Junho tengah menatap intens Soeun yang tengah terbaring di tempat tidur di salah satu kamar tamu Kediaman Lee. Pria itu menggenggam erat tangan Soeun sejak dua jam yang lalu. Kecemasan tercetak jelas di wajah tampan pria itu.
Junho membawa tangan Soeun ke bibirnya lalu menciuminya lembut.
‘Cepatlah bangun, my love’ pinta Junho dalam hati.
Junho lalu melirik ke sisi lain pinggiran tempat tidur dimana juga duduk pria paruh bayah yang juga tak mengalihkan tatapan matanya dari Soeun yang juga belum sadar hingga saat ini.
Ya, pria paruh bayah yang duduk di kursi dekat pinggiran tempat tidur tak lain adalah ayah mertua Junho. Tak jauh berbeda dengan Junho, Tuan Kim pun menghiasi wajahnya dengan kecemasan. Kedua pria dewasa itu sama-sama menolak untuk beranjak dari sisi Soeun.
Menyadari adanya tatapan mata padanya, Tuan Kim pun mengalihkan tatapan matanya dari wajah Soeun yang nampak pucat ke arah menantunya itu.
“Apa sebaiknya kita membawanya ke rumah sakit? Dia masih belum sadar juga. Ayah sangat mengkhawatirkannya” ucap Tuan Kim lirih.
Junho menatap lembut pada Tuan Kim.
“Haneul sudah memastikan bahwa tidak ada cedera lain pada Soeun, kecuali di pelipisnya yang akan sembuh beberapa hari mendatang. Haneul juga mengatakan tak ada yang salah dengan kandungannya. Namun, memang butuh waktu untuk Soeun memperoleh kembali kesadarannya setelah semua yang dia alami. Kita hanya bisa menunggu. Meskipun tetap saja kecemasanku tak menghilang meski Haneul mengatakan Soeun dan putra kami baik-baik saja” jelas Junho.
“Kau yakin?” Tanya Tuan Kim.
Keraguan dalam perkataannya atas pernyataan Junho sangat jelas.
Junho pun menghela nafasnya perlahan. Lalu mata sipitnya kembali menatap wajah istri nya.
“Aku sangat mencintai Soeun. Ia dan putra kami adalah prioritasku. Aku tak akan membiarkannya terbaring di sini jika aku tak yakin dengan hasil diagnosa Haneul….”
Junho lalu kembali menatap ayah mertuanya itu.
“Haneul termasuk salah satu dokter terbaik di Korea, ayah. Selain itu, ia juga sudah menganggap Soeun sebagai anggota keluarganya. Ia tentu akan merujuk Soeun ke rumah sakit besar jika memang ada sesuatu yang dinilai membahayakan Soeun dan putra kami” lanjut Junho.
Tuan Kim menganggukkan kepalanya perlahan.
“Ayah bukannya meragukan kapabilitas Dokter Kang. Hanya saja, sebagai seorang ayah, kecemasan akan kondisi Soeun dan ketakutan jika sesuatu yang buruk menimpanya tak bisa ayah hilangkan. Pria tua ini sudah kehilangan istri tercinta, ayah tak ingin kehilangan satu-satunya putri yang ayah kasihi” jelas Tuan Kim dengan suara yang pelan.
Junho pun terdiam.
Bos The Dragons itu bisa menangkap nada kesedihan dan kecemasan dari perkataan dan raut wajah ayah mertuanya. Junho tahu betul betapa pria paruh bayah di seberangnya itu sangat menyayangi wanita yang saat ini telah berstatus sebagai istrinya.
“Maaf”
Tuan Kim menaikkan alisnya mendengar satu kata yang keluar dari mulut Junho.
“Aku minta maaf karena membuat Soeun berada dalam kondisi seperti ini. Aku minta maaf karena aku gagal menepati janjiku untuk melindungi Soeun dari orang-orang yang berniat untuk menuntut balas padaku. Aku minta maaf karena jika bukan karena keegoisanku, Soeun mungkin bisa mempunyai kehidupan yang normal tanpa harus dikawal oleh bodyguard demi alasan keamanan dan keselamatan. Aku minta maaf karena membawa Soeun dan ayah dalam list target bagi musuh-musuhku dalam dunia mafia” aku Junho dengan penuh penyesalan.
YOU ARE READING
You're not My First Choice
Romance"Broken heart girl bounds by bump with cold heart Mafia Leader" ******** --Kim Soeun-- Perawat yang cantik dan berhati baik. Dicampakkan oleh kekasihnya setelah menjalin hubungan selama 4 tahun membuat Soeun patah hati. Gadis cantik dibalik penampil...