29 - Who is she?

134 14 3
                                    

Satu bulan berlalu tanpa adanya masalah, masa bulan madu mereka juga telah berakhir di tutup dengan jalan-jalan di Strasbourg, Prancis minggu lalu. Kini El mulai aktif bekerja.

"Kaka pulang kerjanya kapan?" Tanya Jihan sambil merapihkan dasi dan kerah baju sang suami.

"Em, mungkin sekitar jam lima sore."

"Ohh,"

"Kenapa? Takut kangen ya?" Tebak El santai

"Ish, bukan, Jihan nanya biar Jihan bisa nyiapin makanan."

El mengangguk-angguk.

"Jangan keasinan lagi ya, masa bidadari tega liat pangerannya tersiksa?" Lagi-lagi Jihan dibuat salah tingkah oleh kalimat yang sesederhana itu.

"Yaudah, ana pergi dulu ya?" Pamit El, Jihan mengangguk sembari mencium punggung telapak tangan El. Dibalas dengan satu kecupan hangat di dahi Jihan.

"Assallamu'alaikum.." ucap El tersenyum penuh arti.

"Waalaikumsalam.." balas Jihan begitu punggung El telah hilang dari pandangannya. Detik berikutnya Jihan senyum-senyum sendiri, tangannya perlahan menyentuh bagian yang di cium El tadi.

"Pokoknya Jihan harus masak yang enak!"

"Eh tapi kan, Jihan ga tau masak?" Jihan berpikir keras.

"Oh iya, kan ada mbah google!" Tukasnya riang.

* * *

Mulai dari jam dua siang Jihan memasak.

Dari mulai memotong-motong daging hingga sayur- sayuran. Saking semangatnya, Jihan sampai tidak sadar jika jari telunjuknya sudah berdarah, mungkin ikut teriris ketika Jihan memotong wortel.

"Ahssshhh!" Pekik Jihan kesakitan, kemudian ia meniup niup jari telunjuknya yang terluka.

"Semangat Jihan! Demi suami!" Ujarnya menyemangati diri sendiri.

Disisi lain.

El duduk frustasi di depan mejanya, hari ini ia harus memasarkan beberapa produk baru perusahaan, alamat ia akan lembur. Berulang kali El mengacak rambutnya, kepikiran dengan sang istri, pasti sekarang Jihan sedang menunggunya. Dengan cepat El meraih ponselnya dan menulis apa yang ingin dia tulis.

"Assallamu'alaikum, Jihan maaf ya, ana mungkin datangnya agak telat kalau mau istirahat, istirahat duluan aja. Jadwal ana hari ini sangat padat. Maaf ya."

Zaujati♥: "Waalaikumsalam, iya ga apa apa kok, tapi kalo Jihan tunggu ga apa apa kan?"

El semakin frustasi, ia tak enakan dengan Jihan. Bagaimana jika El pulang saat tengah malam? Apa Jihan masih tetap menunggunya?

"Ana gak larang, tapi kasian antinya, soalnya ana kayanya bakal lembur sampai tengah malam."

Usai El menulis pesan text itu hatinya agak lega, berharap sang istri mengerti dengan keadaanya, lagipula El melarangnya juga demi kebaikkan Jihan bukan? Tanpa ragu ia pun melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda.

* * *

Jihan sudah menunggu El dari jam lima sore saat makanannya sudah tersaji rapih di meja makan. Tak berhenti ia melihat jam yang ada di tangannya. Sesekali ia mengintip ke luar jendela berharap sang suami segera datang dan mencicipi masakannya. Kini wanita berparas cantik itu sudah tertidur bersama piring-piringnya yang sudah terisi nasi, sengaja ia tak makan siang karena ia ingin mencoba buatannya bersama El ketika El pulang nanti.

"Assallamu'alaikum!!" Terdengar suara dari luar, tapi Jihan belum juga tersadar dari tidurnya.

"Assallamu'alaikumm!!" Kali ini suara salam itu terdengar keras dan sangat jelas sehingga Jihan sadar dari tidurnya.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang