~ 35 ~

2.5K 184 10
                                    

a/n : satu chapter lagi Tamat yeayyyy...

.

[Deandra's POV]

Liburah tengah semester udah dimulai dari hari kemaren. Dan gue jujur seneng banget bisa libur panjang gini. Tahun lalu waktu libur tengah semester atau kenaikan kelas kita sekeluarga pasti pulang ke Jakarta, kerumah Nenek gue.

Dan harusnya sekarang juga gitu tapi, karena sekarang gue udah ada rencana liburan sendiri makanya gue nggak ikut Ibu sama Ayah gue ke Jakarta. Beliau udah berangkat ke Jakarta tadi pagi naik kereta. Dan otomatis gue bakalan tinggal sendiri sekitar satu minggu kedepan.

Bahan makanan udah disiapin Ibu buat beberapa hari kedepan, gue bersyukur soal itu. Uang buat seminggu juga udah ada ditangan gue.

Berhubung gue sendirian disini, gue manggil Vian buat nemenin gue dirumah.

"Lo sendirian dirumah tapi pintu rumah lo biarin kebuka lebar." Baru diomongin Vian udah muncul aja didepan rumah gue.

"Udah biasa kok, nggak bakalan ada maling masuk juga. Masuk sini." Ajak gue, Vian duduk disofa ruang tamu dan gue duduk disebelahnya.

"Lo beneran nggak apa-apa ditinggal ortu lo?"

"Nggak apa-apa. Udah biasa ah tinggal sendiri."

"Gue nginep disini aja ya, nemenin lo. Nggak tega gue ngebiarin lo sendirian malem-malem."

"Kalo lo nggak keberatan. Nggak apa-apa."

"Besok jadi, kan?" tanyanya. Rencananya sih besok mau pergi ke pantai sama yang lainnya juga.

"Jadi, besok ngumpulnya juga disini kan?" Vian ngangguk lalu tangannya narik kepala gue buat bersandar dibahunya. Gue selalu nyaman sama posisi kek gini.

"Oh, lo mau minum apa?" gue langsung ngangkat kepala gue begitu inget Vian belum gue ambilin minum.

Dia ketawa pelan, "apa aja." katanya. Gue bangkit berdiri dan jalan kearah dapur buat ngambil minuman buat Vian. Gue balik lagi kedepan, dan ngasih minuman ke Vian dan langsung diminumnya.

"Duduk sini, coba." katanya sambil nepuk paha dia. Gue ngangkat alis gue bingung. Maksudnya gimana?

"Duduk sini, Nu."

"Gue berat hlo, kalo lo lupa."

"Cepetan sini, ah." katanya dan narik tangan gue sampe gue duduk dipangkuannya Vian.

"Kenapa? Tumben."

"Gue kangen sama lo." katanya dan mulai ngusap kepala gue.

Gue beraniin diri buat meluk Vian. Wangi tubuh Vian selalu bikin gue nagih. Bikin nyaman soalnya.

Vian jauhin kepala gue dari dadanya, dan nagkup kedua pipi gue. Vian natap tepat kearah kedua mata gue. Bikin gue deg-degan parah.

Gue nutup kedua mata gue saat wajah Vian pelan-pelan maju kearah gue. Dan beberapa detik kemudian, bisa gue rasain bibir Vian yang mulai ngecup bibir gue.

Dia melumat pelan bibir gue, kedua tangan gue bahkan udah mengalung indah dileher Vian. Lalu Vian ngelepas ciumannya, bikin gue ngerasa kehilangan.

"Gue mau yang lebih privasi." Gue ngerutin alis gue bingung, sebelum gue jawab pertanyaannya, Vian udah berdiri dan gue jadi digendong sama Vian. Gue peluk leher Vian erat, takut-takut Vian keberatan dan ngejatuhin gue sekarang juga.

Ke-kepoan gue kejawab waktu Vian buka kamar gue dan nutup kembali pintu kamar gue pake kakinya.

Dengan kakinya yang lebar Vian jalan kearah kasur gue. Lalu dia duduk disana, dan otomatis gue jadi duduk dipangkuan Vian lagi.

Cinta, Eh?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang