34 - Find a kooran

145 14 1
                                    


Keesokan harinya

Jihan memutuskan untuk membersihkan seluruh rumahnya. Semenjak ia menikah, Lastri memang hanya bekerja setengah hari. Ia hanya disuruh untuk membersihkan ruang tamu, ruang makan, kamar tamu, dan juga teras depan. Semua pekerjaan dapur sudah permanen menjadi tugas Jihan. Kali ini Jihan sengaja membagi tugas untuk Lastri dan juga dirinya.

"Mba, mba hari ini kerjanya cuma mencuci sama menyetrika ya, semua kerjaan di dalam udah beres, teras depan biar Jihan yang kerjain aja, kebetulan Jihan juga lagi pengen benerin pot-pot bunga yang udah banyak daun keringnya." Tutur Jihan pada Lastri

"Eh, jangan neng, nanti kalo neng Jihan sakit gimana?"

"Ah engga mba, segini doang mah InsyaAllah ga bakal buat Jihan sakit, tenang aja.." balas Jihan percaya diri.

"Yaudah deh, mba masuk dulu ya.." ucap Lastri di balas anggukan oleh Jihan. Ia pun segera memulai aksinya. Namun, sesampainya ia di pot bunga kedua, aktifitasnya sontak berhenti. Tangannya ia gerakkan untuk mengambil gulungan kertas buram.

"Ah, koran rupanya.." lirih Jihan. Ia memang dari dulu sudah berlangganan koran keliling. Jadi tak heran jika ia terus mendapatkan koran di depan rumahnya. Namun agak sedikit berbeda dengan koran ini. Ia tampak terlihat tua dan juga..

"Tadi pagi kan udah ada koran.." heran Jihan, ia pun segera membuka koran itu, dan mulai membacanya. Nafasnya terhenti begitu ia membaca satu artikel. Dadanya tetiba sesak, tubuhnya lemas. Cepat-cepat ia melihat tanggal koran itu di cetak, dan benar! Koran itu ternyata sudah ada sejak dua bulan yang lalu. Tepat sehari setelah kepergian ayahnya.

Di dalam koran itu, terdapat gambar mobil yang diduga pelaku dari korban kecelakaan dua bulan lalu. Jihan semakin memperdalam tatapannya, dan yah! plat nomor itu sangat ia kenal.

"I-itu.. mobil Haidar.." gumam Jihan serak, air matanya sudah memenuhi pipinya. Tangannya bergetar hebat.

"Kenapa Haidar tega.." sambungnya, dadanya semakin sesak, ia tak menduga bahwa pelakunya adalah Haidar. Teman kecilnya.

* * *

Jihan masih terduduk dengan linangan air mata. Ia sama sekali tak menduga bahwa Haidarlah pelakunya. Berulang kali Jihan mencoba untuk berkhusnudzon tapi tak pernah bisa, pasalnya bukti yang ada di tangannya itu sudah sangatlah jelas. Di tambah beberapa kemungkinan yang sempat terpikir oleh Jihan. Salah satunya karena Jihan menolak lamaran Haidar, bisa saja kan Haidar melakukan segala cara untuk mendapatkan Jihan?

"Jihan..." panggil El sukses membuyarkan lamunan Jihan. Dengan cepat Jihan menghapus bekas air matanya.

"Anti habis nangis?"

"Eh, em, engga kok. Tadi itu... anu, mata Jihan kemasukkan lalat."

"Lalat?" Kaget El dengan melebarkan kedua matanya.

"Eh bukan, maksudnya itu loh, temannya lalat siapa dah? Em... nyamuk!" Koreksi Jihan tergagap, El mengangguk pelan.

"Mandi gih, terus temani ana ke pesantren." Titah El.

"N-ngapain?"

"Ana ada jadwal mengajar hari ini.." tutur El

"Masa jadwalnya hari minggu sih?"

"Iya, soalnya kan hari-hari lain itu, hari kerja Han.."

"Hm, yaudah, kebetulan juga Jihan mau belajar masak sama Ummi.."

"Yaudah cepetan, GPL!"

"Iya iya!"

* * *

Di mobil

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang