28 - Nasi goreng Jihan

138 15 2
                                    

Sreng! Sreng! Sreng!

Bunyi spatula yang di gesek ke wajan terdengar jelas di ambang pintu masuk. Aroma nasi goreng mengalun lembut menyusuri rongga hidung penghuni rumah ini. El dengan baju kokoh sepulang dari masjid langsung menuju ke arah dapur, penasaran dengan apa yang di lakukan istrinya.

"Masak apa?" Tanya El memegang pundak Jihan dari belakang.

"Nasi goreng seafood." jawab Jihan sambil memindahkan nasi dari wajan ke piring.

"Taraaa... nasi goreng seafood ala Jihan!!" Lanjut Jihan girang sambil meletakkan piring yang dipegangnya di meja. El meneguk salivanya susah payah, memang benar. Nasi goreng yang tengah berada di hadapannya itu terlihat sangat menarik. Di lengkapi dengan tomat, mentimun, potongan sosis, udang, dan juga daun selada. Tapi apakah penampilannya akan sesuai dengan rasanya? Jujur, El baru pertama kali di masakkan oleh istrinya selama mereka menikah, dikarenakan umi Aufa selalu menolak jika Jihan ingin memasak. Alasannya karna mumpung masih di rumah umi.

"Silahkan di cicipi," ucap Jihan pada El, dengan ragu ragu El memasukkan sesendok nasi buatan istrinya itu. Suapan pertama sukses mendarat dalam mulut El. Seketika raut wajah El berubah masam. Matanya menyipit kala ia mengunyah suatu gumpalan. Sepertinya Jihan telah memasukkan garam selaut. Asin sekali!

"Enak kan?" Tanya Jihan girang, El mengangguk sambil tersenyum paksa, tak mau jujur karna takut melukai hati wanitanya.

"Enak kok, cobain deh." Tukas El, Jihan menggeleng cepat.

"Kenapa? Ini kan masakkan anti?"

"Hehehe Jihan takut mati keasinan." Gumam Jihan menampilkan deretan giginya. Seketika El membulatkan matanya.

"Jadi anti dari tadi tau kalo ini asin!?" Jihan mengangguk kaku tapi masih dengan senyuman tanpa berdosanya. El menggertakkan giginya frustasi.

"Untung sayang," ujar El sambil memakan nasi goreng tadi, di kunyahnya bagai singa kelaparan. Rasa asin seakan tak terasa lagi. Jihan disampingnya hanya melongo takjub melihat suaminya sangat antusias seperti itu. Sebenarnya, tadi Jihan tidak berniat untuk memberikan nasi goreng itu pada El, melainkan ia berniat untuk memasak ulang, namun takdir berkata lain, El malah datang lebih dulu. Alhasil Jihan menyajikan apa adanya. Siapa tau karena cinta rasanya berubah enak, pikir Jihan.

"Ohh, jadi kaka emang suka asin.." Jihan mengangguk angguk, ia senang karna dugaannya benar, cinta memang mampu merubah segalanya.

"Yaudah besok Jihan bakal buat yang lebih asin lagi!" Tekad Jihan penuh percaya diri.

Glek! Dosa apa lagi yang dibuat El ya Allah.

* * *

Tok! Tok! Tok!

"Assallamu'alaikum bang!!" Ucap seseorang dari luar. Mendengar itu, El pun langsung cepat-cepat berdiri.

"Kak, biar Jihan saja yang buka.." ujar Jihan sambil hendak berdiri dari kursi.

"Oh, ya.. ga apa-apa, biar ana saja, anti sarapan saja dulu." Tolak El saat ia sudah menandaskan segelas air putihnya, Jihan pun menurut.

"Huekk!! Kok asin banget gini ya?" Heran Jihan saat ia mencicipi nasi goreng buatannya.

____

Tok! Tok! Tok!

"Woii! Bang!!

"Waalaikumsalam sabar.." balas El sambil membuka pintu. Seseorang yang mengucap salam tadi langsung memasuki rumah tanpa adanya persetujuan dari El.

"Eh, eh, eh, main nyelonong aje lu!" Cegat El cepat.

"Bodo! Gua ga punya waktu lagi, si debay minta di keluarin nih.." balas Al dengan ringisan kecil, ya, orang yang mengucap salam tadi adalah Al- adik kandung El, ia beberapa hari ini memang tinggal di rumah Jihan dan El, hanya saja, tadi pagi ia pergi untuk olahraga di depan kompleks.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang