Cold Heart

2.6K 148 2
                                    

Pintu kamar Soeun terbuka, namun wanita itu tak berminat untuk menyapa siapapun yang masuk ke kamarnya.  Hanya dua orang yang leluasa masuk ke kamarnya.

Ayahnya atau sahabatnya. 

“Ya ampun, Soeun. Apa kau baik-baik saja?” Ucap sebuah suara wanita dengan nada panik ketika mendapati suasana kamar yang gelap. 

Dengan cepat wanita itu menyalakan lampu membuat Soeun menutup matanya sesaat karena silau. Wanita itu lalu berjalan mendekati tempat tidur dimana Soeun sedang duduk. 

“Maafkan aku. Kau pasti terluka” ucap wanita yang tidak lain adalah sahabat baik Soeun, Jo Boah. 

Boah kemudian memeluk tubuh mungil sahabatnya itu berharap pelukannya bisa mengurangi rasa sakit di hati Soeun. 

“Sejak kapan perjodohan Sangyeob oppa diputuskan?” Tanya Soeun lirih. 

“Sejak dua bulan yang lalu” jawab Boah dengan nada menyesal.

Jawaban Boah membuat Soeun meradang. 

“Dua bulan? Dan dia baru memberitahuku sekarang” ucap Soeun tak habis pikir.

Boah semakin mempererat pelukannya pada Soeun. 

“Maaf” 

Soeun melepas pelukan Boah di tubuhnya lalu menatap Boah. 

“Dan kau sudah tahu tapi menyembunyikannya dariku? Bukankah aku sahabat baikmu?” Tanya Soeun terdengar sedih.

Boah menunduk merasa bersalah. 

“Itu perintah dari ayah Sangyeob oppa. Semua orang di kantor harus bersikap seolah tidak tahu jika mereka tidak ingin kehilangan pekerjaan” 

Lalu Boah menatap sahabatnya. 

“....Dan kau tahu aku begitu mencintai pekerjaanku. Itu mimpiku untuk menjadi bagian tim perancang di salah satu anak perusahaan Big Jun Corp.” jelas Boah panjang lebar. 

Soeun tersenyum sedih lalu memeluk Boah. 

“Ya. Aku mengerti Boah. Tak apa. Hei. Lagipula bukankah masih banyak pria yang lebih tampan dari Sangyeob oppa? Dunia tidak berakhir hanya karena dia mencampakkanku” ucap Soeun mencoba terdengar riang. 

Ada banyak yang lebih tampan dari Sangyeob oppa. Banyak sekali. Tapi aku ragu, pria manapun bisa menggantikan Sangyeob oppa di hatiku’ tambah Soeun untuk dirinya sendiri.

Boah hanya mengangguk dan membalas pelukan sahabatnya itu. Meski Boah tahu, butuh waktu lama untuk Soeun menyembuhkan luka di hatinya. Namun, sahabatnya itu memilih untuk bersikap tegar dan tidak menampakkan lukanya pada orang lain. Satu poin lebih yang Boah kagumi dari Soeun. Soeun adalah wanita yang kuat.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tiga minggu telah berlalu.

Soeun bahkan tidak tahu sudah berapa lama is hanya menghabiskan waktu di dalam kamar. Soeun hanya keluar kamar untuk pergi bekerja. Selebihnya wanita itu hanya mengurung diri di kamar. Ternyata depresinya lebih parah dibandingkan yang ia bayangkan. Bagaimana tidak? Tiga minggu bukan waktu yang cukup untuk melupakan kisah cinta yang telah dirajut selama tiga tahun. 

Jadi, ketika di suatu sore di hari liburnya Soeun dari pekerjaannya sebagai perawat, Soeun memutuskan untuk menyudahi masa depresinya, tentu saja membuat Kim Samdong sedikit was-was. Tuan Kim tidak melepaskan tatapannya dari Soeun ketika anaknya itu berjalan menuju dapur.

Ketika Soeun selesai membuat sandwich dan menuju ruang tamu, Tuan Kim masih saja menatapnya seakan-akan khawatir jika ia mengalihkan tatapannya dari Soeun untuk sedetik saja, putri semata wayangnya akan melakukan hal yang bodoh. 

You're not My First ChoiceWhere stories live. Discover now