13 - Ujian hafalan

183 19 7
                                    

Hola! Aku balik lagi! Hehe btw maap yak akhir2 ini jarang update. Soalnya lagi sibuks syekalih dengan urusan urusan dunia.😂😂

Ohiya jadi mulai sekarang aku mau netapin goal vote plus goal readers! Ga banyak banyak, dikit aja kok Soalnya aku liat liat kayanya banyak aja yang baca, cuma mereka jadi sillent readers gitu deh. Hmm orang yang kaya gitu enaknya diapain yah?😂 wkw
Ga deng becanda, yang intinya aku mulai up lagi kalo readers + votenya udah mencapai 200! Titik!

Maap ya aku harus tegas kaya author-author yang lain😌😁
Kalian bisa promote cerita ini ke teman-teman kalian kok hehe😁
Okeh segitu dulu

Happy reading!

_____

Dua bulan telah berlalu, masalah kemarin lenyap bak ditelan bumi, mereka sudah menyelesaikan ujian sekolah dan juga ujian nasional, kini mereka hendak melaksanakan ujian hafalan, dimana ujian hafalan adalah satu satunya syarat kelulusan. Mau tidak mau mereka harus mengikuti aturan ini. Toh selama tiga tahun, cuma tiga juz yang diminta. Dan tentu peraturan ini hanya untuk santri yang mengikuti program formal. Karna jika santri takhasus, mereka harus menyelesaikan tiga puluh juz.

Tempat penyetoran mereka yakni di aula umum Al-Madinah, didalam aula itu terdapat dua ruangan yang memang telah di desain khusus untuk para penyimak pria. Dua ruangan itu tidak terlalu besar, satu di pojok kiri dan satunya lagi di pojok kanan, sedangkan ruangan para peserta dibiarkan terbuka begitu saja, tetap menyetor, tapi dibalik pintu, dan pintunya sedikit terbuka agar suara sang penyetor terdengar.

* * *

Sesi pertama bagian putra telah dilaksanakan pagi tadi, dan siang ini untuk sesi kedua bagian putri.

"Ya Allah, Masya Allah... ternyata Jihan udah hafal tiga juz, ya Allah, seriusan Jihan gak nyangka banget, padahal Jihan itu paling males buat ngafal. Seriusan Jihan terharu ya Allah, ternyata otak Jihan itu gak bego bego banget. Kok bisa ya Jihan gak sadar kalo udah tiga juz? Hm tapi Alhamdulillah lah." Cerocos Jihan di depan teman temannya yang sedang mempersiapkan hafalan mereka untuk nanti disetorkan. Tentu saja ini adalah hal yang perlu diberi dua jempol, karna bayangin saja orang pemalas kaya Jihan bisa menyelesaikan tiga juz, apalagi dia dari rumah tidak membawa hafalan sedikit pun ditambah, Jihan masuk ke pondok itu saat ia sudah kelas tiga. Sudah dibilang, Jihan itu sebenarnya mampu, dianya aja yang kelewatan malas.

Sudah lima belas menit Jihan memuji muji dirinya sambil berdiri dan pegang Al-Qur'an di dada, tanpa berfikir untuk muroja'ah padahal sebentar lagi adalah gilirannya. Teman temannya yang lain pun sedang sibuk dengan hafalan mereka masing masing.

"Lean tiffany!" Seru salah satu pengasuh dari dalam ruangan. Orang itu menyebut menggunakan nama nama yang ada di absen. Tak ada jawaban. Jihan masih fokus mengagumi dan menghayati kepintarannya, tetap dengan posisi awal. Hanya saja mata Jihan kali ini tertutup dan mulutnya sedikit komat kamit entah apa yang ia baca.

"Lean tiffany!" Seru pengasuh itu lagi, menyadari namanya di panggil, Jihan langsung terperanjat kaget

"Eh HADIR BU!" Sahut Jihan tak kalah kuat. Teman temannya menatap Jihan heran. Dengan senyum canggung Jihan melangkahkan kakinya menuju depan pintu ruang murobby. Setiap langkahnya dipenuhi dengan celoteh tidak bermutunya. Mulutnya tak berhenti komat kamit, kali ini ia mulai berdo'a.

"Ya Allah, bagaimana ini? Jihan tadi belum muroja'ah, pasti nanti Jihan banyak salahnya. Tolong ya Allah, kalo Jihan gak lancar kasih tau ya, huruf pertamanya aja kok gausah banyak banyak." bisik Jihan bermonolog dengan dirinya sendiri.

"Khm! Masih berapa langkah lagi?" Tegur pengasuh itu dari dalam ruangan. Jihan cepat cepat memperpanjang langkahnya.

"Udah." Jawab Jihan begitu ia sampai di depan pintu.

"Bisa dimulai?"

"Iya bisa. Eh tunggu dulu!" Jihan memperbaiki duduknya

"Jihan boleh berdo'a dulu kan?" Lanjutnya lagi

"Hm." Respon pria dibalik pintu itu sambil memijat pelipisnya, tak bisa dipungkiri, sejak tadi pria itu telah menahan kantuk mati matian.

"Bismillahirrohmanirrohim.." pria itu kaget bukan main, seketika rasa kantuk yang sedari tadi menggerogotinya itu hilang, diganti dengan gelengan kepala dan sedikit cengiran, bagaimana tidak? Sedangkan gadis dibalik pintu itu menyuarakan do'anya.

"Robbana..atina.. eh apa sih?" Terdengar bisik bisik dari balik pintu.

"Robbighfirli.. wali wali.. ish! Itukan doa untuk kedua orang tua." Gumam Jihan masih dengan bisik bisik, namun tetap terdengar jelas oleh pengasuhnya.

"Kak, do'a yang pernah di lafadzkan nabi musa itu gimana sih bunyinya?" Spontan pengasuh dibalik pintu itu mengacak rambutnya frustasi. Meremas remas barang barang yang ada disampingnya, gemas dengan tingkah Jihan yang lamban seperti siput.
Pengasuh yang bernama El itu menarik nafas kemudian melepasnya perlahan.

"Coba buka surah taha ayat ke duapuluh lima!" Ujar El lembut

"Jihan gak tau, coba kaka cariin,"

Glek! Inigin rasanya El membenturkan kepalanya di lantai.

"Ya Tuhan, sebenarnya anak inii makan apasih!"
Gerutu El dalam hati sambil ingin meninju pintu yang saat ini menjadi penghalang untuk dua insan itu.

"Kak?"

"Surah taha juz enam belas, surah ke dua puluh, halaman tiga ratus tiga belas, ayat ke duapuluh lima sampai ayat duapuluh delapan!" Perjelas El dengan satu tarikan nafas.

"Oh iya, Jihan udah ingat kok. Jadi ga perlu buka Al-Quran lagi." Sahut Jihan santai, El mengeraskan rahangnya. Ingin rasanya ia mati saat ini juga.

"Orang ini sebenarnya makhluk sepesies ap__"

"ROBBISROKHLI SHODRI.. WA YASSIRLĪ AMRI, WAKHLUL 'UQDATAM MILLISANI YAFQOHU QOULI!" Bacaan Jihan sukses menghentikan ucapan El barusan.

"Udah seles__"

"AAMIIN..." El menarik nafas sabar

"Sudah selesai? Bisa dimulai?"

"Bisa sekali!!" Sahut Jihan optimis.

* * *

Baru beberapa ayat yang Jihan baca, tapi teguran sudah mulai merajalela.

"Waja'alnan naharo ma'asa.."

"Sya! Sya! Bissyin!" Tegur El, Jihan memutar bola matanya jengah, kemudian mengulang bacaannya.

"Waja'alnan naharo ma'asa.."

"Ck! Pake sya Jihan. Sya! Coba bilang sya!"

"Sya!"

"Nah bagus. Coba ulangi!"

"Waja 'alnan naharo ma'asa."

"Ya Allah ya Rohman ya Rohim ya Maliqq!! Sya Jihan, bukan sa! Itu mulutnya agak di majuin!" Tegur El geram, Jihan hanya menggerutu dalam hati pasalnya, ia telah memajukan bibirnya dari tadi tapi tetap sama saja. Karna sudah kesal, Jihan pun membuka pintu yang menjadi pembatas itu kemudian memasukkan kepalanya dan mengatakan sekuat kuatnya

"WAJA 'ALNAN NAHARO MA'ASYA!!" Dapat dilihat, sekarang tubuh gadis itu setengah diluar, dan kepalanya masuk kedalam ruangan dimana ruangan itu ada El yang tengah kaku dan kaget setengah mati. Sementara Jihan masih dengan mulut menganga, kaget juga dengan perbuatan konyolnya beberapa detik lalu. Perlahan ia memundurkan kepalanya yang sempat masuk ke ruangan, dan kembali memposisikan dirinya seperti awal, mengingat kejadian tadi, El seperti trauma untuk menegur anak itu.

Tbc😘
Terimakasih yang udah kasih vomment, semoga kalian suka ya dengan BV :)

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang