36 - Fakta ke dua

121 14 5
                                    

Hai, i'm back!
Saya peringatkan untuk membaca bismillah terlebih dahulu.

Sudah? Jika sudah, tarik nafas dalam-dalam.

Tahan...

Tahan...

Tahann...

Tahan...

Oke lepaskan!

Semoga feel nya dapat ya..
Dan jangan menangis pada akhir part.
Oke? Saya juga tidak tahu kenapa alurnya bisa seperti ini😭 saya harap kalian tidak meninggalkan BV. Apapun endingnya.

Maaf kebanyakan bacot hehe.

Happy reading

____

Langit hitam mulai melenyapkan senja, menggantikan posisi matahari dengan terangnya rembulan. Malam ini tak seperti malam biasanya, tak ada taburan bintang sedikitpun membuat malam ini terkesan sangat hampa.

"Hei, cantik, mau kemana?" Goda seseorang saat Jihan berjalan di depan pintu immigrant lantai enam.

"Ah sepertinya kau salah kostum, sini biar ku berikan baju yang lebih layak kau pakai." Tambah seseorang yang sepertinya tengah mabuk. Jihan hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam, berusaha tak mempedulikan kalimat orang asing itu.

"Sungguh, wanita cantik seperti mu tak pantas untuk disia-siakan." Lanjutnya lagi. Namun semua itu tak mempan untuk menciutkan nyali Jihan. Selang beberapa detik, seorang pria dari dalam klub keluar dengan langkah gontai. Bau alkohol sangat menyengat.

"Hei! Honey, untuk apa kau kesini huh?" Tanya orang itu, dia adalah..

"K-kak F.. Faruq?" Kaget Jihan kaku.

"Ya, ini aku, untuk apa kau kesini, hm?"

"Oh, engga. Tadi kebetulan lagi jalan-jalan, sekarang Jihan pengen pulang, tapi jemputan Jihan belum datang dan hp Jihan juga low." Tutur Jihan, sungguh, ia sangat takut. Tampang Faruq sekarang seperti penjahat yang ada di tivi-tivi. Sangat menyeramkan.

"Hahaha bos! Apa kau gila memiliki wanita berhijab seperti ini?" Timpal seorang pria yang tadi sempat menggoda Jihan. Faruq tak menghiraukan, tatapannya masih menuju pada Jihan. Wanita yang sudah ia tunggu selama bertahun-tahun.

"Kau terlihat sangat cantik dengan jilbab hitam ini Jihan.. kalau begitu, mari ikut aku." Ucap Faruq dengan sedikit pujian.

* * *

Di mobil

"Kak, biar Jihan yang menyetir, kaka masih mabuk, takut nanti kita kenapa-napa." Tukas Jihan cepat saat Faruq hendak membuka pintu kemudi, jangan salah, walau polos, Jihan sudahlah mahir dalam hal mengemudi.

"Ah, romantisnya, jika dari dulu kau seperti ini. Aku tak perlu susah payah untuk mencelakai Ayah mu hahaha.."

Degh!

Dada Jihan mendadak sesak, amarahnya mulai membuncah, mati-matian Jihan menahan air matanya untuk tidak keluar. Cahaya merah di samping kanan Jihan tak berhenti berkelip.

"Sekarang lihatlah? Suami mu pasti tak mencintaimu, Iya kan? Buktinya kau dibiarkan berkeliaran tengah malam seperti ini. Dasar suami tak__"

Brak!

Terdengar suara gebrakan dari kursi belakang, membuat Faruq hendak mengecek apa yang ada di kursi belakang. Namun, aksinya terhenti kala Faruq mendengar suara Jihan menggema di sisi telinganya.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang