17 - Kembali bertemu

149 13 3
                                    

Tiga tahun kemudian

"Hei, ngelamun aja. Nih minum dulu!" Titah Haidar tiba tiba sambil memberikan sebotol yoghurt kemudian duduk disamping Jihan. Tatapan Jihan masih nanar namun ia tetap mengambil botol yang disuguhkan Haidar lantas meminumnya.

"Kenapa? Ada masalah? Skripsi gak kelar? Atau gara gara dompet kosong?" Selidik Haidar

"Bukan." Jawab Jihan datar

"Terus?"

"Idar, kamu pernah gak ngerasain kehilangan?" Tanya Jihan, pandangannya masih nanar.

"Pernah." Jujur Haidar, Jihan memperbaiki posisi duduknya menatap Haidar lekat.

"Kapan?" Tanya Jihan lagi, Haidar mendongakkan kepalanya ke langit

"Saat kau masuk pondok.." Kemudian Haidar menurunkan kepalanya lalu menoleh kearah Jihan

"...Tanpa pamit." Lanjutnya sambil tersenyum simpul. Mata mereka bersibobrok. Jihan bungkam, mulutnya tak bisa terbuka seolah terganjal batu besar.

"Ah lupakan.." tukas Haidar begitu ia melihat wanita disampingnya tengah kaku.

"Memangnya kau sedang merasa kehilangan?" Tanya Haidar, Jihan mengangguk lesu

"Sudah kuduga." Jawab Haidar membuang pandangannya ke sembarang tempat.

"Dengan?" Haidar kembali bertanya

"Seseorang yang belum ku ketahui wujudnya." Balas Jihan

"Bisakah?" Jihan mengangguk antusias.
"Aku terpesona dengannya begitu aku mendengar suaranya."

"Bukankah itu hanya sebatas kagum?" Tanya Haidar memastikan

"Jika hanya kagum, mengapa hati ku selalu memanggil namanya di sela sela doaku? Jika hanya kagum mengapa diam diam hatiku berharap allah melipat jarak? Jika hanya kagum mengapa sampai sekarang aku selalu menunggu kedatangannya yang mungkin tak akan pernah terjadi? Aku menyukainya. Haidar." Ungkap Jihan, dadanya sesak, cairan bening sudah tertampung di pelupuk matanya, siap di tumpahkan kapan saja.

"Ah seperti itu.." jawab Haidar masih dengan senyuman. Namun kini senyumannya menyiratkan kepedihan.

"Akankah ada harapan untuk bertemu dengannya?" Tanya Jihan penuh harap.

"Mungkin," Jawab Haidar singkat, saat ini hatinya sudah tersayat sayat. Enam tahun ia menyukai Jihan. Namun rasa sukanya terbalas sia sia ketika ia mendengar penuturan Jihan hari ini. Semua harapan harapan yang ia bangun runtuh seketika. Pengorbanannya tiga tahun ini seperti tak ada hasilnya. Ia sadar, ternyata selama ini perhatian perhatian kecil yang di berikan Jihan itu semua pure sebatas sahabat. Namun, kembali ia teringat. Sebelum janur kuning melingkar, ia tetap masih punya kesempatan. Dan muncullah niat baru Haidar.

"Aku akan melamar mu begitu kau lulus." Batinnya

"Ayo pulang! Sebentar lagi adzan maghrib." Ujar Jihan membuyarkan lamunan Haidar

"Ah iya.." jawab Haidar sekenanya, mereka pun mulai berjalan menuju parkiran, demi menghindari fitnah. Jihan lebih memilih untuk pulang bersama grab, walaupun disitu posisinya Haidar sedang membawa mobil.
Tiba tiba

Brukkk!!

"Astaghfirullahal'adzim!" Ucap Jihan kala badannya tersungkur di tanah bersama pria yang tengah lebam lebam akibat pukulan.

"Kalo jalan liat liat dong mas!" Ujar Haidar sambil mengambil tas Jihan yang masih tergeletak, sementara Jihan berdiri tanpa bantuan sambil mengibas ngibas area bajunya yang terkena debu.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang