24 - Menunggu mu

158 11 1
                                    

Lima hari telah berlalu

Semenjak kepergian Hamka, El selalu menjenguk Jihan dan membawa makanan berat walau hanya datang dan pergi, kini Jihan tinggal bersama omahnya.

"Assallamu'alaikum.." ujar pria di depan gerbang yang tak lain adalah El.

"Waalaikum salam.. sebentar, sebentar!" Jawab Lastri sambil mematikan kran air dan meletakkan selangnya. El tersenyum penuh makna.

"Ini mba, tolong berikan ke Jihan ya." Ujar El sembari memberikan beberapa makanan yang di isi di tupperware, dan juga satu parcel buah.

"Eh, anu.. neng Jihannya sudah lima hari gak mau makan. Makanan yang di kasih sama mas ganteng juga di makannya cuma satu suap dua suap doang." Terang Lastri

"Astaghfirullah, kok bilangnya baru sekarang?" Kaget El

"Iya soalnya kemarin - kemarin kan si omah yang nerima, nah neng Jihannya larang ngasih tau, takut masnya sakit hati karena makanannya gak di makan."

"Haduhhh!!" El mengacak rambutnya frustasi

"Saya bukan permasalahkan makanannya, tapi kondisinya.. kalau dia selama lima hari cuma makan sesendok dua sendok dari mana dapat energinya?" Ujar El frustasi

"Yaa.. itulah.. coba masnya bujuk sana, kali aja neng Jihannya mau kan?"

"Yaelah mba, seandainya udah halal mah, udah dari kemaren-kemaren kali."

"Hehehe oh iya ya lupa, gak jadi nikah ya kemaren?" Balas Lastri dengan cengiran.

"Yaa.. begitulah, yaudah mba. Itu makanannya tolong kasih Jihan, keburu dingin, soalnya saya tadi masaknya udah dari ba'da subuh." Tutur El, ya benar. Semua masakan yang El kirim untuk Jihan adalah hasil masakannya sendiri. El memang jago dalam hal masak memasak, hal itu juga dikarenakan kebiasaannya masak sendiri saat di Turki. Ah, benar benar suami idaman.

"Oh iya, bilang ke dia makan yang banyak! Kalo engga, gak jadi nikah!" Teriak El saat ia telah menaiki motor N-MAX nya, namun El kembali berpikir-pikir lagi tentang perkataannya barusan.

"Eh ga jadi, jangan bilang kaya gitu! Bilang aja yang banyak makannya! Biar cepat gendut!" Teriak El memperbaiki ucapannya, namun ia masih merasa ada yang janggal.

'Ngapain coba harus ada kata gendutnya? Wanita kan ga suka kalo dibilang gendut.' Batin El.

"Eeehh mba Lastriii!! Hilangin tadi kata gendutnya, bilang aja yang banyak makannya! Okeee?" Teriak El untuk kesekian kalinya. Lastri yang hendak memasuki rumah hanya bisa berhembus sabar.

"Siap mas ganteng!!" Ujar Lastri sambil tersenyum paksa.

* * *

Tok tok tok!

Tak ada jawaban

"Neng Jihan, mba masuk ya." Ujar Lastri dari luar. Tanpa menunggu respon dari Jihan, Lastri langsung memutar handle pintu.

Klik!

Pintu telah sempurna terbuka, terlihat dari ambang pintu seorang gadis yang matanya tengah sembab.

"Neng, ini ada titipan makanan dari mas ganteng lagi." Ujar Lastri sambil meletakkan tupperware dan satu parcel buah tadi di nakas Jihan.

"Kata masnya makan yang banyak." Lanjutnya sedikit takut-takut. Jihan masih tak menjawab, pandangannya nanar kedepan.

"Yaudah ya neng, mba keluar dulu." Tandas Lastri sambil beringsut pergi, bersamaan dengan itu ponsel Jihan bergetar.

@elfatih.k

"Dimakan, jangan dibuang."

Jihan tak berniat untuk membalas pesan El yang dikirimkan lewat instagram tadi, bahkan ia hanya membaca lewat notif di layar depannya.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc😘

Iya tau, part ini sedikit.

Sanss, masih ada satu part lagi yang akan Faza publish malam ini.

Btw harus hadir di part selanjutnya ya! Ada yang spesial dari Jihan dan El😊

Hadiahi aku vote yes!?

Oke, see you next part!😘



Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang