The Plan

2.6K 144 5
                                    

"Apakah semuanya berjalan lancar, Junho?” tanya sebuah suara dari seberang telepon. 

“Semuanya berjalan lancar, ayah. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau tahu aku tak pernah mengecewakanmu sekalipun” jawab Junho seraya menyesap bir dari gelas kaca yang ada di tangannya. 

“Baiklah. Good luck, anakku” ucap sebuah suara yang tak lain adalah ayahnya, Lee Sungmin.

Junho pun mengakhiri percakapannya dengan ayahnya. Matanya melirik ke arah pintu masuk lalu ke arloji bermerk di pergelangan tangan kirinya. 

“10 menit lagi pukul 07:00 PM” gumam Junho.

Pria itu tiba-tiba tersenyum teringat dengan box dan buket bunga mawar yang dia kirimkan pada Soeun. Sesuai dengan permintaan ayahnya, Junho pun mengatur rencana pertemuan dengan Soeun satu jam sebelum pesta pertunangan adiknya Suzy dimulai. Junho berencana membuat Soeun tak bisa menghadiri pesta itu dan menghabiskan satu malam bersamanya. Apa yang Junho lakukan memang karena permintaan ayahnya demi adiknya. Akan tetapi ada hal yang menggangu pikiran Junho. 

Semuanya karena ayah. Tetapi mengapa aku sendiri yang memilih gaun dan bunga mawar itu? Wanita itu bukan siapa-siapa. Tapi aku melakukan sesuatu yang tak pernah aku lakukan untuk wanita lain. Tskk. Aku bahkan tak pernah melakukan itu pada Sohee, bahkan tidak untuk sekedar menemaninya membeli gaun’ Tanya Junho pada dirinya sendiri sambil menggeleng kepalanya ketika tidak menemukan alasan dibalik tindakannya itu.

Tindakan Junho memang patut dipertanyakan. Pasalnya, pria itu rela meluangkan waktunya untuk pergi ke butik terkenal di Seoul dan memilih bunga untuk Soeun. Bahkan Junho pun menuliskan nama “Nuneo” di secarik kertas yang diselipkan dalam box lengkap bersama gaun hitam yang dia beli. Dari sekian banyak nama yang bisa Junho gunakan, pria itu malah menggunakan nama masa kecilnya. Nuneo. 

Sejak ibunya meninggal 8 tahun silam, tak pernah ada seorang pun yang memanggilnya Nuneo dan Junho pun membuat para keluarga dan sahabat terdekatnya mengerti bahwa dirinya tak mau seorangpun memanggilnya dengan nama itu. Nama itu membawa kenangan manis namun juga mengingatkan Junho pada tragedi 8 tahun silam yang merenggut ibunya tercinta. Dan sekarang? Junho malah menggunakan nama itu lagi dalam secarik kertas untuk Soeun, wanita yang sama sekali bukan keluarga maupun temannya. 

Junho kembali meneguk minumannya seraya menatap sekeliling dan mendapati banyak wanita yang sedang menatapnya bahkan tak sedikit dari mereka yang memberikan senyuman menggoda pada Junho dan merubah posisi duduk mereka agar nampak seksi dan menggoda bagi Junho. Well, tapi sayang Junho tak tertarik dengan mereka, diirnya punya urusan penting malam ini. 

Tak lama kemudian manik hitam Junho terpaku pada sesosok tubuh mungil yang baru saja memasuki Le Chamber. Kim Soeun.

Junho tersenyum dengan pilihan pakaian yang dikenakan Soeun. 

“Jadi dia mengabaikan gaun yang aku belikan untuknya? Dan memilih memakai kaos dan celana jeans?” Gumam Junho sambil mengeleng kepalanya.

Matanya terus saja menatap Soeun. 

Damn, tapi wanita ini terlihat menggoda dengan pilihan pakaian yang dia pakai” ucap Junho mengagumi tubuh profesional Soeun.

Meski wanita itu terbilang tidak tinggi, namun ia memiliki tubuh profesional dengan lekuk tubuh tepat di tempatnya. 

Dua puluh menit berlalu,

Junho tak jua menghampiri Soeun yang nampaknya terus saja meminum alkohol. Ketika Soeun mabuk, usahanya untuk menggoda Soeun akan lebih mudah. Begitu lah yang Junho pikirkan. 

“Apa dia marah karena aku tak jua muncul?” Tanya Junho sambil tersenyum kecil ketika melihat kekesalan di wajah Soeun yang berada 5 meja darinya. 

You're not My First ChoiceWhere stories live. Discover now