Jimin masih menangisi nasibnya di bangku taman yang sudah terlihat sepi malam ini. Tangisnya masih sama kerasnya seperti beberapa jam lalu, menyedihkan sekali.
"Hiks, bagai hiks bagaimana bisa hiks hiks. Jahat sekali hiks hiks, eomma~"racau Jimin dalam tangisnya.
Tangan mungil itu kembali mengusap air matanya kasar, ia tidak peduli bagaimana nasib wajah cantik nya bahkan mata sipitnya yang akan semakin sipit karna terlalu lama menangis. Yang ia inginkan hanya menangis berharap bisa melupakan luka yang baru saja ia dapat.
Flashback on
"Kau menunggu lama? Maaf, ada sedikit pekerjaan"sesal Jimin saat melihat kekasihnya sudah berada di tempat yang mereka janjikan.
"Tidak, sayang. Aku baru saja datang"
"Ada apa? Tumben sekali bertemu di caffe?"
"Ada sesuatu yang harus aku katakan"
"Apa, Tae?"Taehyung terlihat sedikit ragu, jari-jarinya saling meremat memperkuat jika ia sedang gugup dan ragu.
"Kau bisa bilang padaku, Tae. Ada apa? Apa masalah serius?"tanya Jimin sembari menggenggam jemari besar itu.
Taehyung tersenyum kaku. Sungguh seperti bukan Taehyung. Jimin yakin ia melihat senyum itu hanya sekali, saat dulu mereka berkenalan dan sekarang disini ia melihat senyum itu lagi, setelah 7 tahun.
"Kau terlihat sedang banyak pikiran, Tae"ucap Jimin khawatir.
"Mau berjalan-jalan sebentar?"tawar Taehyung.Jimin sebenarnya bingung, namun ia memilih mengangguk.
Keduanya berjalan menyusuri pusat kota, bercengkrama seperti biasa, tertawa seperti yang selalu mereka lakukan hingga di ujung senja Taehyung menuntun Jimin untuk duduk di bangku taman.
"Jimin"panggil Taehyung dengan suara bergetarnya.
Jimin semakin bingung dengan perilaku kekasihnya itu. Semakin bingung saat Taehyung tiba-tiba berlutut di depannya dengan kepala yang menunduk dalam. Bahkan panggilan yang Taehyung berikan padanya pun tidak seperti biasanya.
"Tae? Ada apa? Bicara padaku, mungkin aku bisa membantu"pinta Jimin.
"Maafkan aku"ucap Taehyung, suaranya semakin terdengar bergetar.
"Untuk apa, Tae?"
"Kita harus berakhir. Maafkan aku"Jimin terdiam, tak percaya mungkin lebih tepatnya ia tidak ingin percaya dengan yang Taehyung katakan padanya.
"Ke.. Kenapa? Apa, apa aku melakukan kesalahan, Tae? Maafkan aku"ucap Jimin.
"Tidak, bukan kau yang salah. Jangan meminta maaf, jangan buat aku semakin bersalah"
"Lalu kenapa? Kenapa berpisah? Kenapa?"tanya Jimin, suaranya semakin lirih karna mencoba menahan tangisnya.
"Aku melakukan kesalahan padamu, aku, aku menghamili seorang yeoja dan aku harus bertanggung jawab"jelas Taehyung.Hancur sudah. Tangis Jimin pecah. Perasaan nya terluka, kepercayaan nya hancur, apa yang Taehyung katakan benar-benar membuat semua mimpi yang pernah ia bangun seketika hancur, tak bersisa.
"Maafkan aku, Jim. Maafkan aku. Tapi aku merasa aku akan semakin brengsek jika tak bertanggung jawab"
"Lalu bagaimana dengan ku? Apa kau merasa tidak bertanggung jawab atas aku dan perasaan ku?"tanya Jimin dengan suara lirih.Taehyung meraih jemari mungil itu lalu menggenggam nya erat, air matanya bahkan membasahi jemari keduanya.
"Jimin, maafkan aku. Tolong, maafkan aku"
Jimin menarik jemarinya perlahan lalu menatap wajah Taehyung yang benar-benar menyesal. Seketika Jimin memikirkan nasib janin yang di kandung entah yeoja mana itu, memikirkan nasib nya jika lahir tak memiliki ayah jika Jimin bersikeras menahan Taehyung. Ia tak tega. Sungguh meskipun ia harus terluka setidaknya anak itu akan memiliki keluarga yang lengkap saat ia lahir nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS fanfic 😍
FanfictionBerisi short fic couple bangtan favorit 😘😘 tolong siapapun jangan protes saat tau jika ini ff GS, karna aku hanya bisa membuat GS 😂😂😂 Don't like, don't read ☺ Jadilah pembaca yang cerdas ya, cantik 😍😍😍