2 - Pertemuan🍁

380 35 13
                                    

Suasana khas pondok terlihat sangat nyata anak santri berlalu lalang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Seorang gadis berjilbab hitam menuruni mobil dengan membawa tas di punggungnya, disusul dengan pria paruh baya bersama koper merah.

Wajah gadis itu terlihat tak senang dengan suasana seperti itu. Meski tanah yang di pijakinya saat ini sangat luas, taman-taman membentang indah, namun tetap saja pandangannya tak sedikit pun menunjukkan rasa takjub.

Kebetulan sekali, pondok yang ingin Lean masuki adalah milik teman Ayahnya yang lama tak berjumpa, sebagai orang tua, tentu saja ada rasa tak teganya ketika memasukkan anaknya ke pesantren, untuk itu Ayah Lean meminta tolong agar pemilik pondok itu memperhatikan anaknya dalam artian selalu memberi informasi apapun.

Pesantren itu adalah pesantren modern, belum terlalu terkenal namun lumayan bagus pendidikannya, jarak antara putra dan putri juga tidak jauh.

Lean diantar ke pondoknya jam dua siang Ayahnya meninggalkan Lean setelah sholat maghrib, waktu yang sangat mengguncang sikologi dirinya, walaupun begitu, Lean tetaplah Lean, ia tidak suka berlama-lama sedih, akhirnya ia mencari seribu cara agar dirinya tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Dan untung saja, Lean bukan tipe orang yang pendiam jadi tidak susah untuk mendapatkan teman.

* * *

Lean=Jihan
(Adegan dipondok saya tulis dengan nama
-Jihan-)

Jihan telah memperkenalkan dirinya pada orang orang disana, dan tentu saja ia tetap mengikuti intruksi Hamka untuk mengganti namanya. Awalnya memang tidak terbiasa, tapi Jihan terus mencoba agar terbiasa.

Mereka berbincang hingga waktu isya' tiba, putra dan putri shalat pada masjid yang sama hanya dibatasi tirai putih dan bagian atasnya transparan, sehingga jamaah wanita masih dapat melihat kepala jamaah putra.

Seorang memakai gamis putih dan peci berjalan tampak dari samping menuju ke tempat imam, para wanita dibalik tirai serentak menutup mulutnya tak kuat sambil setengah melotot, jihan heran melihat kelakuan teman-teman barunya

"Sst sstt.. itu ka Fatih bukan sih?" Bisik salah seorang wanita.

"Iyaa, itu ka Fatihh, ya ampuun udah lama banget dia gak imam😱" Balas temannya

Sebenarnya santri putri tidak tahu bagaimana bentuk dan rupanya Fatih, seorang yang banyak dikagumi santri putri karena lantunan merdu bacaan Qur'annya.

Mereka mengenal Fatih melalui koneksi pribadi yang tak lain salah satu adik mereka yang berasrama di putra, sudah lama sekali identitas Fatih belum terbuka.
Jadi hanya mengetahui namanya saja sudah cukup, tak perlu tampangnya karena dunia perakhwatan gampang sekali dilelehkan hatinya hanya dengan menggunakan lantunan Al-Qur'an.

* * *

Rutinitas Shalat isya' telah berakhir, sebagian ada yang masbuk, sebagian ada yang fokus pada dzikirnya. Sedangkan Jihan? Ia berdiri mendekati tirai kemudian berlagak seperti orang yang sedang mengintip, kakinya mulai berjinjit agar leluasa melihat orang yang imam, sepertinya Jihan penasaran dengan orang yang imam tadi, tanpa sadar semua mata sudah tertuju padanya, melihat tingkah laku Jihan yang tak sepantasnya ia lakukan pada saat selesai shalat.

"Ssst Han!" Panggil seseorang dibelakang Jihan, tak ada respon. Jihan masih serius menunggu imam untuk berdiri dari duduk.

"Sshht Hann!!"

"JIHAN!!" Panggil orang tadi setengah berbisik setengah berteriak, Jihan menoleh dengan cengiran.

"Hehe kenapa Far?"

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang