3 - Two names of one person

291 29 3
                                    

Di dalam kelas

"Far, Far.. kamu tau gak ikhwan yang tinggi terus kulitnya putih?" Tanya Jihan tiba-tiba.

"Ya elah han, ciri-ciri yang anti sebutin mah banyak, coba yang lebih detail?" Balas Farah sambil menulis sesuatu di bukunya.

"Hmm, apa yah? Jihan ngga lihat jelas sih, makannya ga tau detailnya."

"Maksudnya?" Tanya Salsa disebelah Farah yang sedari tadi fokus pada bacaannya.

"Jadii.. Jihan lihat orang itu tu pas tengah mal__" Jihan menghentikan perkataanya, menyadari bahwa ia kecoplosan, sementara Salsa masih menunggu jawaban Jihan.

"Sshtt.. tapi jangan bilang siapa siapa ya!" Pinta Jihan sambil menaruh jemari telunjuknya dibibir, mereka mengangguk serentak tapi masih fokus pada kerjaannya masing masing kecuali Salsa. Jihan pun menceritakan semuanya, kemudian mendapat respon dari Salsa.

"Jangan bilang yang ente maksud itu kak Faruq!" tebak Salsa, Farah yang sedang melakukan aktivitas menulis pun berhenti lalu menyimak percakapan pagi ini.

"Rambutnya hitam gak?" Timpal Farah dengan mata berbinar, Jihan mengangguk

"Aaa!! Iya beneran itu kak Faruq!" Teriak Farah kesenangan karena orang yang disukainya telah kembali dari tugas di Malaysia. Jihan tetiba sedih melihat tingkah Farah yang bisa dinilai bahwa Farah menyukai pria itu. Melihat raut wajah Jihan yang perlahan kusut, Salsa berupaya untuk menghiburnya, karena ia tau betul wajah wanita seperti itu adalah wajah wanita yang terputus harapannya.

"Terus anti lihat gak ikhwan yang rambutnya agak pirang? Yang alisnya tebal, hidungnya mancung, terus gak kalah putih juga ama kak Faruq? Tanya Salsa berturut-turut.

"Mau tau gak namanya siapa?" Jihan menggeleng cepat

"Loh kenapa? Dia juga ganteng loh." goda Salsa.

"Iya GGS.. Ganteng-Ganteng Songong!" Balas Jihan dengan nada tak enak di dengar. Sontak tiga temannya tertawa.

"Tapi emang iya sih, dia itu nyebelin banget" timpal Farah.

"Shtt! Ga boleh gitu, kalo Abi tau bakal di golok kita!" Bela Alma, sedangkan Jihan sama sekali tak mengerti dengan obrolan mereka, yang pasti ia sekarang sedang dalam keadaan bad mood.

"Nih ya Han, kali aja pengen tau, dia itu anaknya Abi Hamzah, pemilik pesantren ini, Namanya El, ane juga gak tau sih nama panjangnya, intinya dia itu sudah jadi pengasuh putra selama dua tahun. Dan dia juga sering sekali disuruh Abi Hamzah untuk menyimak hafalan putri yang mau lulus, jadi siap-siap aja.." Jelas Farah panjang lebar, Jihan semakin tertarik mendengar penjelasan Farah tadi.

"Dih kok gitu sih? Emang pengasuh putri gak bisa nyimakin kita apa?" Tanya Jihan semakin penasaran, beberapa pertanyaan ingin ia lontarkan saat ini juga.

"Iya emang penyetoran sama pengasuh putri juga ada, jadi gini nih.." Farah mengambil napas

"...ujian hafalan kita tuh ada dua pengetesan, pengetesan pertama sama pengasuh takhasus, yang dinilai itu lancarnya, terus pengetesan kedua, baru sama pengasuh putra yang di nilai itu makhorijul hurufnya. Dan selama seminggu itu pengasuhnya ganti-ganti, yaa walaupun pengasuh khusus menyimak cuma empat orang sih." Jelas Farah panjang. Jihan hanya mengangguk angguk mengerti.

"Eh, tapi kok dia pirang gak dibotakin ya? Ah Abi Hamzah pasti pilih kasih nih, mentang- mentang anaknya!"

"Enggak Han, Itu tuh bukan di sengaja,itu memang rambut aslinya sejak kecil!" Sanggah Alma cepat.

"Kok?" Jihan mengerutkan dahinya bingung.

"Iya, dia itu terlahir dari gen campuran Belanda- Indonesia untungnya pirangnya cuma bagian samping, dan gak terlalu kelihatan." Ucap Alma, sementara Jihan masih melongo mendengar penjelasan itu.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang