5 - Paketan I

229 23 6
                                    

"Jihan sakit sejak semalam mi.." balas Farah sambil meletakkan kue dalam nampan besar.
El sedikit terkejut mendengar perkataan Farah tadi hatinya sibuk bertanya-tanya.

"Sakit? Sakit apa?" Pertanyaannya yang di ulang-ulang dalam hati membuatnya bingung sekaligus khawatir.

"Sakit apa?" Tanya Aufa khawatir

"Semalam sih demam tinggi, tapi demamnya udah agak mendingan dan hari ini dia izin pulang, sekalian mau periksa mata."

"Syukurlah" ujar Aufa lega
El yang mendengarnya pun ikut lega, namun kembali ia berpikir lagi, mengapa sepertinya ia terlihat sedikit berbeda akhir-akhir ini?

Setelah kedua gadis itu pergi, El juga ikut berpamitan.

"Mi' El pamit ke asrama dulu."

"Loh gak sekalian buka puasa disini?"

"Ga usah mi' El buka puasa di masjid aja, biar sekalian imam." Aufa manggut-manggut mengerti, wajah El saat ini seperti orang yang sedang patah hati.

"Assalamualaikum" ujar El sambil mencium punggung tangan sang umi.

"Waalaikumsalam"

* * *

Di sisi lain

Barang-barang Jihan sebagian telah dikemas di dalam tas ranselnya, menandakan bahwa dirinya akan pulang malam ini.

Perlu di akui, Jihan sangat lemas, wajah pucatnya lebih dominan dari warna baju yang ia kenakan malam ini, Jihan membawa beberapa barang untuk ia masukkan kedalam mobil. Namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar lantunan Al-Qur'an, terdengar samar-samar memang, namun Jihan mengetahui siapa pemilik suara merdu itu.

"Kak Fatihh!" Jerit Jihan melepaskan beberapa barang yang di pegangnya kemudian berlari, sang ayah terkejut sempurna melihat perlakuan ajaib putrinya, bagaimana tidak? Dua menit yang lalu Jihan terlihat seperti mayat hidup, tapi tiba-tiba saja berubah layaknya peserta lari jarak jauh, beberapa menit kemudian Jihan kembali menuju ayahnya.

"Yah.. yah... Jihan izin sholat maghrib disini dulu ya" ujar Jihan terburu-buru.

"Oh iya, pinjam hp ayah sebentar dong." Ayahnya pun menuruti permintaan anaknya. Jihan tersenyum memperjelas bibir pucatnya, dengan cepat Jihan mencari aplikasi recorder berniat untuk merekam suara sang imam, kebetulan saat itu imamnya sedang membaca surah kesukaan Jihan, yakni Al-Fath dan Yusuf.

* * *

Sudah dua minggu lamanya.

Beberapa kali El pergi ke rumahnya setiap senin kamis, tapi ia sama sekali tak mendapati Jihan, hingga akhirnya.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum.." suara berat pria memecahkan lamunan El.

"Waalaikumsalam.." sahut El membuka pintu

"Ini ada paket stadz" kata pria itu yang tak lain Fauzan-santri asuh El

"Oh iya, syukron." balas El seadanya, kemudian menutup pintu, dilihatnya secara saksama, kotak berukuran sedang itu terdapat tulisan yang mengundang dahi El berkerut

"Black veil?" Gumam El pelan ketika mendapati nama itu tertera dibagian pengirim, sekali lagi El mengerutkan dahi mengekspresikan kebingungannya, El membuka bungkusan kotak itu, didalamnya terdapat gamis cokelat tua bersama sebungkus cokelat silverqueen dan secarik kertas.

Assalamualaikum

Pria yang bersuara bagus
Sebelumnya maaf telah membuatmu terkejut dengan adanya kotak ini, mungkin kau akan bertanya tanya apa maksud dari semuanya, mungkin kau akan bertanya siapa yang memberikan barang tak jelas ini pada mu, dan mungkin juga hal ini akan membuatmu risih.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang