Bonus Chapter💕 Andi X Dinar

3.1K 167 5
                                    

🌺
.
Banyak yang bilang kisah romantis itu dimana kita butuh dia, dia akan selalu hadir untuk kita. Dia akan menghampiri kita tanpa kita minta. Dia akan selalu disamping kita saat kita senang ataupun sedih. Dia yang dapat menerima keadaan kita sepenuh hati. Dia yang dengan sabar menghadapi semua tingkah kita. Sifat kita. Apapun yang ada di diri kita.

"Kamu ndak mau cari pacar?"

"Buat apa? Kamu kan selalu ada buat aku. Ngapain harus cari pacar."

"Kan ndak selamanya kamu harus sama aku terus. Kamu juga harus mikirin masa depanmu. Gimana kedepannya nanti."

Suasana mendung, dengan langit sore dan semilir angin yang sedikit kencang. Menemani keduanya yang tengah membicarakan 'sesuatu' dengan secangkir teh hangat ditangan kedunya.

Keduanya sibuk menatap langit diatas sana. Tidak ada lagi warna biru cerah dengan corak putih yang menggantung diatas sana. Tidak ada lagi burung-burung kecil yang berlalu-lalang dilangit sana.

Dinar, manusia yang hampir tidak pernah berbicara kasar ini tengah menatap langit yang sekarang sudah berganti warna. Tuhan dengan mudahnya mengganti warna biru cerah menjadi warna kelabu yang syahdu.

Andi, manusia yang tidak akan pernah bisa berhenti mengumpat tersebut diam-diam melirik kearah Dinar. Jika dipikir-pikir, dia selalu bersikap lembut jika itu menyangkut tentang Dinar.

Keduanya terdiam. Fokus dengan pikirannya masing-masing.

"Padahal dulu aku pernah bilang," Andi membuka suaranya. Mengikuti Dinar menatap langit yang tak bernyawa itu.

Dinar menolehkan pandangannya, "Bilang apa?"

"Kalau aku sayang sama kamu."

"Tapi aku ndak bisa."

"Kenapa gitu?"

Dinar menolehkan kepalanya, menatap Andi yang sudah terlebih dahulu menatapnya. Keduanya saling menatap satu sama lain.

"Ibu kamu baik banget sama aku. Aku ndak mau ngecewain beliau, Aan. Aku ndak tega nyakitin perasaan budhe Leni."

"Gimana kalau kita nggak bilang?" Dinar menggelengkan kepalanya. "Ndak bisa gitu. Seandainya kita ndak bilang dan suatu saat nanti budhe Leni tau dari orang lain, gimana?"

Andi bangun dari duduknya, kakinya melangkah masuk kedalam rumah. Rumah Dinar. Rumahnya sepi, Ibu dan Mbahnya sedang menghadiri acara nikahan dikampung mereka.

Dinar mengikuti Andi. Masuk kedalam rumahnya. Diruang depan, Andi tidak ada. Lalu langkahnya menuju kearah kamarnya. Ia yakin, Andi ada disana sekarang. Dan tebakannya benar. Andi ada disana, berbaring dengan memunggungi pintu. Ia tidak marah. Ia hanya sedang menghindar dari berbicara dengan Dinar. Ia tidak mau membahas hal itu lagi.

"Kamu ndak mau pulang?" Tanya Dinar. Bukannya mengusir hanya saja, Andi sudah berada dirumahnya sejak pagi-pagi tadi. Andi merogoh saku celananya, mengambil ponsel pintarnya dan melakukan sesuatu disana.

Ponsel Dinar menyala, menampilkan pesan dari Andi yang dikirim lewat aplikasi Whatsapp.

'Kamu ngusir aku?' Tertulis dengan sangat jelas disana.

"Bukan gitu, jangan salah paham."

'Hari ini aku nginep sini.'

"Udah bilang sama budhe?"

'Nggak perlu.'

"Kamu beneran ndak mau ngomong sama aku? Aku minta maaf."

Tidak ada lagi pesan masuk ke ponselnya. Andi juga masih memunggunginya. Apa kali ini benar-benar marah? Dinar tidak mengerti. Kenapa Andi bisa menyukainya. Andi teman masa kecilnya, ia sudah mengenal Andi sangat lama. Sudah tau semua tentang Andi. Semua yang di sukai dan tidak disukai.

Cinta, Eh?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang