kesayangan mu? Aku? Yang benar saja"
"Memang siapa lagi? Taehyung?"
"Aku bisa saja mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi lelaki itu, Ji. Sekarang pun bisa"Jimin sedikit tersentak, merinding juga mendengar ancaman kekasih nya yang memang selalu se ekstrim ini.
"Kau yang mulai duluan kan?"
"Tapi aku tidak menyebut nama siapa pun"elak Yoongi.
"Memang siapa yang kau maksud? Jungkook?"
"Kenapa kau malah menyebutkan nama-nama lelaki lain sekarang?"Baiklah Jimin rasa ia harus berhenti. Suasana nya benar-benar berubah menjadi hitam sekarang. Jimin hampir lupa jika Yoongi adalah seorang pencemburu.
"Hahh, kita hentikan sebentar. Jangan merusak suasana hatiku sekarang, aku ingin terlihat baik di depan ibu mu"pinta Jimin.
"Kau yang-"
"Yoong, ku mohon"Hening.
Jimin sudah melepas pelukan nya pada lengan Yoongi lalu lebih memilih menyandar pada pintu mobil, menatap pemandangan malam yang terlihat cerah dengan jutaan bintang menghiasi langit gelap. Secerah perasaan Jimin beberapa menit lalu.
Selalu begini. Yoongi selalu saja emosi jika tanpa sengaja Jimin atau bahkan orang di sekitar mereka menyebutkan nama lelaki yang sempat dekat atau pernah menjadi kekasih Jimin. Dan selalu Jimin juga yang menjadi korban marah Yoongi.
"Sudah sampai, ayo turun"ajak Yoongi.
Keduanya memang masih merasa tidak nyaman namun Yoongi tetap meraih jemari kecil itu, menggenggam nya lalu berjalan bersama memasuki rumah nya.
"Ibu, ayah. Aku pulang"
Beberapa detik selanjutnya sepasang suami istri yang sudah cukup berumur mendekat pada Jimin dan Yoongi.
"Selamat malam, paman, bibi. Saya Park Jimin"ucap Jimin dengan sopan.
"Selamat malam, akhirnya ibu bisa melihat si cantik ini. Ayo, nak"Jimin memberi hormat pada ayah Yoongi sebelum mengekori nyonya Min ke dapur, rencana nya mereka akan memasak bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS fanfic 😍
FanfictionBerisi short fic couple bangtan favorit 😘😘 tolong siapapun jangan protes saat tau jika ini ff GS, karna aku hanya bisa membuat GS 😂😂😂 Don't like, don't read ☺ Jadilah pembaca yang cerdas ya, cantik 😍😍😍