~ 34 ~

2.3K 183 36
                                    

a/n : gue cuma mau bilang. Mungkin 2-3 chapter lagi bakalan aku tamatin. :) udah gitu aja. :) lagipula gue nggak suka sama konflik yang terlalu rumit. Hehe

.
.

[Kiko's POV]

.
.

"Gue harus gimana?"

"Hati lo gimana?" Gue ngerutin alis gue, kenapa sama hati gue?

Dean ngehela nafas lelah, "Gimana sama hati lo? Ngerasa seneng apa nggak?"

"Jujur aja, waktu kemaren Andra ngajak gue pacaran jantung gue detak kenceng banget. Gue sampe takut kalau-kalau nanti jantung gue loncat keluar."

"Goblog." Tawa Dean. "Lo seneng, kan?" Gue ngangguk. Gimana nggak mau seneng. Ini yang udah gue tunggu-tunggu.

"Terus? Mau nunggu apa lagi? Tinggal terima, kan?"

"Nggak semudah itu, Ferguso."

Dean muter kedua bola matanya malas, "Apaan lagi sih, Esmeralda."

"Eh, anjir ya. Gue cowok gini."

"Oke, stop. Lanjut. Apanya yang nggak mudah?"

"Gue kan belum tahu. Andra udah putus sama Karin apa belum. Gue nggak mau jadi yang kedua, lagi." Lesu gue. Udah cukup, gue nggak mau lagi jadi yang kedua. Gue nggak mau.

Dean nepuk bahu gue dua kali, mencoba ngasih semangat gue buat. "Lo bicarain dulu sama Andra. Ngobrol berdua."

Gue gelengin kepala gue, gue belum siap buat ketemu sama Andra lagi. Gimana kalau Andra bohong? Gimana kala seandainya Andra jadiin gue buat yang kedua lagi. Gue nggak mau itu terjadi. Cukup sekali aja. Nggak mau lagi.

.
.

Tapi! Pada akhirnya gue sampai disini lagi. Didepan rumahnya Andra.

Gue bahkan nggak tau tujuan gue apa, gue dateng kesini. Yang gue tahu, tadi pagi Andra ngirim pesan ke gue buat dateng kerumahnya jam 10 pagi. Dan disinilah gue sekarang.

"Kiko." Seseorang manggil gue dari arah rumahnya Andra. Dan gue ngeliat Karin ada disana. Buat apa Karin ada disini?

"Udah lama sampai?"

Gue geleng pelan, "Belum, baru aja sampe kok." Lalu Karin nyamperin gue, gandeng tangan gue dan narik gue pelan buat ngikutin langkah dia.

"Andra udah nunggu kamu, hlo." Kata Karin. Gue diem, nggak bales omongan Karin. Hal-hal negatif mulai nyusup kedalam pikiran gue.

Lalu Karin bawa gue keruang makan Andra. Dan disana udah ada Andra yang lagi duduk natap gue. Gue duduk didepan Andra. Dan Karin lalu jalan kearah Andra dan meluk bahu Andra.

Ini apa-apaan, sih?! Kenapa keadannya jadi gini? Apa pikiran gue tadi beneran terjadi?

"Kiko. Aku mau bilang sesuatu." Mulai Karin. Gue natap Karin sambil maksain senyuman gue.

"Aku... Minta maaf."

"Untuk apa? Kamu bahkan nggak salah apa-apa." Kata gue.

"Aku benar-benar minta maaf. Benar kata Andra, memang seharusnya seperti ini." Apa? Apanya yang benar?

"Apa yang kamu maksud? Hubunganmu dengan Andra baik-baik saja, kan?" Lalu, Karin jalan kearah gue dan memeluk bahu gue, seperti tadi dia memeluk Andra. Gue melirik kearah Andra, dan dia cuma senyum sambil natap gue. Situasi macam apa ini?!

"Kiko! Kenapa kamu nggak bilang?" Tiba-tiba saja Karin menekan suaranya, nhebuat gue terkejut.

"A-apa?"

Cinta, Eh?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang