Seokjin menatap langit sore dari balik jendela kamarnya. Warna keemasan itu menembus masuk menyinari wajah nya yang membuat gadis itu semakin cantik. Mata besar itu tak pernah bosan menatap awan di atas sana. Sorot mata penuh harap terpancar jelas dari sana. Senyum cantik yang terlihat menyedihkan pun tidak luput dari wajah nya. Cantik. Indah. Namun terlihat suram.
Ceklek
"Seokjin-ah"
Gadis itu berbalik, menatap ke arah pintu lalu tersenyum saat menemukan ibu nya disana.
"Sudah mau pulang, bu?"tanya Seokjin.
"Iya. Kau tidak apa di rumah sendiri?"tanya nyonya Kim.
"Tak apa, bu. Jimin akan datang sebentar lagi"
"Jangan lupa makan, sayang. Kau terlihat semakin kurus"
"Iya, bu. Nanti bersama Jimin"Bohong. Karna pada kenyataannya Seokjin akan bilang pada adik nya jika ia sudah makan lebih dulu dan kembali mengurung diri di kamarnya.
"Ini sudah lewat 5 bulan, sayang. Ibu yakin kalian akan baik-baik saja"ucap nyonya Kim sedih.
"Tanpa kabar"gumam Seokjin lirih.
"Kalian harus bicara"
"Setelah dia memaafkan ku, bu"
"Ibu yakin maaf sudah kau dapatkan sejak lama, kalian hanya terlalu gengsi untuk memulai"
"Semoga saja memang begitu kenyataan nya"lirih Seokjin lagi.
"Banyak istirahat, sayang. Ibu akan pulang ke Busan lusa. Jaga diri baik-baik, jaga Jimin juga ya?"pinta nyonya Kim.
"Iya, bu. Hati-hati ya, bu. Sampaikan salam Jin untuk ayah"pesan Seokjin.
"Ayah bilang merindukan mu, mungkin besok akan kemari"
"Jin akan di rumah besok, menunggu ayah"
"Anak baik, ibu pulang ya?"
"Hati-hati di jalan, bu"Nyonya Kim memeluk putri sulung nya itu sebelum kembali menutup pintu bercat merah muda itu perlahan. Hati beliau hancur melihat putrinya menjadi seorang yang murung. Semua berawal dari masalah Seokjin dan suami nya. Ah iya, Seokjin sudah berumah tangga. Baru berjalan 2 tahun dan harus mengalami masalah ini.
Flashback
"Aku tidak bisa, sayang"
"Namjoon, kau bisa. Aku baik-baik saja disini"
"Aku tidak mau meninggalkan mu. Sungguh"Seokjin menangkup wajah tampan suami nya itu lalu menatap tepat pada kedua manik teduh itu.
"Hei, dengarkan aku. Disini ada Jimin, sayang. Aku aman"
"Kau senang jauh dari ku?"tanya Namjoon dengan nada datar nya, gawat, suami nya marah.
"Tidak, Joon. Tapi kesempatan ini tidak datang dua kali, sayang. Perusahaan membutuhkan mu"
"Lalu kenapa kau bersikeras tidak ingin ikut?"tanya Namjoon.
"Aku tidak bisa, pekerjaan ku disini"
"Apa kau tau jika sekarang ini kau sangat egois? Mengatakan padaku jika aku harus mengurus perusahaan di luar negeri sedangkan kau yang istri ku tidak ingin menemani dan memilih pekerjaan mu. Apa kau benar Seokjin ku? Istri ku?"Seokjin terdiam, terkejut dengan perkataan menusuk Namjoon lebih tepatnya. Ingin mengelak namun sepertinya Namjoon benar, ia egois.
"A.. Aku-"
"Sudahlah. Aku akan berangkat sesuai keinginan mu"Final. Setelah nya Namjoon melangkah pergi meninggalkan kamar mereka lalu memilih tidur di kamar tamu, begitu terus hingga seminggu kemudian ia berangkat. Tidak ada pelukan. Tidak ada bisikan penenang dan ciuman perpisahan. Semua terasa sangat dingin. Untuk Namjoon, untuk Seokjin dan keluarga mereka.
"Maafkan mama, sayang"sesal nyonya Kim, mertua Seokjin.
"Bukan salah, mama. Semuanya akan baik-baik saja"balas Seokjin.
"Harusnya kami tidak memaksa Namjoon pergi, sekarang mama merasa telah menghancurkan pernikahan anak mama sendiri"
"Tidak, ma. Kami baik-baik saja, seharusnya begitu"ucap Seokjin lirih.Semuanya tidak sesuai ucapan Seokjin. Tidak ada kata baik-baik saja kala Namjoon menolak panggilan nya, tak membalas pesan nya, enggan pulang di saat cuti dan lebih buruk nya tak bersedia menemui Seokjin saat perempuan itu hendak menyusul nya. Buruk. Keadaan Seokjin buruk, begitu pun yang disana. Tak pernah merasa baik setelah meninggalkan negara kelahiran nya beserta istri nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS fanfic 😍
FanfictionBerisi short fic couple bangtan favorit 😘😘 tolong siapapun jangan protes saat tau jika ini ff GS, karna aku hanya bisa membuat GS 😂😂😂 Don't like, don't read ☺ Jadilah pembaca yang cerdas ya, cantik 😍😍😍