12 - Preman berbusana alim

161 16 2
                                    

Keesokkan harinya

Srek! Srek! Srek!

Suara gesekkan sapu lidi memenuhi asrama putri, manandakan bahwa santri putri tengah membereskan lokasinya.

"Han,kok mata Anti bengkak? Habis nangis ya,?" Tanya Farah sambil menyapu halaman

"Engga kok Far, semalam Jihan habis melepas rindu dengan semut."

"Terus,?"

"Yah, kata semutnya dia juga rindu sama Jihan, yaudah deh Jihan kena ciuman." Balas Jihan santai, tak menunjukkan sama sekali bahwa Ia tengah berada dalam masalah. Farah menggeleng geleng, karna Ia tau gadis di depannya ini pasti sedang menyembunyikan sesuatu hanya saja Ia berlagak sok kuat, karna Ia memang tak mau dibilang lemah karna air mata.

"Kalo ada masalah cerita ya, jangan di pendam pendam!" peringat Farah lembut sambil tersenyum manis, Jihan hanya merespon dengan membalas senyuman Farah, tiba tiba terdengar dari pengeras suara nama Jihan disebut beberapa kali.

"The calling, special calling to our loving sister JIHAN AN NADHRA, be hope to come to guaidance and conseling office after this calling right now, once more...."

"Loh itu kok?" Bingung Farah, karna setau dia I'lan atau announcement yang ada kata tambahan 'spesial' itu hanya akan terdengar saat dua perkara, yang pertama karna ada kunjungan dari sepupu atau saudara di putra, dan yang kedua karna ada masalah bersangkutan dengan putra. Mau tidak mau Ia menyimpulkan bahwa Jihan sedang ada masalah dengan putra, karna Ia tau betul, Jihan hanya anak satu satunya dan tidak memiliki sepupu satu pun yang bersekolah di pondok As-Salam ini.

"Jihan pergi dulu ya Far, tolong lanjut sapuin lokasi Jihan ya! Hehe tinggal dikit kok, Dada.." seru Jihan sambil berlari meninggalkan Farah yang tengah bertanya tanya.

* * *

Sebelum Jihan benar benar sampai di ruang BPS, Jihan mengatur nafasnya dulu, menetralkan perasaannya agar tidak dikuasai kesedihan dan emosi.

"Assalamu'alaikum," ucap Jihan lembut seraya memasuki ruangan yang telah di isi oleh beberapa orang.

"Wa'alaikumsalam.." balas mereka serentak, Jihan memasuki ruangan dengan menundukkan kepalanya.

"Silahkan duduk.." ucap Hamzah selaku perintis awal pondok As-Salam. Jihan pun menurut dan duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Jadi? Apa benar yang diceritakan El tentang semalam?" Selidik Hamzah setelah ia menyampaikan sepatah dua patah kalimat pembukaan, Jihan mulai mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk, kemudian menoleh ke kanan dan kiri bak mencari sesuatu.

"El tidak ada disini, dia sedang mencari bukti yang lebih valid untuk kasus ini." Jihan kaku setengah mati, karna ditangkap basah oleh ayah seseorang yang Ia cari.

"Abi cuma ingin mendengar pernyataan jujur dari kalian berdua," mereka tetap saja diam.

"Jihan, apa benar Jihan yang membuat semua ini?"

"Enggak bi," sanggah Jihan cepat

"Lalu ini?" Hamzah menyodorkan tottebag semalam yang masih menjadi bukti satu satunya.

"Itulah bi, Jihan aja kaget pas liat isinya, soalnya sebelum kejadian itu, Jihan sempat dapat pesan dari nomor yang gak dikenal, katanya Jihan harus ke ayunan samping TK An-Nadhwah kalo mau dapatin jaket itu." jelas Jihan detail. Faruq meneguk salivanya susah payah, Ia tidak menduga bahwa masalah ini akan terbongkar sangat cepat, Ia pikir gadis polos seperti Jihan pasti akan pasrah pasrah saja jika mendapat masalah. Tau begitu Ia tak mau terima tawaran bodoh Gifran waktu itu, jika hasilnya sama saja. Sebentar lagi pasti setengah rahasianya akan terkuak, reputasinya akan jatuh sejatuh jatuhnya didepan orang yang sangat mempercayainya.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang