Incident

2.8K 148 3
                                    

Tak terasa penunjuk waktu telah menunjukkan pukul 3:00 PM. Para tamu telah banyak berdatangan. Karena pesta ulang tahun Suzy akan dimulai tepat pukul 08:00 PM, para tamu pun memilih untuk bersantai di kamar mereka, atau menikmati berbagai fasilitas yang disediakan di rumah pantai mewah ini. Sementara Soeun tengah duduk sendirian di teras lantai utama yang mengarah langsung ke pantai.

Sebuah piring yang berisi aneka makanan muncul di hadapan Soeun membuat Soeun menoleh. Senyum kecil menghiasi wajahnya ketika mendapati ayahnya yang tengah menyodorkan makanan itu padanya.

Sedang Tuan Kim hanya menatap putrinya itu dengan senyum terkulum. Barangkali sedang menimbang apakah Soeun akan mengambil makanan yang dia suguhkan atau menolaknya.

Soeun pun membenarkan posisi duduknya di kursi. Lalu mengambil piring yang berisi makanan itu.

"Terima kasih, ayah"

Tuan Kim hanya mengangguk lalu duduk di samping Soeun. Setelah Soeun selesai makan, ia menyandarkan kepalanya di bahu Tuan Kim, sementara Tuan Kim menepuk pelan lutut putrinya. Untuk beberapa waktu ayah dan anak itu hanya duduk di sana seraya menatap ke pemandangan yang ada di depan mata mereka.

Tak ada satu katapun terucap. Keduanya pun menikmati pemandangan pantai dalam keheningan seakan tak ada masalah yang tengah mendera mereka.

'Suasananya sangat tenang' pikir Soeun seraya menutup matanya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.

Soeun berusaha menenangkan pikirannya. Melupakan sejenak masalah yang tengah terjadi dalam hidupnya. Terutama melupakan untuk sesaat pertemuannya dengan ayah dari bayi yang tengah di kandungnya.

Ketenangan tak bertahan selamanya.
Sebuah suara wanita pun mengusik 'father time' antara Soeun dengan Tuan Kim.

"Kami akan bermain voli pantai" ujar Boah yang menghampiri Soeun dan ayahnya.

Boah pun menawarkan tangannya pada Soeun berharap Soeun menerima uluran tangannya dan bangkit dari kursi. Soeun tahu betul sahabatnya itu menyukai olahraga voli. Sejak di bangku sekolah menengah pertama, Boah tak sekalipun absen dari pertandingan voli. Berbeda dengan Boah yang menggemari berbagai tipe olahraga, Soeun lebih suka menjadi penonton. Meski tak selalu satu kelas dengan Boah di bangku kuliah, Soeun selalu setia menghadiri permainan voli Boah. Ikut menyemangati dan memberikan dukungan pada Boah dari deretan bangku penonton.

Dan sama halnya dengan saat ini, nampaknya Boah tak ingin sahabatnya melewatkan kesempatan untuk melihat permainan volinya. Namun, nampaknya Soeun sedang tidak bersemangat untuk menjadi penonton, meskipun sahabat baiknya yang akan bermain.

Soeun menggeleng kepalanya dan menatap Boah dengan tatapan menyesal.

"Aku rasa aku akan melewatkan kesempatan melihatmu bermain kali ini Boah. Maaf, aku sedang tidak berminat"

Boah pun menautkan alisnya mendengar perkataan sahabatnya itu. Lalu ia menatap Tuan Kim.

"Apa?" Ujar Tuan Kim dengan nada sedikit kaget.

Pasalnya, Tuan Kim tahu betul betapa supportifnya Soeun pada Boah. Meski badannya panas, selama dirinya masih kuat datang ke tempat Boah tengah bermain, Soeun pasti akan datang.

'Kau tak pernah tahu jika seseorang selalu menanti kehadiranmu' Itulah yang Soeun katakan pada ayahnya ketika wanita itu bersikeras datang ke kampus di tengah demam tinggi hanya untuk menonton Boah bermain.

Tak heran jika Boah sangat menyayangi Soeun. Wanita dengan loyalitas tinggi.

"Jangan coba-coba membohongi kami" tukas Boah.

You're not My First ChoiceWhere stories live. Discover now