9 - Bromo mountain I

182 15 5
                                    

18 Desember 2018

Hari mulai terik, anak-anak kelas XII telah bersiap membawa barangnya untuk ke Malang. Saat itu pengasuh yang di tugaskan untuk menjaga anak anak adalah El, Faruq, Maryam dan juga Eva. Kebetulan di Malang Maryam mempunyai om yang bertempat di cabang pondok As Salam, jadi kemungkinan besar mereka akan menginap disana semalam setelah dari Bromo, sekedar untuk memulihkan tenaga saja.

Dari Jakarta menuju ke Malang menggunakan kereta ekonomi, selama kurang lebih 17 jam. Dan pada saat itu Jihan duduk bersampingan dengan El, dan Maryam.
Didepan Jihan ada Salsa, Frita, dan Alma hanya El satu satunya putra yang dihimpit oleh santri putri, begitupun dengan Farah, Ia juga mendapat jatah kursi bersama perkumpulan ikhwan yang tak lain ada Faruq juga disana.

"Yeyyy naik kereta!!" Pekik Jihan kegirangan sembari meletakkan satu tasnya di bawah kursi, El dengan sigap memeriksa nomor sit nya dan begitu Ia mengetahui bahwa Ia duduk bersampingan dengan Jihan, wajah El berubah kusut tak membayangkan bagaimana nasibnya jika berdekatan dengan gadis cerewet itu.

Berbeda dengan Farah, Ia merasa biasa saja, malah senang karena bisa berhadapan dengan orang yang disukainya. El menoleh kesana kemari mencari kursi yang cocok untuk di tukarnya sampai akhirnya Ia mendapati Farah yang tengah duduk diantara dua santri putra.

"Permisi, boleh tukaran tempat duduk gak?" Sapa El pada Farah. Farah mematung sejenak kemudian bergumam dalam hari.

"Kenapa dia minta ganti tempat sih ck!"

"Eh em,iy iya.. boleh kok silahkan.." jawab Farah tersenyum paksa, El pun tak sungkan melemparkan senyum sebagai tanda terimakasihnya

* * *

Sudah jam 01:00 malam, El masih tak bisa tidur dikarenakan Faruq yang tidurnya tidak bisa diam ditambah Al di sebelahnya tak berhenti melantunkan dengkuran cemprengnya. El pun berinisiatif untuk keluar dari himpitan dua lelaki yang menurutnya tak waras itu. Namun langkah El terhenti ketika melihat Jihan tertidur, El menatap Jihan lekat dengan menempatkan kedua tangannya di saku celananya, wajah gadis itu terlihat merona, bibirnya berwarna merah muda alami, kulitnya putih bersih menambah kesan sempurna, Hampir sepuluh menit El menatap Jihan tanpa kedip, hatinya beberapa kali berdesir hebat dan seketika perasaan ingin memiliki pun muncul. Namun begitu Ia sadar sesegera mungkin Ia mengucapkan Istighfar.

"Astaghfirullah!! Bagaimana bisa aku telah lalai dalam menjaga pandangan.." gumamnya pelan sambil memijat-mijat pelipisnya. Selang beberapa detik seseorang membuyarkan lamunannya.

"Eh ustadz, gak tidur? Ngapain tadz?" Tanya Gifran sambil memperbaiki resleting celananya. El dibuat salah tingkah sesaat.

"Eh.. yaa..ituu tadi saya mau ke toilet," jawab El sedikit kaku.

"Ga usah salting kali tadz, tadi saya udah liat semuanya, ustadz pasti suka kan sama dia?" Tebak Gifran sambil menggerakkan dagunya kearah Jihan.

"Gak usah sok tau!" kata El sambil melangkah, pose El tidak berubah, tangannya masih di saku.

"Dia kemaren tidak menjawab pertanyaan saya, jadi saya akan mengganggunya!" Ancam gifran setengah berteriak, langkah El terhenti saat itu juga lantas berbalik.

"Jangan pernah coba sakitin dia," ucap El dingin namun sangat dalam, kemudian beranjak pergi meninggalkan Gifran yang kini tengah senyum senyum tidak jelas.

05:17

Mereka telah sampai di stasiun Malang, Maryam yang mempunyai keluarga disana langsung menelfon meminta jemputan. Mereka beristirahat sebentar, kemudian melanjutkan perjalanan ke Bromo sekitar jam 11 malam, sengaja berangkat malam agar dapat menikmati sunrise di disana. Semua telah mempersiapkan peralatan untuk kesana mulai dari topi kupluk, jaket, sarung tangan dan juga syal.

Black VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang