27 - Pindah rumah

157 16 4
                                    

Hari ini adalah hari dimana sepasang suami istri itu akan berpindah rumah. Bukan, bukan rumah baru. Melainkan mereka berdua telah sepakat untuk tinggal di rumah peninggalan Ayah Jihan. Lumayan, biar hemat uang.

"Jihan, ini umi sudah buatkan makanan, kamu sama El jangan lupa sarapan ya, Umi sama Abi mau pergi ke rumah teman dulu. Di undang acara pernikahan soalnya."

"Oh uhuk! Uhuk! Iya... mii, terimakasih." Ucap Jihan sedikit terbatuk-batuk karena ia sedang membersihkan koper El yang sudah banyak di hinggapi debu.

"Itu...kalo butuh bantuan, panggil Al aja, dia lagi ga ada kerjaan tuh di kamar." Ucap Aufa lagi.

"Yaudah umi pergi dulu ya, Assallamu'alaikum..."

"Waalaikumsalam," balas Jihan setelah ia mengecup punggung tangan mertuanya.

* * *

Di sisi lain

Ghrookkkk ghrookkkk..

Suara dengkuran Al memenuhi ruangannya. Sudah jam delapan lewat, tapi anak itu masih setia dengan bantalnya.

"Woiiii! Innalillahi!! Siapa yang miara kebo di rumah kita! Ckckck.." cerocos El begitu ia memasuki kamar adiknya. Dengan wajah tanpa berdosanya, Al mengusap air liur yang tengah menempel di pipi kirinya. Benar-benar menjijikkan!

"Dih ya Allah.. ngiler lagi, dosa apa gua punya ade kea gini!!" Pekik El frustasi.

"Bangun woiii kutu pirang!!" Lanjut El sambil melempar bola kaki yang menjadi pajangan di kamar Al.

"Apasih lu! Brisssikkk!!" Kesal Al sambil menyumbat telinganya menggunakan bantal yang sudah di penuhi dengan hasil karyanya.

"Gua panggilin Dijeh juga lu! Bangun!!" Ancam El.

"Khadijah bego! Bukan Dijeh! Cari masalah aja lu yak!" Geram Al tak terima. Khadijah alfania khautsa- seseorang yang sering di ceritakan Al akhir-akhir ini, sepertinya Al sedang jatuh cinta.

"Bodo! Bangun gak lu!" Ucap El semakin geram, kali ini ia berinisiatif untuk memukul Al dengan sapu lidi yang ada di tangannya.

"Iya iya!" Pasrah Al sambil menuruni ranjangnya.

"Bantu kaka ipar lo beres-beres sana! Kita mau pindah," tutur El

"Bukan urusan gue!" Gumamnya santai sambil melenggang pergi.

* * *

Setelah mengemas barang apa yang ingin dipindahkan, kini mereka tinggal membawanya ke rumah peninggalan Ayah Jihan.

"Kita mau singgah makan dulu atau langsung aja?" Tanya El di tengah-tengah keheningan.

"Langsung ajalah kak, biar cepat selesai, cepat juga istirahatnya." Balas Jihan.

"Yak__"

"HAHAHAHA!" Tawa Al memutuskan kalimat yang akan keluar dari lisan El barusan. Tidak, Al bukan tertawa karena pembicaraan El dan juga Jihan. Melainkan karena benda berbentuk segi panjang yang sedang di pegangnya. Al sengaja di ajak agar dia membantu pasangan suami istri ini untuk membereskan rumah. Sekalian tinggal di rumah mereka selama beberapa hari.

"Kak, si Al kenapa tuh ketawa sendiri?" Bisik Jihan pada El yang masih fokus pada jalanan.

"Tau tuh, palingan juga lagi chatingan sama si Dijeh." Balas El pelan namun suaranya masih bisa di tangkap oleh Al

"Khadijah woi Khadijah! Gue lempar juga lu pake panci!" Geram Al tak terima, sementara El dan Jihan hanya terkekeh dengan tingkah Al.

"Ciee, Khadijah siapa tuh? Dulu Jihan juga pas kuliah punya adik kelas loh, namanya Khadijah juga. Cantik terus imut-imut gitu deh." Cerocos Jihan enteng.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang