4 - Rumah Abi Hamzah

255 26 1
                                    

"Penasaran sama adik saya? Sering-sering saja ngambil buka'an di rumah Abi." Ucap orang itu yang tak lain El, dua gadis itu sukses dibuat melongo oleh ucapan El barusan.

"Ini kembaliannya." Kata penjual kantin yang entah dari kapan berada disekeliling mereka

"Makasih" Jawab El tersenyum kaku, lalu pergi begitu saja meninggalkan dua orang wanita yang tengah bingung.

"Beneran itu kak El?" Tanya Farah tampak melamun, Jihan tersadar dari pikiran kosongnya mengangkat kedua bahunya tak tahu.

Sementara El sibuk memikirkan perkataannya tadi di setiap langkahnya.
"Sering-sering saja ambil bukaan dirumah Abi?" Ujar El mengulangi perkataannya kemudian bergidik ngeri.

"Bukannya itu kaya modus ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Ck! Kok bisa ya ane ngomong gitu!" Umpat El seraya mengacak rambutnya frustasi

Bukan main, perkataan El benar-benar dituruti oleh Jihan, Ia mulai aktif mendatangi rumah Hamzah untuk mengambil bukaan puasa setiap senin-kamis, sebenarnya bukan perkataan El saja, melainkan ia juga kebetulan mendapat tugas menjadi bagian departemen logistik.

Sudah dua minggu aktifitas ini berjalan dan ia lakukan bersama Farah dan Salsa. Namun kali ini Jihan pergi tak ditemani dua  sahabatnya itu karena Farah sedang sakit kemudian Salsa sedang sibuk mendata berapa santri yang puasa. Alhasil Jihan pergi tanpa di temani siapapun.

"Assalamualaikum.. Umiii.. Umiii" Panggil Jihan pada istri Hamzah, tak ada suara dari dalam, Jihan mengulanginya sekali lagi, tapi belum sempat Jihan menyempurnakan kalimat, suaranya terputus ketika seseorang membuka pintu, Jihan tersenyum, namun senyumnya pudar begitu ia melihat siapa yang membuka pintu --El-- dengan wajah malasnya menyapa dari balik pintu.

"Mau ngapain?" Tanya El malas

(Btw rumah Abi Hamzah ada di area perbatasan putra & putri)

"Ada Umi Aufa gak?" Tanya Jihan pelan.

"Ada didalam, tunggu disini" Balas El sembari hendak menutup pintu.

"Eh stoop!" Cegat Jihan
"Jihan mau masuk" Lanjutnya santai sambil ingin menyelinap masuk.

"Eh ngapain anti!?" Heran El sambil merentangkan tangannya mencegah Jihan untuk masuk.

"Mau masuk" sahut Jihan santai
El mengerutkan dahinya heran dengan jalan pikir wanita yang di depannya itu

"Permisi!" Ucap Jihan sedikit menekankan kata-katanya, tapi masih saja El menghadang dengan merentangkan tangannya.

"Kalo ada ana gak boleh masuk!" Ketus El

"Masa? Kemarin pas ada Al aja Jihan boleh masuk kok!" Balas Jihan tak mau kalah

"Ya beda lah!" Ucap El setengah berteriak.

"Pokoknya Jihan mau masuk! Jihan mau bantu-bantu umi Aufa nyiapin bukaan!" Bantah Jihan tak peduli.

"Ck! Yaudah sih, tunggu aja diluar entar ana yang ambilin,Umi juga udah mau selesai, jadi ga perlu di ban__" Ucapan El terpotong ketika suara Jihan terdengar riang.

"Umi Aufaaa!!" Seru Jihan dengan mengembangkan senyumnya, Aufa menyambut Jihan dengan tersenyum kembali padanya.

"Jihann!" Balas Aufa seperti baru bertemu anak yang merantau diluar negeri. Sementara El hanya mematung heran melihat tingkah Jihan dan Uminya yang tidak ada bedanya. Mau tidak mau El harus menurunkan tangan yang direntangkan tadi memberi peluang Jihan untuk masuk. Jihan melirik El, kemudian tersenyum penuh kemenangan.

* * *

"Ooh, ini toh anaknya pak Hamka?" Sapa Hamzah dari belakang Aufa dan Jihan
Jihan berbalik kebelakang lantas tersenyum kaku sembari meletakkan kue dalam piring.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang