Ketika kamu menawarkan cerita baru, aku mengangguk malu pertanda setuju. Kamu tidak ragu mengenalkan aku pada duniamu. Aku tidak takut membawamu masuk ke duniaku. kita sudah saling tahu, terlalu banyak tahu. Namun, masih ada satu hal yang tidak aku tahu. Perasaanmu.
Dalam sinar di matamu itu, ada sesuatu yang lain. Membuat aku sulit menolak untuk tidak menyelami pesonamu. Ada ruang yang begitu hangat dalam menggemaskannya suaramu. Sejak berkenalan denganmu aku pun jadi tahu, mungkin kamu adalah penyelamat hariku yang kelabu.
Aku mulai sering merindumu, tanpa tepi, tanpa basa-basi. Kadang, aku selipkan rindu itu dalam setiap percakapan kita via suara. Seringnya kamu menggubris, tapi sesekali juga tidak peduli. Ah, memang apa pentingnya aku untuk pria yang sangat sibuk sepertimu?
Saat ini aku memposisikan diriku sebagai teman untukmu dan Sebagai teman aku tidak berhak apa-apa. Sebagai teman aku tidak berhak mengharap jadi siapa-siapa.
-Iakhair.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa di antara kita
Teen Fiction√ Cerita ini ditulis dari pertengahan Oktober 2018. √Publikasi 02 Januari 2019. ❗ Cerita ini hanya sebatas sajak kata. ••• ••• ••• ❗ Lanjut ke Prolog cerita.