~ 32 ~

2.2K 195 25
                                    

[Kiko's POV]

Pada akhirnya tetap sama. Gue masih dalam kondisi yang nggak baik-baik aja. Dean yang duduk disamping gue, ngeliatin gue dengan kedua alis berkerut.

"Gue nunggu lo cerita ada apa sama lo. Dan lo nggak pernah mau ngomong. Ada apa sih, sebenernya?"

"Kan udah gue bilang, gue nggak apa-apa, Yan." Gue nyibukin diri dengan mainin ponsel gue. Meski cuma buka instagram, scroll up scroll down habis itu keluar. Terus mainin menu, pokoknya biar keliatan kalau gue sibuk.

"Akhir-akhir ini gue perhatiin, lo jadi lebih deket sama Andra. Iya, kan?"

Gue ngeletakin ponsel gue diatas meja. Mungkin gue bisa berbagi masalah gue sekarang. Mumpung kelas udah sepi, udah pada pulang semua. Tinggal gue sama Dean aja yang ada dikelas. Bahkan tadi Dean ngusir Dipta buat pulang duluan. Gue yakin, Dean udah ngerencanain ini.

Gue ubah posisi gue jadi menghadap ke Dean. Gue ngangguk, buat jawab pertanyaan Dean tadi.

"Hubungan lo sama dia... apa?"

"Temen..?" Jawab gue ragu. Gue aja nggak tau, mesti nyebut Andra dengan sebutan apa.

"Lo jangan bohong sama gue, Ko." Tudingnya, jarinya yang bebas nunjuk ke wajah gue.

"Gue nggak bohong, Yan. Dia temen gue."

Dean masih ngerutin alisnya, masih curiga. "Lo nganggep gue sahabat nggak sih? Kok bohong sama gue?"

"Lo juga pas jadian sama Dipta nggak bilang sama gue. Itu yang namanya sahabat?" Bukannya gue mau mojokin Dean, gue cuma bercanda aja sebenernya ngomong gitu. Tapi, Dean nanggepinnya serius. Liat aja mukanya, udah melas gitu.

Gue terkekeh pelan, "gue bercanda. Lo sahabat gue, makanya gue pengen cerita sesuatu sama lo."

"Kita kerumah lo aja. Cerita disana, biar leluasa." Gue ngangguk, dan akhirnya kita pulang dan menuju ke rumah gue.

.

"Weh, bang Rud. Udah sembuh nih?" Begitu masuk kerumah gue, Dean dengan hebohnya nyapa bang Rudi yang tumben-tumbenan jam segini ada dirumah.

"Lo bisa liat sendiri. Btw, tumben lo kesini?" Biarin mereka ngobrol-ngobrol dulu. Gue mau ganti baju dulu habis itu nyuruh Dean kekamar gue.

Setelah selesai, gue manggil Dean buat nyusul gue ke kamar.

"Nah, sekarang cerita. Ada apa sama lo. Kenapa lo jadi pendiem gini, nggak enak ngeliatnya." Gue cuma senyum, gue mau balik ke diri gue yang dulu itu susah.

"Gue sama Andra cuma temen." Lagi-lagi Dean ngerutin alisnya.

"Kan udah gue bilang, jangan bohong."

"Gue nggak. Mana pernah gue bohong sama lo."

"Terus, kenapa lo ciuman sama Andra waktu itu di toilet? Asal lo tau aja, dulu gue juga disana." Nggak bisa gue nggak kaget. Jelaslah, anjir.

"Susah ngejelasinnya, Yan. Panjang banget kalau mau dijelasin satu-satu."

"Lo suka sama Andra?" Gue ngangguk, kalau nggak suka ya gue nggak bakalan jadi gini lah.

"Sejak kapan? Bukannya kalau lo ketemu sama dia hawanya panas terus?"

"Gue juga nggak tau sejak kapan. Yang gue tahu, pas gue sadar gue suka sama dia, dia udah jadian duluan sama cewek." Lalu akhirnya, gue ceritain semuanya. Dari Andra yang baru pacaran sama cewek terus dihari itu juga dia juga bilang sayang sama gue.

"Lo bego. Idiot. Goblog." Itu respon Dean waktu gue ceritain hubungan gue sama Andra sekarang. Dimana gue yang bukan siapa-siapanya malah udah 'iya-iya' sama dia. Iya, gue ceritain sama Dean, semuanya. Nggak ada yang ketinggalan satupun.

Cinta, Eh?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang