"Mengapa kita harus bertemu jika pada akhirnya aku yang harus menjauh?"
-Rafa Alexander Bramasta-
Gadis dengan seragam club Cheers mendudukkan dirinya ditribune. Ia tidak menyangka cowok yang hampir tiga tahun ia sukai berkata sedemikian rupa. Kata yang sangat menusuk hati serta perasaannya.
Vanessa mendongkak ketika air mineral dingin tiba-tiba berada dihadapannya. Wajah cantik itu mendongkak bersamaan dengan senyum manis gadis yang mengulurkan air tersebut.
"Sebagai perminta maafan, Caca."
Jujur saja, Vanessa memang merasakan cemburu saat melihat siswi baru ini lebih dekat dan terlihat mesra dengan Nathan. Tapi bukan berarti dia membencinya. Tidak sama sekali.
"Gue yang salah. Kata Tata, lo pingsan gara-gara mikirin kejadian dua hari lalu." Ucap Vanessa tanpa mengalihkan padangan pada air mineral dingin itu.
Natasha menarik lengan Vanessa agar menerima air mineralnya. Setelah itu duduk disamping gadis cantik yang bernotabe ketua Chiliders.
"Maaf juga, karena gue lo jadi bahan omongan satu sekolah." Kata Vanessa tulus.
Natasha mengulas senyuman. "Mereka itu orang-orang berpendidikan tapi mulut mereka gak di didik." Tutu Natasha.
Vanessa meneguk air mineral hingga setengah. Natasha bisa melihat mata cantik itu sembab. Saat ia hendak mendekati Vanessa ternyata Nathan sudah lebih dulu berbicara dengan gadis ini.
"Caca tadi denger Vanessa sama Nathan ngobrol. Maaf udah gak sopan, dan maaf juga atas sikap Nathan ke Vanessa." Natasha menunduk.
"Gak papa, gue yang salah kali." Kekeh Vanessa.
"Tapi Vanessa suka sama Nathan, gak seharusnya Nathan bilang gitu." Vanessa menoleh ke samping lebih tepatnya Natasha.
"Gue udah kebal sama sikap dia. Lagipula gue jadi tau perasaan dia ke gue," Vanessa bangkit dari kursi tribune.
"Gue harus lanjut latihan, lo gak papa sendiri?" Tanya Vanessa.
Natasha mengangguk.
"Semangat!" Ucap Natasha seraya mengepalkan tangannya ke udara.
Vanessa tersenyum manis lalu melambaikan tangan. Natasha jadi berfikir bagaimana Nathan tidak menyukai gadis secantik dan sebaik Vanessa? Selain ketua chiliders gadis itu juga masuk dalam katagori murid berprestasi.
"Bang Nathan rabun." Gumam Natasha lalu pergi dari tribune.
***
Gadis berambut cokelat panjang itu menelusuri koridor dengan senyum merekah. Sesekali bersenandung membuat dirinya terlihat sangat ceria. Padahal beberapa jam yang lalu gadis itu sempat sakit bahkan pingsan.
Benar! Natasha adalah gadis dengan beribu mood. Akan berubah-ubah setiap detik jam.
"Hei cantik, sendirian aja?"
Natasha berhenti ketika segerombolan senior mendekatinya. Kedua matanya melirik name-tag cowok yang bertanya padanya. Viro Sebastian batin Natasha.

KAMU SEDANG MEMBACA
JUNIOR [SELESAI]
Fiksi Remaja𝘾𝙊𝙑𝙀𝙍 𝘽𝙔 : 𝙇𝙞 𝙂𝙧𝙖𝙥𝙝𝙞𝙘 "Lakukan apapun yang menurutmu menyenangkan." Rafa Alexander Bramasta salah satu siswa Sma Mahesya. Memiliki sifat dingin dan irit bicara. Wajah tampan bak pangeran berkuda mampu membuat dirinya menjadi seorang...