Fight (1) - Yoonmin

1.7K 123 6
                                    

Jimin menangis lagi. Setelah pulang dari kuliahnya, ia di paksa masuk rumah karna ayah nya melihat siapa yang mengantar putri tunggalnya itu pulang. Namja yang sudah bersama Jimin selama 2 tahun tanpa lelah, tanpa mengeluh meski kedua orang tua mereka tak memberikan restu.

"Kau masih berani pergi dengan anak itu?! Papa tidak habis pikir denganmu! Telinga mu masih normal bukan? Kenapa kata-kata papa tidak pernah kau dengarkan?!"
"Papa.. "
"Jauhi namja itu, Park Jimin!"
"Jimin cinta Yoongi, pa! Jimin sayang dia! Namja itu yang ada untuk Jimin saat Jimin di bully dulu. Namja itu yang rela babak belur karna membalas para namja yang mencoba menggoda Jimin! Kenapa papa tidak mau mengerti?!"

Plakk!

Jimin mengusap pipi nya yang terasa panas karna tamparan yang baru saja ayah nya berikan. Tuan Park terlihat terkejut dengan apa yang beliau lakukan tapi emosi kembali menguasai diri beliau kala melihat putrinya masih menangis dengan bibir yang terus menggumamkan nama namja itu.

"Kau sudah berani menjawab papa sekarang? Apa namja tengik itu yang mengajarimu menjadi pembangkang? Kau lihat? Efek nya untuk mu tidak baik!"
"Papa tidak mengerti"
"Papa tidak mau mengerti! Sekali tidak tetap tidak!"
"Kenapa, pa? Kenapa?"
"Karna dia adalah seorang Min. Karna dia anak dari namja brengsek itu!"
"Bukan salah Yoongi, pa. Bukan salah Jimin juga"ucap Jimin di sela tangisnya.
"Masuk ke kamar mu! Renungkan semuanya dan jangan pernah temui namja itu lagi"
.
.
.
"Masih sakit, sayang?"tanya Yoongi sembari mengusap ujung bibir Jimin yang terlihat membengkak, mungkin karna tamparan yang gadis itu dapatkan kemarin sore.
"Tidak. Aku baik-baik saja"
"Jangan berbohong"
"Tidak sakit, sayang. Di sini lebih sakit, rasanya sesak sekali"jawab Jimin dengan suara yang serak.
"Sayang~, ku mohon jangan begini. Kau hanya melukai dirimu sendiri. Jangan buat aku khawatir, sayang"pinta Yoongi.

Jimin tak menjawab, ia lebih memilih menunduk dalam, menyembunyikan air mata yang sudah membasahi pipi bulatnya itu.

"Hiks hiks"
"Jimin-ah, ayolah jangan seperti ini. Kau juga menyakiti ku"gumam Yoongi sembari membawa tubuh mungil itu masuk ke dalam pelukannya.
"Hiks, hiks, aku hiks, aku benci papa"
"Park Jimin, aku tidak suka kau mengatakan hal kejam seperti itu. Paman Park itu papa mu, orang tua mu, yang merawat mu, jangan pernah berani mengatakan hal seperti itu lagi"ingat Yoongi dengan suara tegasnya.
"Papa melarang ku hiks bertemu dengan hiks mu"
"Ini ujian, sayang. Kita harus sabar, hadapi. Jangan malah membenci orang tua kita, ini hanya masalah waktu dan keadaan saat ini saja"

Jimin kembali terisak saat kekasihnya itu merengkuh tubuh mungilnya, memberi usapan pada kepala dan punggung nya, menenangkan, Jimin suka.

"Sudah ya, jangan menangis lagi. Ada aku disini"
.
.
.
"Kau bisa pilih, pindah kuliah atau menyeret namja tengik itu dalam bahaya"
"Kenapa papa jahat sekali?"
"Kau tidak tau, Jimin!"
"Justru itu, pa. Jimin tidak tau, Yoongi tidak tau. Lalu kenapa kami jadi korban? Kenapa, papa? Ini tidak adil"

Tuan Park terdiam sejenak, ragu bagaimana harus menyampaikan alasan beliau melarang Jimin dan Yoongi bersama.

"Kau tidak perlu tau, jangan pernah melawan papa"

Setelah mengatakan itu tuan Park memilih untuk pergi. Tidak tau kemana. Yang jelas Jimin yakin jika malam nanti ayah nya tidak akan pulang.

Drrrt drrrt drrrt

Sayang 💜
Sayang, bisa bertemu sebentar?
Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan

Jimin membaca pesan dari Yoongi dengan perasaan tidak tenang. Entah kenapa dia merasa sesuatu akan terjadi jika mereka bertemu nanti. Jimin benci perasaan tak tenang ini. Dengan ragu Jimin mengetik balasan pesan Yoongi.

Jimin
Kita bertemu di mini market dekat rumahku saja ya?

Sayang 💜
Iya. Aku berangkat sekarang
Jangan lupa pakai jaket, sayang

Jimin tidak lagi membalas, gadis itu lebih memilih mengambil sweater merah mudanya lalu beranjak menuju mini market, meninggalkan rumah pada bibi penjaganya.

20 menit Jimin menunggu, wajah tampan yang terlihat lelah itu akhirnya muncul. Dengan senyum tipis yang terlihat menawan dan sedikit peluh di dahinya. Yoongi segera menghampiri kekasihnya yang sudah lebih dulu duduk di bangku depan mini market itu.

"Kenapa berlari? Sudah suka olahraga?"canda Jimin sembari mengusap kening Yoongi menggunakan telapak tangannya.
"Aku tidak kuat menahan rindu"balas Yoongi.
"Auh, rindu aku?"
"Bukan. Rindu ramyeon di mini market ini"
"Ishh, menyebalkan"

Yoongi tertawa kala Jimin mendorong wajahnya menjauh lalu melipat tangan di depan dadanya, jangan lupakan wajah merajuk yang terlihat sangat menggemaskan itu.

"Kau ingin bicara apa? Sepertinya serius"tanya Jimin.

Yoongi terlihat mengatur nafasnya beberapa kali sembari menggenggam jemari mungil Jimin.

"Sayang?"panggil Jimin lagi.
"Hm?"
"Mau bicara apa?"
"Sayang, Jimin, cinta ku, belahan jiwaku"
"Iya, sayang. Kenapa?"
"Maafkan aku ya"

Jimin mengerutkan dahinya bingung dengan tingkah kekasihnya yang aneh. Tiba-tiba mellow. Ah, tunggu, jangan! Jimin tidak ingin memikirkan kemungkinan buruk itu!

"Kau sayang aku kan? Cinta aku?"tanya Yoongi.
"Tentu saja, kau kenapa? Tidak biasanya"
"Aku cukup dengan tau itu. Hahhh, Jimin ku, ayo kita akhiri hubungan ini"

Deg

Jimin terdiam. Firasatnya tidak meleset sama sekali. Yoongi benar-benar mengatakan nya.

"Tapi kenap-"
"Aku sayang padamu, sungguh. Kau pasti tau kan? Aku hanya tidak ingin kau menjadi anak durhaka, sayang. Aku benci melihatmu menangis karna bertengkar dengan ayah mu. Aku benci melihat mata indah ini sembab. Aku tidak suka kau terluka. Hubungan kita hanya menyakiti mu, begitu juga aku. Ayah dan ibu ku tidak membenci mu, mereka bahkan menyukai mu. Tapi karna masalah yang kita tidak tau itu, kita tidak bisa bersama. 2 tahun nyata nya tak merubah apapun"jelas Yoongi masih dengan tangan yang menggenggam erat jemari Jimin.
"Kau lelah berjuang dengan ku?"tanya Jimin sedih.
"Tidak, sama sekali tidak. Sayang, jika kau memintaku bersama mu hingga puluhan tahun pun aku mau. Aku hanya tidak ingin kau menjadi putri yang membangkang, sayang. Kasihani ayah mu, dia memiliki alasan atas semua ini"
"Lalu kita?"
"Jika Tuhan mengijinkan kita bersama maka kita akan bersama nanti"
"Jika tidak?"tanya Jimin yang sudah mulai menangis.
"Aku sudah cukup puas dengan cinta dan sayang mu. Melihat mu bahagia itu prioritas ku"

Runtuh sudah pertahanan Jimin, gadis itu akhirnya terisak sembari memeluk Yoongi erat. Gadis itu ingin sekali berontak dan mengajak Yoongi untuk kabur, tapi mengingat apa yang kekasihnya itu katakan membuat Jimin urung. Dia tidak ingin menyusahkan ayah nya, orang tua Yoongi, nenek Jimin. Tidak. Jangan.

"Pulanglah, kembali menjadi Jiminku yang ceria. Pulanglah, menjadi putri yang menyayangi ayah mu. Pulanglah, jadilah Jimin yang penurut. Aku akan selalu menyayangi mu, Ji. Apapun yang terjadi, meskipun kita tidak bersama, aku akan selalu mengawasi mu. Aku mencintaimu"bisik Yoongi yang semakin membuat tangis Jimin terdengar semakin menyakitkan.

Jimin tau Yoongi juga menangis, Jimin tau bahu itu bergetar dan pelukan itu terasa rapuh, Jimin tau semuanya, tapi Jimin tidak bisa lagi melakukan sesuatu. Percuma. Tak akan merubah keadaan apapun.

END(?)

BTS fanfic 😍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang